*Sepengggal percakapan saya didalam Kereta (Jurusan St. Pasar Senen - St. Pasar Turi, JaTim) dengan seorang Bapak asal Surabaya.
Renungan:
Seiring dengan Program Otonomi Daerah yang digenjarkan Pemerintah Pusat dan desakan dari Pemerintahan Daerah awal reformasi 1997 - thn 2000-an (kebebasan & kemandirian daerah yang juga diperjuangkan oleh pemberontakan PRRI/Permesta pada masa awal kemerdekaan/ Orde Lama). Sayang Kebebasan&Kemandirian itu melunturkan Nasionalisme digenerasi edan ini. Unsur kedaerahan yang melonjak naik (wajar sih, bilamana etnis A bangga akan budaya nya) tetapi kebanggaan itu aneh bin laden/lain, sebuah kebanggaan yang justru mengotak-ngotakkan kita akan sebuah bangsa yang utuh (Benar, kita adalah Bhineka Tunggal Ika. Sayang, yang tinggal saat ini hanya Bhineka sedangkan Tunggal dan Ika mengungsi entah dimana, mungkin juga pindah rumah)
Otak saya, tidak tau lagi harus menguraikan apalagi, To Point aja dech:
Orang Jawa, Orang Batak, Orang Bugis, Orang Betawi/ Orang Jakarta, Orang Sunda, Orang Padang, Orang Ambon, Orang Banjar, Orang Dayak, Orang Papua, Orang Bali, Orang-orangan sawah, Orang-Aring, entah lah Orang apalagi, saya tidak tau.
SAYA ORANG INDONESIA, SAYA BUKAN ORANG BATAK!"
Salam Orang Indonesia, Salam Kompasiana.