Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Anandya dan Anindya

28 Mei 2019   20:52 Diperbarui: 28 Mei 2019   21:05 37 3
"Kau harus berkorban, Nin!" pekik Pak Sastro pada Anin putri tunggalnya.

Bu Sastro hanya menundukkan kepala. Hatinya memberontak tapi tak mampu membantah kemauan suaminya. Anindya putrinya dipaksa menikah dengan juragan tembakau desa sebelah. Menjadi istri Juragan Aryo adalah impian semua perempuan di kecamatan ini. Namun bagi Anin dan ibunya hal itu adalah pukulan telak, tanda kemiskinan menahun mulai menggerus akal sehat.

Ibu dan anak itu hanya dapat menangis dalam hati. Seluruh cita-cita Anin luruh karena keserakahan ayahnya. Keduanya masih terdiam saat Pak Sastro melangkah pergi meninggalkan rumah.

***
Malam sudah larut, Bu Sastro mengetuk pintu kamar putrinya. Tangannya menggenggam sebuah bungkusan kecil. Anin yang membuka pintu segera didorong masuk, kemudian Bu Sastro mengunci pintu di belakangnya.

"Kamu harus pergi!" perintah Bu Sastro tegas.

Anin yang belum sadar sepenuhnya terhenyak. Ibu tega mengusirnya. Gadis dua puluh tahun itu meneteskan air mata, hatinya sungguh terluka.

"Apa salah Anin, Bu?"

Perempuan tua itu menyusut sudut matanya, "Kau tidak bersalah. Tapi kau harus tahu sebuah rahasia. Ayahmu tidak berhak menjadi wali nikah bagimu, kamu bukan anak kami."

Anin tersentak mendengar sesuatu yang tak pernah terlintas dalam benaknya. Dengan cepat Bu Sastro menjelaskan duduk perkaranya. Lalu menjejalkan bungkusan di tangannya ke dalam genggaman Anin.

"Besok, sebelum ayahmu bangun, kau harus sudah pergi dari sini. Temui ibu kandungmu dan minta perlindungan darinya!"

***
Memasuki kompleks perumahan sesuai alamat yang ditulis ibunya membuat Anin gamang. Beberapa lelaki menatapnya seolah dia daging mentah yang siap disantap gerombolan serigala. Setelah dua kali bertanya, akhirnya Anin bertemu dengan Desi, ibu kandungnya.

Desi bukanlah perempuan seperti yang dia bayangkan. Ibunya itu sangat cantik, harum badannya menguar. Anin merasa seperti alien di tengah ruangan yang begitu megah.

"Kau datang setelah dua puluh tahun. Ada apa?" tanya Desi.

Anin mengangsurkan bungkusan yang dia terima dari ibunya di desa. Desi membuka bungkusan itu, membaca pesan pada secarik kertas dan menatap Anin dengan mata penuh air.

"Ternyata nasib kita sama, Nak. Aku dijual ayahku sebagai ganti sebidang sawah. Akan tetapi hal itu tak akan terjadi padamu. Kita akan beri pelajaran ayahmu itu!"

***
Dua bulan berselang seorang gadis muda turun dari angkudes di depan rumah Pak Sastro.  Dia memasuki rumah tanpa mengetuk pintu, langkahnya mantap menuju kamar Pak Sastro.

''Pak, aku pulang! Aku siap dikawinkan!"

Pak Sastro yang sedang tidur bangun dengan tak percaya. Putri yang kabur selama dua bulan pulang dan menyatakan siap menikahi juragan Aryo.

Tidak sampai sepekan persiapan pernikahan, mereka siap menggelar akad nikah. Penghulu yang menikahkan menanyakan syarat-syarat yang wajib dipenuhi dalam pernikahan. Setelah semua dinyatakan ada akad pun berlangsung.

***

"Saya terima nikah dn kawinnya Anindya binti Sastro dengan mas kawin tersebut, tunai!" Aryo mengucapkan ijab kabul dengan mantap. Senyumnya mengembang, obsesinya mendapat perawan bunga desa terpenuhi.

"Sah?" tanya penghulu.

"Sah!" jawab para saksi.

"Tidak sah!" pekik seorang perempuan dari luar.

Desi datang dengan gadis yang mirip sekali dengan Anindya.

"Tidak sah! Karena yang duduk di sana adalah Dya. Anandya bukan Anindya. Satu lagi Dya itu anak saya, begitu pula Anin. Sastro bukan ayah kandung Anin jadi sesuai agama dia tidak berhak menjadi wali bagi anakku!" ujar Desi.

"Ayo, pulang!" ajaknya pada gadis dengan riasan pengantin di hadapannya.

Saat bertemu dengan Bu Sastro, Desi memeluk erat perempuan itu.

"Terima kasih sudah memberitahuku tentang keberadaan Anin. Aku pikir kau sudah melupakan aku perempuan hina ini."

"Kau sahabatku, Des. Aku masih Weni, perempuan yang juga sama pernah menjadi penghibur di lokalisasi. Anakmu sudah pulang, kalau bisa tinggalkan pekerjaanmu." ucap Bu Sastro seraya memeluk erat sahabatnya.

#poeds 210119

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun