Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

Sering di Facebook atau Media Lainnya: Antara Narcist Akut, Exist Addict dan Sakit Jiwa

27 Oktober 2013   11:58 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:58 366 0
Media sosial, bagiku seperti sebuah kota Cyberpolitan yang tak ber Presiden, tak ber Gubernur dan tak ber Walikota. Tak ada hakimnya, tak ada polisi, tak ada pengadilan, dan tak ada acara Cyber Lawyer Clubnya. Semua orang bebas berekspresi, semua orang punya kesempatan yang sama untuk menyuarakan isi hati, fikiran, dan mimpi. Di kota Cyberpolitan, suka-sukamu saja. Mau melawak, mau main drama, mau galau, mau jadi pengamat politik, mau jadi model, pujangga, photographer, EO, presenter musik, Host acara gosip, penulis hebat, ustad/pendeta/rabbi, konsultan cinta, konsultan perkawinan, inspirator dadakan, pedagang dan saudagar kaya, tourist musiman, penggila GAMES, hingga mereka yang melabel dirinya “BE MY SELF ajah ah”. Komplit, colorful, membingkai dinding, setiap waktu, berhari-hari, berbulan-bulan, sepanjang Facebook, Tagged, Twitter, Blackberry, dan berbagai media sosial lainnya masih bisa diakses.

Media sosial layaknya ibukota metropolis dunia, kota Cyberpolitan yang tidak pernah tidur. Menggeliat dari pagi buta hingga kantuk menyerang. Dari Sabang sampai Merauke, dari Asia sampai Africa. Seperti awan, bergerak melampaui batas negara-negara. Kekuatan kata-kata dan berbagai multi media (video dan photo) menjadi jantungnya. Rupa-rupa elok pemilik berbagai karakter penduduknya adalah darahnya. Dimana, darah dan jantung bersinergi memompa kehidupan kota..

Kalau ada sebagian orang yang menyebut media sosial sebagai tembok ratapan, karena semakin banyak saja orang yang menggunakan media sosial sebagai tempat meratap, mengumpat, mencurahkan isi hati dan berkeluh kesah dengan leluasanya, namun aku justru menyebutnya sebagai panggung tempat semua orang bergantian mentas berekspresi. Kebutuhan orang-orang untuk bereskpresi, untuk dibaca, dilihat, diakui dan dikagumi banyak orang semakin tinggi. Sepertinya buku-buku ekonomi dan sosial yang beredar di sekolah-sekolah itu harus segera disesuaikan dengan perkembangan zaman, bahwa selain kebutuhan primer dan kebutuhan sekunder, masih ada satu lagi kebutuhan yang tidak boleh dihilangkan dari kehidupan, yaitu kebutuhan EKSIS.

Mari kita perhatikan dinding Facebook, Tagged, Twitter dan Blackberry kita.. Semakin banyak orang yang kau tambahkan dalam friendlistmu, semakin ramai dunia keduamu. Berbagai coretan dan lukisan mengisi wallmu seketika. Sama sibuknya, sama kompleksnya, sama hingar bingarnya, sama pluralisme nya dengan dunia nyata kan? Itulah dunia yang makin sulit disapih. Dunia luas yang terkurung dalam sebuah gadget/smartphone/notebook mu, karena ketika batteraimu habis, signalmu problem, gadget ngambek, lampu mati, modem rusak, wifi gak bekerja, semua lenyap tak berbekas.

Prilaku orang-orang yang bergabung di dalamnya selalu unik dan beragam. Tapi, yang paling menarik tentu saja mengamati orang-orang yang terlalu aktif manggung disana. Setidaknya, dibawah ini contoh prilaku yang sempat ter capture, jangan nervous gitu donk..

Punya koleksi yang begini di Facebook kamu?

Update beberapa status sehari, status beragam dari status ringan ucapan selamat pagi, kejadian yang dia alami sehari-hari, hingga berita-berita aktual yang lagi panas di TV, risalah sinetron / FTV, hingga gosip artis yang lagi berkasus dikutip berikut kalimat pengantar yang menggelitik. Belum lagi selalu siap merespon comment-comment yang masuk dengan panasnya.. Dan membalas kunjungan ke status-status teman. Semua tak boleh ketinggalan di update dan di respond pokoknya, dari Syahrini berbohong sampai Olimpiade di London, dari tetangga sebelah dan tukang sampah hingga kasus Hambalang Sesuatuuu bangetttt…

Di blackberry tokohnya lain lagi..
Dari pagi membuka hari hingga menutup malam, si dia tak pernah absen. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana hidupnya tanpa blackberry dan media sosial. Bayangkan saja .. aktifitas onlinenya gak kalah padat dengan artis-artis Indonesia yang lagi naik daun yang kemana-mana dibuntuti paparazzi dan gerak-geriknya diabadikan media. Pagi-pagi, si dia pasti selalu mengucapkan selamat pagi, Alhamdulilah, berikut berbagai aktifitasnya dari memandikan anak, menyiapkan mereka ke sekolah hingga memasak. Menu makan pagi, menu makan siang, menu snack sore sampai menu makan malam berikut foto-fotonya tak ketinggalan di update. Jajan tahu sumedang pun di info. Kehilangan sandal jepit, uang kembalian kurang, naik becak sampai mau mandi, seluruh dunia diberitahu. Belum termasuk status-status misterius yang cukup membuat keningku berkerut berkali-kali, “terkacip”, “getah basah”,”bekuah”, sampai “terkeliyep..” Nah khusus kata-kata itu yang mengerti hanya kalangan tertentu… Kalau mau tau, inbox eaaaaa kk.., cemungudhhhhh…

Untuk dua contoh diatas, aku mengkategorikan mereka telah mengalami fase “EXIST ADDICT”, merasa belum hidup tanpa smartphone dan media sosial. Jadi, kalau dua orang ini tiba-tiba hilang dari peredaran, ya sesuatu yang serius mungkin sedang terjadi!

Nah bagaimana dengan yang “NARCIST AKUT”? Ahhh yang ini gak kalah unik. Narcis akut adalah penyakit media sosial yang agak tinggi sedikit dari LEBAY. Hanya saja, lebay sudah tidak aku kategorikan penyakit media sosial karena hampir semua pengguna media sosial memiliki sisi lebay kok. Yang gak punya sisi lebay itu hanya pengguna media sosial yang lupa passwordnya, jarang online karena berdomisili di hutan, jarang online karena gak punya pulsa, sering online tapi gak punya teman, dan pemain game sejati yang online hanya untuk menanam brokoli, memberi makan buaya, mengambil honor waitress di cafe, dan lain-lainlah yang kalian pasti lebih tau dari aku.

Jadi, kalau prilakumu sudah seperti pengamatanku di bawah ini, ya itu berarti kamu positif “NARCIST AKUT”. Ganti-ganti profile picture minimal 10 menit sekali dan rata-rata close up sampai bulu hidung pun nampak bila di zoom. Dimanapun, kapanpun, berfoto-foto. Gak perduli background, gak perduli omongan, atau berpasang-pasang mata menatapmu aneh. Di mobil jadi, di rumah jadi, di kamar, di meja makan, di bajaj, di tembok yang sudah ngelupas-ngelupas catnya sekalipun (malah artistik), sampai toilet mall pun jadi TKP.

Narcis dan Narcis Akut Bentuk kecintaan pada diri sendiri yang kemudian berkembang menjadi sebuah kebanggaan dan kekaguman pada diri sendiri. Media sosial dan Messenger memang tempat yang subur untuk tumbuh kembang nya Narcis menjadi Narcist Akut. Dari yang narcist nya masih pemula, hingga profesional. Dari yang narcistnya masih malu-malu terselubung hingga terang-terangan dan sudah jelas narcist , dari pakai kamera handphone, kamera pocket sampai membayar photographer profesional untuk membuat foto diri yang ekslusif. Tentu saja tunjuan awalnya untuk koleksi pribadi, dipajang di dinding, dipandangi tiap hari sambil senyum-senyum, dan tentu saja dipamerin donkkkk di media sosial…ah masa gak tau sih? Maka itu jangan heran, kalau tiap hari selalu ada saja foto terbaru yang di upload. Jumlah album mendekati 80 buah, Dan 40 persennya foto diri, close up semua! Astagaaaaaaaaaa!!!

Tapi, dua penyakit sosial itu belum ada apa-apanya dibandingkan dengan sampling yang satu ini.. Yaitu gabungan keduanya, Narcist Akut dan Exist Addict ditambah Lebay yang banyak. Dan aku yakin, yang modelnya begini, gak hanya ada di koleksiku saja, mesti ada dimana-mana, hanya masalahnya, apakah kalian sudah menemukannya? Pasti ada yang nanya, kok yang begitu dipertahankan sih, Lha kalau dibuang, aku gak punya bahan lagi donk… Hi hi..

Setelah beberapa lama memperhatikannya, aku mulai membayangkan, bagaimana kepribadian sebenarnya perempuan yang istimewa ini. Jam terbangnya di media sosial jangan ditanya. Punya account dimana-mana dan aktif semua. Blackberrynya on 24 jam sehari. Tinggal PING!!! Responnya cepat punya. Dalam satu hari saja, ganti profile pic bisa diatas 7x, rasanya Recent Updates ya dia saja dia saja. Sekali waktu dia mengumpat tentang ketidaksukaannya dengan sesuatu.. Sekali waktu lagi, dia galau dg kata2 yg putus asa. “Tuhan Peluk Aku..” Tadinya aku fikir judul lagu.. Secara aku cukup sering menemukan kalimat satu ini dituliskan di FB dan Tagged. Lah, memang Tuhan online juga disana gitu? Sekali waktu, dia bisa berapi-api menyindir seseorang di blackberrynya. Sekali waktu memasang foto romantis tentang cinta dan harapannya. Ada gambar 2 angsa sedang menautkan simbol love dari kepala mereka. Lain waktu lagi dia memasang foto yang nyeleneh – asal, dengan kata-kata yang lucu. Lain waktu lagi, dia meng-update status-status / foto inspiratif dengan kalimat bijak yang menenangkan jiwa, Duh adem bener melihatnya. Lain waktu lagi, berubah lagi menjadi kalimat makian kepada seseorang penuh emosi, dengan kata-kata yg tidak enak dibaca. Lalu pernah juga aku melihat, kalimat2 penuh pembenaran tentang sesuatu entah maksudnya apa.. Quote-quote tentang persahabatan dan cinta sejati juga ada. Kadang-kadang mengutip kalimat pak Mario Bijak, sang inspirator terkenal itu. Kadang juga capture conversationnya dengan beberapa teman yang memuja kebeningan kulitnya yang makin hari terawat baik. Dan tadi, aku melihat foto perempuan sedang menangis di profile picturenya. Belum termasuk foto close up yg tak terhitung lagi jumlahnya, (dengan senyum manis tentu saja). Dan itu baru di Blackberry, di Facebook lebih hebat lagi. Status ada, Posting video lagu-lagu cinta hingga R&B, berbagai notes puisi cinta hingga sindiran sarkasme hadiah untuk someone, LUMAGADA judulnya - Lu Mau Gue Ada..

Lalu aku jadi berfikir begini, “Gak bagus juga ya terlalu terbuka dan mudah dibaca di media sosial. Bukan apa-apa, kalau yang baca orang-orang terdekat kita sih gak apa-apa. Paling mereka membatin -Duh, penuh deh wall guee, eloe semuaaaa!” Nah, kalau yang membaca orang gak terlalu kenal? Rekan bisnis? Atau someone baru kenal yang bermaksud pedekate, apa gak ill feel mereka? Karena salah-salah, bisa dianggap orang ”SAKIT JIWA”.

Aku jadi ingat, temanku Big (yah orangnya tinggi gede tegap, dan dia gak mau di expose namanya karena dia sudah terlanjur ngetop dari SD), pernah menggumam suatu hari. “Ric, aku tuh senang melihat perempuan cantik. Luwes. Pandai bergaul. Apalagi kalau perempuannya pintar gitu ya. Tapi, begitu aku tau tindak tanduknya di facebook dan blackberry minus, langsung illfeel aku. Boro-boro mau deketin, langsung aku remove dia. Ringam… “.

Temanku yang lain, seorang pencinta games online menyatakan ”Buat apa punya pacar cantik kalau labil jiwanya? Nambah-nambahin masalah saja ” Temanku satu lagi yang juga pengamat media sosial lebih kejam lagi, “Kayak orang kurang perhatian ya. Apa dia gak punya real best friend ya, sehingga lari kemana-mana untuk menarik perhatian?”

Hmmm… Menarik. Benarkah tujuan mereka meng upload foto berganti-ganti, meng update status berkali-kali sehari, memposting berbagai hal, hanya sekedar berekspresi atau sudah dalam tahap kurang perhatian sehingga perlu usaha yang banyak untuk ”Menarik Perhatian”? Karena tentu saja, sesuatu yang over, berlebihan, memicu berbagai respon dari banyak orang. Dan seringnya, mereka membicarakan itu di belakang loh..

Kadang, mereka sendiri mungkin tidak menyadari, hingga suatu hari ada yang tega menyampaikan. Sebagian mungkin bilang..

“emang kenapa? Wall-wall gue.. Suka-suka gue! Loe gak suka, jangan baca donk!” »» Iya bener.. Tapi kan tulisanmu muncul juga di wall orang lain yang artinya suka gak suka dibaca-dilihat-diamati oleh berbagai orang yang ada di friendlistmu.
.
“Ah enggak ah, aku kan cuma iseng.. Lagi santai aja..” »» Iseng kok sering? Iseng kok tiap hari..

“Terus gimana donk gue kan perlu berekspresi..” »» Iya ya.. Layar gelas layar kaca gak bisa ditembus, layar Gadget–Blackberry/Smartphone juga bisaaaa..

Tapi, gak ada salahnya me review kembali aktivitas kamu di media sosial. Coba buka kembali FBmu, apa saja yang kau buat disana, dan tanya sedikitnya 10 dari teman-teman yang mengenalmu apakah kamu termasuk “Narcist Akut, Exist Addict dan ……… ” dan dengarkan apa komentar jujur mereka. Kalau 7 diantara mereka mengatakan ya sementara 3 yang lain mengatakan TIDAK, karena mereka gak punya account di media sosial, jarang online or jangan-jangan mereka sendiri gak tau media sosial itu apa.. yaaahhhh berarti kamu ………….. Duh berat mengatakannya..

Semoga tulisan ini mencerahkan. Tidak bermaksud menghakimi atau menyentil siapapun, Hanya sebuah pengamatan dari seorang penulis yang baru 3 tahun insyaf.. Hehe.. Tapi apabila ada sahabat-sahabat yang ‘kena” ya sudah, berarti tulisan saya nyata donk.. Wkwkkwkw..

copas jua ni.....

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun