Di sana, kala darah semanis anggur yang diperas dengan irikan
Di sana, kala dada adalah tumpuan sepatu aparat
Di sana, kala seteguk air dari mulut kawan adalah penyambung nyawa
Di sana, kala jiwa dibakar gelora untuk berubah
Semua berbeda, Nak!
Kala mataku mulai menua
Kala nalarku mulai menua
Kala hatiku mulai menua
Semua berbeda, Nak!
Tapi kuizinkan kau nikmati saatsaat darahmu mendidih
Tapi kurestui kau sentuh jalanan yang kau namai perjuangan
Agar kelak kau dapat berkisah, tentang semangat yang kau punya
Lalu jika malam mulai datang
Pulanglah, Nak!
Pulang dan menyusu pada dada ibumu
Dan dengarkan, ibu bercerita kisah dua puluh tahun lalu, saat jalanan Semanggi merampas setengah penglihatan ibu
#poeds 250919