Undangan reuni tahunan masih dipegangnya dengan tatapan nanar, sesekali ia menarik nafas panjang seakan harus segera mengisi kantung paru-parunya yang mengosong. Winda, perempuan diakhir duapuluhan itu terbelenggu pada dua pilihan yang sama-sama sulit. Di satu sisi ia ingin sekali datang dan berkumpul dengan sahabat masa SMA yang telah berpisah satu dekade lamanya, tapi di sisi lain Winda malu dengan kondisi ekonominya yang jauh di bawah mereka.
KEMBALI KE ARTIKEL