Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Ibuku Ada Empat

16 Desember 2011   01:32 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:12 283 1
Ibuku yang pertama. Waktu itu sudah sore hari dan hampir gelap masih main layang2, lalu saya diseret ibu dan langsung dibawa ke kamar mandi langsung diguyur air berkali2 lengkap dengan baju2nya basah semua. Tentu saja itu cara ibu memberikan pelajaran agar mau menurut kalau disuruh lekas mandi. Tidak ada kata2 keluar, badan tidak sakit karena cuma diguyur air, tapi nggak tahu kenapa kok waktu itu saya menangis keras2. [caption id="attachment_156631" align="alignleft" width="300" caption="Bapak dan Ibu"][/caption] Saya dilahirkan dalam keluarga KB, bukan Keluarga Berencana tapi Keluarga Besar.  Saudara sekandung saya ada 8 orang, di tengah perjalanan sudah dipanggil Tuhan 2 orang, sehingga sekarang tinggal 6 bersaudara.  Selisih diantara kami adalah dua tahun,  mungkin tidak ada istirahatnya dalam mengasuh anak. Setiap dua tahun tambah anak,  tetapi pendapatan / gaji dari bapak saya tidak  naik setiap dua tahun, begitu cerita yang pernah saya dengar dari ibu.  Selain capai mengasuh, harus berpikir keras mengatur keuangan.  Jumlah anak tambah, tetapi dana untuk makan sama.  Satu telor bebek yang dulu cukup untuk anak2, sekarang tidak cukup lagi.  Akhirnya ditambah potongan kol kobis yang banyak, sehingga telor bisa tambah besar. Semua dapat bagian yang sama besarnya. Setelah nikah, saya dan istri tinggal jauh dari saudara dan orang tua.  Masih ingat betul istri sering muntah2 saat mengandung. Saat kandungan makin besar,  semakin tampak tambah berat juga dan jalanpun sudah harus hati2. Tiba saat melahirkan, sangat untung karena saya masih belum berangkat kerja sehingga bisa antar istri ke rumah sakit. Masuk rumah sakit di pagi hari, akan tetapi sampai sore dan malam hari belum juga lahir. Tampak istri lelah dan kurang tidur.  Praktis malam itu juga tidak tidur,  pada saat sangat ngantuk dan lelah kembali terasa mau lahir. Akhirnya anak kami lahir pagi jam 7:32. Menyaksikan sendiri istri mengandung selama 9 bulan dengan segala susah payahnya,  melihat langsung bagaimana perjuangan dan sakitnya saat melahirkan anak, peristiwa ini membuat saya baru sadar bahwa harus berterima kasih ke Ibu saya.  Setelah pulang dari rumah sakitpun, masih tiap hari sang bayi sering bangun di tengah malam. Pengalaman punya anak pertama ini yang sangat menyadarkan saya akan arti Ibu. Oleh karena itu setiap ulang tahun,  saya selalu berusaha mengkontak atau telpon ke Ibu saya untuk mengucapkan trimakasih.  Ulang tahun bukan lagi menunggu ucapan selamat, tetapi harus lebih dulu berterimakasih ke Ibu yang sudah 9 bulan mengandung dan melahirkan serta membesarkannya.  Ibu saya semakin tua, semakin menurun daya ingatnya juga.  Tahun2 terakhir pada saat saya telpon,  saya terlebih dulu yang mengingatkan bahwa hari ini hari ulang tahun saya. Saya hanya bilang "trimakasih". Selain mengucapkan trimakasih lewat telpon,  selagi ibu saya masih hidup saya punya niat untuk setiap tahun sekali pulang ke rumah dan bertemu dengan ibu.  Setiap tahun berusaha menabung untuk bisa membeli ticket pulang ke Indonesia.  Untunglah istri saya juga memahami dan mendukung niat saya itu.  Waktu itu sekitar jam 8 malam saya telpon ke ibu saya.  Ibu di siang harinya mau melayat, tapi ditengah jalan pusing lalu pulang.  Malam itu agak pusing katanya, tapi masih bisa mendengar dan bicara jelas telpon.  Karena pusing, lalu saya menganjurkan ibu untuk tidur lagi, dan telpon saya tutup.  Dua jam setelah saya telpon ibu,  kembali saya ditelpon dari Indonesia yang mengabarkan bahwa ibu sudah tiada.  Trimakasih ibu, masih diberi kesempatan untuk bertemu meski sebentar dan mendengarkan suara meski lewat telpon. Ini adalah ibu saya yang pertama. Untuk teman2 yang masih punya ibu,  sering2lah ketemu ibu.  Ceritalah banyak ke ibu,  bercerita banyak ke ibu juga akan sangat membahagiakan ibu. Ibuku yang kedua. Untuk yang sudah menikah tentu mempunyai ibu mertua. Banyak cerita2 di buku atau di drama TV yang mengkisahkan hubungan menantu dan ibu mertua.  Saya sendiri pernah tinggal di rumah mertua lebih dari satu tahun.  Meski bukan lahir dari rahimnya, ibu mertua juga baik dan mencintai menantu tak ubahnya seperti anaknya sendiri.  Setelah ibu kandung saya sendiri tidak ada, maka terasa sekali ibu mertua adalah seperti ibu sendiri. Berdasarkan pengalaman yang ada dalam diri saya, maka saya juga selalu bilang ke istri saya untuk sering bertemu dengan ibunya ( ibu mertua saya ).  Saya selalu mendukung istri saya untuk sedapat mungkin membantu orang tuanya,  sedapat mungkin membuat senang orang tua di masa tuanya.  Tidak mungkin bisa membalas kebaikan orang  tua.  Sebagai tanda terimakasih ke ibu mertua, saya memberikan kebebasan dan mendukung istri di saat berbuat sesuatu untuk orang tuanya.  Satu lagi cari mencintai dan beterimakasih ke ibu mertua adalah dengan mencintai istri/suami kita ( pasangan kita ). Ibu yang ketiga. Kebetulan bulan Juli 2011 yang lalu saya ada reuni SMP.  Dalam acara juga diundang guru2 yang dulu pernah mengajar kami. Tentu mereka semua sudah pensiun ,  karena kami yang murid2nya saja sudah berumur sekitar 50 tahun.  Tentu kami sangat senang masih bisa ketemu lagi dengan para guru Dalam setiap reuni, kadang murid terlalu egois ( termasuk saya waktu itu ).  Saat ketemu guru selalu berkata "Ibu masih ingat saya?".  Kita maunya selalu diingat, tapi kita lupa bahwa Ibu guru itu muridnya sangat banyak dan sekarang sudah  tua.  Lebih baik jangan ditanya "apakah masih ingat saya", tapi katakan dulu siapa nama kita dan dulu pernah diajar ibu,  dan kataka bahwa senang bisa ketemu lagi.  Kalau dulu pernah berbuat sesuatu yang kurang baik,  kesempatan untuk minta maaf ( meski guru kita juga sudah lupa mungkin ).  Saya baru pertama kali ikut acara reuni SMP,  kebetulan reuni diadakan untuk beberapa angkatan. Dari iuran reuni dan dari beberapa alumni yang cukup kuat tingkat ekonominya,  terkumpul dana yang bisa diberikan langsung ke guru2.  Guru yang tidak bisa hadirpun diberikan hal yang sama, ada beberapa teman yang khusus mengantarkan ke rumah guru. Berdasarkan pengalaman ini, suatu tanda terimakasih kita ke Ibu guru kita ,  sering diadakan reuni lebih baik.  Seorang ibu tentu akan senang bertemu kembali dengan anaknya.  Memang guru tidak lupa semua,  pasti juga ada yang diingat ( tetapi kalau tidak diingat janganlah sedih, karena itu wajar seperti yang saya alami sendiri ).  Di moment reuni ini kita bersama2 bisa memberikan bantuan atau kenang2an untuk mereka.  Jadi tujuan reuni bukan hanya untuk murid, tetapi akan sangat berarti jika kita memberikan sesuatu untuk Ibu guru ( bapak guru juga ).  Para guru adalah Ibu saya yang ketiga. Ibu saya yang  keempat adalah Ibu kita semua. Saya sendiri masih ingat lagu : " seorang ibu sedang bersusah hati, air matanya berlinang tandakan kesusahan".  Tak lain dan tak bukan dia adalah "Ibu Pertiwi" .  Ibu pertiwi, atau negara kita adalah Indonesia. Pantas berterimakasih karena disediakan tempat untuk lahir.  Apa balasan atau tanda trimakasih kita?  Mengapa belum diciptakan lagu ibu pertiwi yang sedang senang hati dan gembira.  Mungkin penulis lagu tidak bisa menipu dan dusta karena melihat masalah lumpur, masalah Gayus, masalah KPK, masalah Susna Duaji, Nazarudin, Nunun dan mungkin masih buannyak sekali yang tidak pernah ada selesainya.  Banyak masalah hilang ditelan waktu tanpa kejelasan yang bisa membuat ibu ketawa dan gembira. Beri kesempatan pencipta lagu untuk bikin lagu ibu pertiwi yang senang hati.  Yang jelas jangan buat ibu pertiwi kita tambah susah dan membuat airmatanya berlinang.  Tanda terimakasih ke ibu pertiwi adalah "tidak melakukan korupsi",  untuk penegak hukum janganlah gampang disuap sehingga membuat semakin banyak orang susah.  Dan untuk kita semua, sebagai warga biasa,  tetap semangat dan bekerja sebaik2nya tanpa harus banyak mengeluh.  Buanglah jauh2 sikap ingin serba cepat, yang berakibat ke arah perbuatan yang melanggar hukum dan kurang jujur. Trimakasih Untuk semua ibu, termasuk istri saya, trimakasih atas semua karya dan kebaikannya. Untuk semua ibu tetaplah kuat jika banyak masalah yang dihadapi. Banyak karya besar menjadi nyata karena seorang ibu. Seorang ibu tidak akan pernah melukai anak.  Jika ada duka,  seorang ibu akan menyimpan dalam hatinya yang paling dalam. Salam dan tetap menunggu lagu : "ibu yang senang hati".

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun