Maya berlatar waktu tahun 1998 (perkiraan saya mulai dari tanggal 5 Mei 1998). Novel ini berlatar tempat di sewugunung atau yang biasa dikenal Gunung Lawu.
Berbeda dengan Saman, novel Maya tidak menghadirkan Saman sebagai tokoh utama, tetapi menampilkan Saman sebagai tokoh bawahan utama. Mengapa?
Di sini serunya membaca novel Maya!
Saman merupakan hal tabu yang ingin dipertanyakan dalam novel Maya. Ayu Utami melalui novel Maya seperti ingin mengingatkan kita kondisi Indonesia sebelum tahun 1998 dan pada tahun 1998, khususnya di bulan Mei. banyak peristiwa-peristiwa besar di Indonesia yang dicatatkan di dalam novel Maya. Salah duanya adalah peristiwa ABRI Masuk Desa dan Swasembada Pangan.
Di dalam novel ini terlihat sekali bahwa ABRI memiliki kekuasaan besar di daerah-daerah terpencil. Mereka diizinkan berbuat "sesuka hati" demi memastikan berhasilnya program pemerintah. Dan, salah satu programnya adalah Swasembada Pangan.
Hal lain yang seru dan menarik dalam novel ini adalah tidak terlihatnya sesuatu yang "sadis" di dalam novel Maya ini. Mengapa saya katakan demikian? Seperti yang kita tahu, kebanyakan novel-novel yang berlatar sejarah--apalagi berlatar 1998--selalu menampilkan cerita dengan "kesadisan"nya masing-masing. Namun, di dalam novel ini, tidak ada kesadisan itu. Meskipun terdapat dua bagian cerita mengenai ABRI yang tidak berperikemanusiaan di dalam Maya.
Melalui novel ini, pengarang sepertinya ingin kembali mempertanyakan "dimana mereka yang dulu hilang?" karena seperti yang kita tahu, banyak aktivis yang menghilang sebelum akhirnya Soeharto benar-benar mengundurkan diri dari kursi kekuasaannya.
Mau tau cerita lengkapnya? Silakan baca langsung novel Maya yaaaaah :D
sumber pokok : Utami, Ayu. 2013. Maya. Jakarta: KPG