Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik

Bang Ruhut, Boleh Berkenalan?

9 Oktober 2013   03:41 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:47 367 0
Suatu hari di tahun lalu, di tempat tunggu bandara Soekarno Hatta untuk jalur penerbangan Internasional, saya dan suami duduk bersebelahan dengan Bang Ruhut. Tentu saja kami senang, tak pernah saya berkesempatan bertemu orang ngetop. Dengan memberanikan diri saya berkenalan, ternyata sambutannya ramah sekali malah terkesan ' rame', dengan rajin nya dia tanya- tanya tentang asal daerah, mau terbang kemana, diselingi gaya tertawa nya yang agak sedikit berisik untuk ruangan yang tenang waktu itu.

Setelah dia tahu kami terbang dari Kalimantan, dia bilang,

"Kamu punya tambang batu bara berapa banyak?

"Belum punya bang" jawab kami

"Wah...sebagai putera daerah harusnya kalian punya tambang sendiri" nada suaranya agak kecewa.

"Belum punya uangnya Bang "

"Tak perlu lah pake uang segala, kalian carilah investor- investor itu. Di Jakarta aja banyak tuh investor yang siap kucurin dana". Aku aja punya sembilan tambang di Kalimantan"

Walah....kepalaku puyeng rasanya mendengar investor segala, apa memang begini gaya 'obrolan' kelas atas. Batinku dalam hati. Apakah memang benar bahwa banyak investor di Jakarta yang mendekati para putera daerah untuk diajak berbisnis? Benarkah Ruhut punya sembilan tambang di Kalimantan?

Kami hanya bengong saja dan senyum kecut mendengarnya. Lalu obrolan berlanjut lagi, kali ini tentang kunjungan kami ke Pantai Anyer Banten, daerah kekuasaan nya Ibu Ratu Atut, yang sekarang sedang dalam masa cekal KPK. Daerah wisata yang banyak menarik minat masyarakat untuk menikmati keindahan pantai, terkenal juga sebagai 'Playground' nya orang Jakarta, kala musim libur tiba.

"Saya sempat main ke pantai Anyer, tapi...aduh...mana tahan deh, jalanan menuju kesana rusak banget"

Bang Ruhut menanggapi sambil tertawa dengan suara khas nya yang rada serak,

"Hahaha....kamu sih ke Anyer nya masih pake mobil, kayak aku dong pake helikopter, hahahaha .....jadi kagak pernah kena macet"

Glek....waduh, kenapa begini tanggapannya, apa- apa an ini. Saya tak tahu apakah tanggapan-tanggapan Ruhut ini memang benar atau dia bicara ngawur saja, daripada dia mumet meladeni ajakan obrolan kami berdua.  Siapa sih saya bagi Ruhut ? tak ada kepentingannya. Masih baik dia mau beramah tamah ngajakin kami ngobrol.

Akhirnya percakapan terhenti karena pesawat Bang Ruhut berangkat lebih dulu. Wah...terima kasih ya Bang Ruhut atas kebaikannya mau menemani kami ngobrol. Pernyataan anda masih kami ingat dan berkesan sangat mendalam atas pertanyaan masyarakat awam terhadap bagaimana para petinggi negeri memandang kekayaan daerah, keberadaan putera daerah dan pembangunan yang terjadi di daerah.

Ini lho Bang ..... kesan yang kami tangkap terhadap obrolan kita, ya...benar memang bahwa para pemimpin negeri ini pintar dan jeli dalam melihat kekayaan daerah tertentu, dan 'sepertinya sudah' menjalankan amanat UUD '45 bahwa kekayaan negara diolah dan  di manfaatkan oleh negara dengan sebesar-besarnya untuk kemakmuran ..... dirinya sendiri, sama sekali bukan untuk kemakmuran rakyat.

Tak peduli apakah jalan menuju Anyer rusak parah, toh kalian bisa pake helikopter. Apakah kalian menyewa  helikopter atau beli sendiri? Lalu uangnya dari mana ya? Lalu kekayaan alam daerah Kalimantan, banyak tambang batubara, minyak, termasuk berlian, ternyata Bang Ruhut punya sembilan. Ternyata banyak dimiliki bukan oleh putera daerah tetapi para investor dari Jakarta, yang mungkin saja investor itu adalah para petinggi dengan menggunakan uang rakyat, atau di jual lah bumi pertiwi ini kepada para investor asing?

Saya sedih dan kecewa lho Bang Ruhut, bahwa kesan saya bisa ngobrol dengan pejabat negara, yah cuma ini saja. Kekecewaan bahwa anda kurang peka terhadap kemelaratan bangsa dan penderitaan rakyat kecil terhadap fasilitas umum yang berhak mereka nikmati karena mereka sudah membayar pajak dan ikut membangun negeri ini, padahal mereka menaruh kepercayaan dan harapan kepada individu-individu seperti anda.

Salam Rindu Dari Semak Belukar Afrika

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun