Tentu saja Homo psycoeconomicus ini belum lahir dari penggalian fosil. Namun, perilakunya nyata di hadapan kita. Makhluk-makhluk rodi ekonomi ini tidak lagi makan hanya untuk menghilangkan lapar. Dan, minum tidak lagi hanya untuk melegakan dahaga. Tapi, makan dan minum baginya juga adalah simbol; pernyataan atas status ekonominya. Maka, makhluk-makhluk ini mulai memakan merk, menyantap prestise, meminum gengsi. Saya tidak mau terjebak dalam sudut pandang permasalahan klise; hitam dan putih. Ini bukan tentang perilaku baik dan buruk. Ini sejarah masa yang akan datang.
Maka, jika kita cermati, gejala evolusi Homo sapiens ini mulai merebak sekitar tahun 1.200 Masehi. Seiring dengan kisah pengembaraan bangsa-bangsa putih mencari sumber-sumber kekayaan baru. Mereka mulai menempuh samudera demi sebuah dongeng tentang Pulau Emas atau demi sebuah kehormatan--di mata agama--nama keluarganya--yang tentu nilainya imajiner. Bermunculanlah Homo economicus ketika perilaku manusia tidak bisa lepas dari pemenuhan kegiatan ekonomi. Berlomba menjadi kaya. Ada yang menjajah. Ada yang terjajah.
Selang 1.000 tahun kemudian, ketika manusia relatif telah memenuhi kebutuhan ekonominya, mereka membutuhkan saluran lain. Saluran pernyataan bahwa ia telah kaya. Bahwa saya lebih kaya dari Anda. Atau, jika Anda lebih kaya dari saya, sila buktikan (perlihatkan). Maka, berbondong-bondonglah manusia memakan daging di KFC, memakan burger di McD, meminum kopi di Starbuck. Sebab, yang hendak mereka penuhi bukan hanya wujud, tapi abstraksi prestise; tingkat ekonomi. Dengan demikian kita telah menginjak era baru dalam evolusi manusia, Homo psycoeconomicus--pemangsa gengsi, pemburu merk, peramu prestise.
Dalam keadaan demikian kita tidak bisa mengelak, sama-sekali. Bahkan maju dan mundurnya sebuah negara pun kini ditentukan oleh seberapa besar daya konsumsi masyarakatnya. Jikapun ada jalan untuk bertahan, ia tidak akan dapat menyesuaikan diri. Itu artinya gagal dalam proses evolusi. Berarti punah. Kita telah menginjak era baru. Homo sapiens sebagai 'Orang yang bijak' tengah dipertanyakan eksistensinya (sejak 1970 oleh Baudrillard).