Desi : Adi, sedang apa kamu?
Adi : (sambil mengusap air matanya) Eh Desi, engggap apa-apa kok.
Desi : Kok tampaknya kamu habis menangis begitu?
Adi : Enggak, mataku cuma kemasukan debu.
Desi : Bohong, kamu sedih kenapa?
Adi : (karena didesak Adi pun menceritakan kesedihannya) Aku diolok-olok oleh teman-teman sekelasku.
Desi : Diolok-olok kenapa?
Adi : Tadi saat pelajaran olahraga berlangsung, kami sekelas berlari mengelilingi sekolah selama 4 kali.
Desi : Lalu?
Adi : Ketika aku berlari di putaran kedua, teman sekelasku beberapa sudah ada yang selesai berlari mengelilingi sekolah seperti apa yang diperintahkan. Mereka yang telah selesai mengolok-ngolokku dikarenakan paling lambat.
Desi : Ya ampun, tega benar mereka.
Adi : Iya, mereka mengejek diriku seperti "Adi, makanya karung beras jangan digantung diperut", "Adi, stopin bajaj biar enggak lama", "Nungguin Adi lari bisa-bisa bel pulang sekolah duluan ini", dan lain-lain.
Desi : (mendengar hal itu Desi merasa geram) Siapa saja mereka itu, biar aku marahin mereka!
Adi : Jangan, jangan. Biarkan saja mereka.
Desi : Kenapa dibiarkan, bukankah karena mereka kamu jadi sedih.
Adi : Benar aku sedih, tetapi biarlah apa kata mereka. Aku justru senang disaat aku sedih masih ada sahabat yang menemaniku sekarang.
Desi : Nah begitu dong, jangan kamu bersedih Adi. Selalu ingat bahwa manusia memiliki kelebihan, tidak terkecuali kamu.
Adi : Apa kelebihanku?
Desi : Kelebihanmu? Kelebihan berat badan. (sambil menjulurkan lidah dan lari keluar dari kantin sekolah)