[caption id="attachment_117505" align="aligncenter" width="600" caption="Kota Ishinomaki dilihat dari atas. Puing2 sebagian besar sudah dibersihkan "][/caption] Sudah 100 hari lebih gempa dan tsunami menimpa jepang. Sangat banyak rumah yang hilang, sehingga langkah pendirian rumah sementara untuk penduduk merupakan langkah yang harus dikerjakan. Setelah keadaan jalan dibersihkan dari reruntuhan, maka transportasi untuk mengangkut barang2 dan peralatan pendirian rumah sementara bisa berjalan dengan lancar. Sampai saat ini sudah tersedia beberapa rumah sementara yang bisa dihuni. Jumlah pengungsi dan rumah sementara yang tersedia tidak memadai, oleh karena itu diadakan undian. Ada beberapa orang atau keluarga yang "beruntung" mendapatkan kesempatan untuk bisa masuk ke rumah sementara. Fasilitas yang disediakan di rumah sementara cukup memadai: mesin cuci, rice cooker, perlengkapan rumah yang lain. Dengan menempati di rumah sementara ini maka keluarga tidak harus tidur bersama lagi di hall atau ruangan besar di sekolah. Akan tetapi rupanya banyak keluarga/orang tidak mau masuk ke rumah sementara. "Kenapa tidak mau ke rumah sementara? " rasa heran adalah yang pertama muncul di benak semua orang. Mereka yang tidak mau menempati rumah sementara ternyata punya alasan yang bisa dimengerti. Ada aturan bahwa setelah menempati rumah sementara, maka biaya makanan harus ditanggung sendiri. Selama dipengungsian maka makanan ditanggung oleh team dari negara/relawan. Mereka tidak bisa menanggung beban biaya makan sehari-hari karena mereka memang belum punya pekerjaan. Beberapa orang tua yang punya penghasilan dari pensiun mereka tetap punya penghasilan sehingga mau masuk ke rumah sementara. Masalah pekerjaan atau mata pencaharian setelah bencana yang menghilangkan rumah serta pekerjaan ini juga dialami oleh masyarakat di sekitar gunung Merapi sewaktu terjadi letusan belum lama ini. Patut kita puji juga ada kelompok relawan yang sudah memikirkan dan melaksanakan masalah pengganti mata pencaharian. Kelompok yang menamakan dirinya FPUB (Forum Persaudaraan Umat Beriman), salah satu anggotanya yang aktif yaitu Suyatno Hadiatmojo menceritakan dalam email : "Untuk memberikan solusi bagi masyarakat yang kehilangan mata pencaharian akibat erupsi Merapi, telah diusakan beberapa kegiatan peningkatan ekonomi. Semula kami sudah merasa bahagia, karena hasil perjuangan untuk mengubah mentalitas petik masyarakat kurban erupsi Merapi menjadi masyarakat tanam sudah mulai menampakkan hasilnya. " Beberapa hal yang dilakukan adalah sebagai berikut ( disesuaikan dengan minat dari warga) : 1.Kambing gadhug gulir 2.Pelatihan penanaman cabe dan sayur organic 3.Bebek Potong 4.Lele dengan kolam dari terpal Dijelaskan bahwa Cabe dan Bebek Potong sudah bisa mulai di panen, yang berarti siap dipasarkan. Kini saatnya masyarkat luas di sekitarnya bisa membantu mereka dengan cara membeli dari produk yang mereka buat. Perjuangan yang dilakukan tentunya tidak mudah, butuh waktu untuk meyakinkan masyarakat untuk memulai sesuatu dari nol, dan ini membutuhkan daya tahan dalam proses pemulihan. Daya tahan baik dari relawan dan daya tahan para korban bencana sendiri. Mungkin teman2 di Indonesia bisa cerita lebih detail tentang ini. Kondisi di daerah bencana di jepangpun tampak bahwa korban dan relawan juga harus mempunyai daya tahan serta mental yang kuat. Hal yang sangat disayangkan adalah telah terjadi korban bunuh diri satu orang bapak yang tanah dan bangunannya tidak rusak tetapi tidak boleh pulang ke rumah karena termasuk radius bahaya radiasi disekitar PLTN Fukushima. Semoga korban yang lain bisa cukup kuat dan bisa bertahan dalam masa2 yang sulit sekarang ini. Tanggal 11 Juni 2011, saya sempat pergi di pusat relawah di Ishinomaki , provinsi Miyagi. Meskipun sudah tiga bulan, akan tetapi semangat relawan baik perorangan maupun group masih banyak. Memang butuh waktu lama untuk recovery atau pemulihan. Pagi itu masih sekitar jam 7:30, sementara hujan masih turun rintik2. Beberapa orang sudah mulai datang dan menuju suatu tempat untuk mendaftarkan atau mencari informasi tentang kegiatan bantuan untuk mereka yang terkena bencana. Ada yang datang secara pribadi dan ada yang datang bersama rombongan. Tepat jam 8 pagi para petugas yang menangani dan mengatur para relawan ini sudah siap untuk bekerja hari itu. Beberapa orang yang sudah datang pagi sebelumnya lalu berderet untuk mendaftarkan dirinya di hari itu. Karena sebagian besar rumah para relawan jauh dari tempat bencana, maka sebagian besar menginap dengan cara mendirikan tenda. Kebetulan pusat relawan di Ishinomaki ini dipusatkan di salah satu Perguruan Tinggi (). Kebetulan ada tempat parkir luas dan ada juga lapangan dari rumput yang cukup luas. Di lapangan rumput inilah para relawan dari jauh mendirikan tenda dan tinggal sementara di situ. Ada yang hanya dua hari tinggal di situ, tetapi ada yang cukup lama disitu ( mungkin relawan ini memang sudah niat untuk membantu terus menerus ). Setiap pagi didaftar berapa orang yang mau membantu. Setelah didaftar kemudian dibagi2, dan dipimpin oleh petugas. Sebelum pergi ke lokasi yang mau dibantu, diberikan penjelasan. Penjelasan ini selalu dilakukan karena tiap hari pesertanya bisa berbeda dan kemungkinan ada yang baru pertamakali menjadi relawan. Pusat relawan di Ishinomaki ini cukup membantu bagi perorangan yang baru pertamakali menjadi relawan. Begitulah suasana yang ada di Pusat Posko Relawan di Ishinomaki, sebuah kota di provinsi Miyagi. Posko ini menerima relawan yang datang baik secara perorangan ataupun group. Kota Ishinomaki yang sebagian besar terletak di pinggir laut, hampir semua daerahnya rusak. Ishinomaki ini pusat para nelayan dan pusat pasar ikan, sehingga banyak ikan2 yang tadinya tersimpan di tempat penyimpanan semua terbawa ombak dan tersebar di daratan. Akibatnya bau amis sangat terasa di daerah itu. Meskipun sudah dilakukan pembersihan ikan2 yang busuk, tetapi bau masih terasa ( mungkin masih banyak ikan2 yang tersembunyi ). Selain orang jepang, tampak beberapa orang relawan dari negara2 lain juga. Mungkin pernah baca berita jalan tol segera bisa dipulihkan dalam waktu singkat. Jalan tol yang rusak karena gempa diperbaiki siang malam, pekerja secara bergantian terus menerus memperbaiki jalan selama 24 jam. Akhirnya dalam waktu 6 hari jalan tol yang rusak parah bisa dilalui kembali. Jalan tol ini sangat penting untuk kelancaran bantuan lewat darat, tanpa jalan tol ini proses pengiriman bantuan dan pemulihan akan terhambat. Oleh karena itu jalan tol ini mendapat prioritas utama. Perbaikan jalan tol sudah selesai, tetapi pemulihan pemukiman dan pekerjaan belum selesai dan masih butuh waktu yang lama dan butuh daya tahan semua pihak. Semoga semua bisa saling membantu. [caption id="attachment_117507" align="aligncenter" width="600" caption="Para relawan pagi2 sudah mendaftarkan untuk bekerja di hari itu "][/caption] [caption id="attachment_117508" align="aligncenter" width="600" caption="Susana penjelasan sebelum pergi ke tempat yang mau dibantu"][/caption] [caption id="attachment_117510" align="alignleft" width="280" caption="Tenda2 para relawan "] [/caption] [caption id="attachment_117510" align="alignright" width="280" caption="Tenda2 para relawan "][/caption]
KEMBALI KE ARTIKEL