Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik

Sebuah Analogi Kenaikan Harga BBM

19 Juni 2013   11:47 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:46 379 1
Sang Sultan membuka keran investasi bagi pemilik modal asing untuk membuka Retail BBM di tanah negeri, maka segeralah menjamur SPBU2 asing itu dengan janji kualitas produk lebih baik, pelayanan lebih prima dan harga lebih mahal dari SPBU lokal, mereka berharap dapat mengeruk untung yang maksimal.

Namun apalah daya, sudah menjadi tabiat masyarakat negeri ini untuk lebih mementingkan kuantitas daripada kualitas, "lha wong pake yang murah aja bisa jalan, ngapain pake yang mahal Mas!" sehingga jelas saja retail2 asing tersebut menjadi tidak laku bahkan nyaris bangkrut (beberapa malah sudah mulai tutup).

Maka segeralah para pemilik modal itu menuntut kepada Sang Sultan "ini persaingan bisnis yang tidak sehat, harga mestilah mengacu pada harga pasar bukan daya beli konsumen, subsidi harus dicabut atau para investor akan angkat kaki dari negeri ini”. Hal itu membuat Sultan dan Para Pembatunya yang jadi kelimpungan, di satu sisi Sultan mendapat amanat untuk menjaga "iklim investasi yang kondusif", di satu sisi Sultan harus berhadapan dengan masyarakat yang telah memilihnya menjadi pemimpin di negeri ini, pikirannya berkecamuk antara mempertahankan atau mencabut subsidi.

Sultan dikenal sebagai pribadi yang tenang, taktis, sistematis.Merasa dipojokkan dari semua sisi akhirnya Sang Sultan mencari jalan tengah di antara mencabut dan mempertahankan subsidi dia memilih untuk membatasinya sambil pelan2 menarik subsidi yang ada, yang pada akhirnya akan membuat harga BBM sesuai dengan tuntutan para investor yang menghendaki "persaingan bisnis yang sehat sesuai dengan mekanisme pasar”.

Maka dimulailah strategi Sang Sultan dengan cara yang sangat sistematis, pembatasan pemakaian BBM bersubsidi, konversi BBM ke BBG, serta isu jebolnya kantong APBN akibat subsidi yang berlebih, yang paling parah.. isu bahwa Subsidi hanya dinikmati oleh Si Kaya saja, jika subsidi dicabut hanya Si Kaya yang merana, Si Miskin akan baik2 saja bahkan mendapat penghasilan lebih melalui Dana BLSM, Sultan tau bahwa kesenjangan antara Si Kaya dan Si Miskin sudah sedemikian jauh, maka dia menggunakan cara ini untuk mengadu domba mereka, rakyatnya sendiri.

Mengapa Sang Sultan tega melakukan hal sedemikian rupa? Atau mungkin lebih tepat, Alangkah beraninya Sang Sultan melawan kehendak rakyat? Bukankah di negeri ini hanya rakyat lah yang punya kuasa untuk menaikkan atau menundukkan Sang Sultan dari singgasananya?

Ternyata Sang Sultan adalah orang yang teramat cerdik, dibalik tarik-ulur penentuan harga BBM, dibalik isu subsidi dan BLSM, dibalik investor kapitalis dan Rakyat, dibalik itu semua sebenarnya tujuan Sultan cuma satu..yaitu mempertahankan singgasana hingga masa jabatannya berakhir. Selebihnya Sultan tidak ambil pusing, biarlah nanti penggantinya yang kelimpungan. Seperti episode yang sudah-sudah..Sultan selalu “CARI AMAN”.

*membaca situasi sekitar dan terinspirasi dari tulisan Kwik Kian Gie : http://kwikkiangie.com/v1/2012/03/kontroversi-kenaikan-harga-bbm/

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun