Berawal dari dinyatakannya Solo sebagai KLB (Kejadian Luar Biasa) akibat virus corona, maka Bapak Rudyatmoko, selaku walikota kota Surakarta, mengumumkan beberapa keputusan terkait penanggulangan wabah ini. Salah satu pengumuman tersebut adalah semua murid harus belajar di rumah, termasuk anak-anak TK. Pengumuman itu sontak menjadikan salah satu grup TK sekaligus day care heboh pada tengah malam. Saya yang waktu itu sedang membaca berita-berita melalui HP tiba-tiba mendapat notifikasi mengenai hasil keputusan itu, saya juga langsung lemas dan ikut panik. Kepanikan saya tentunya karena dua hal: adanya virus corona di Solo dan bagaimana dengan anak saya ketika saya bekerja.
Hampir semua orang tua menanyakan hal yang kurang lebih hampir sama:
"Bunda, day care libur juga nggak?"
"Bunda, apakah boleh penitipannya tidak libur?"
"Bunda, kalau orang tua dua-duanya masih kerja, gimana donk?"
"Bun, sekolahnya libur, penitipannya masih bisa 'kan'?"
....
Dari semua pertanyaan itu, hanya satu jawaban bunda, "Iya mama-papa, ayah-bunda, kakung-uti, anak-anak harus belajar di rumah dulu ya. Penitipan juga libur. Kami tidak boleh 'ngeyel', harus manut."
Dan, sekejab semuanya hening. Belum ada lagi yang merepons. Saya bisa membayangkan apa yang sedang terjadi. Setiap orang tua yang selama ini menitipkan anaknya di day care pasti sedang memegang dahi, berdiskusi, menelepon kerabat sana-sini, mengatur jadwal ini-itu hanya untuk mendapatkan solusi bagaimana biar bisa tetap bekerja dan anak tetap bisa terjaga.
Belajar bersikap arif dalam menerima keputusan.
Ketika Solo dinyatakan KLB Corona, hal ini memang sangat tidak menyenangkan bagi kita semua. Selain karena memang berarti kondisi sedang bahaya, aktivitas kita pun akan ikut terpengaruh juga.Â