Roda mobil ini mulai berputar perlahan, membawa diriku bergerak meninggalkan sekolah dimana aku menghabiskan keseharian di Gorontalo. Empat tahun waktu yang cukup lama. Masih teringat pertama kali memutuskan meninggalkan Jawa untuk menjadi guru di Gorontalo. Tidak mudah pada awalnya harus meninggalkan segala fasilitas yang tersedia lengkap di Jawa, apalagi keluarga, ke daerah yang begitu asing, tapi kapan lagi bisa mengenal saudara dan budaya dari propinsi berbeda ?.
Mobil ini melaju semakin cepat, kursi belakang berubah fungsi menjadi bagasi, teman-teman bisa bayangkan berapa banyak barang-barang yang terkumpul selama empat tahun. Dari jernihnya kaca mobil, Gorontalo masih tampak begitu alami, dikanan kiri jalan terbentang lahan persawahan yang luas, dibelakangnya terlihat kebun kelapa dan beberapa rumah penduduk. Suasana siang disini sangat terik, maklumlah hanya beberapa kilometer dari pantai dan dekat dengan katulistiwa, untunglah hembusan AC dari dashboard mobil membuat suasana yang berbeda didalam mobil. Suasananya lebih menyerupai taman wisata Lombongo. Dengan pepohonannya sangat rimbun sehingga hanya sekitar 10% sinar matahari yang mampu menjangkau tanah, menciptakan iklim mikro yang sejuk. Didalamnya mengalir sungai Boliohuto, alirannya deras dan jernih airnya. Beberapa udang air tawar sangat mudah dijumpai berenang dibalik bebatuan. Pada bagian hulu terbentuk air terjun Lombongo setinggi 30 meter muncul dari celah bukit Taman Nasianal Bogani Nani Wartabone.
Malam Tumbilotohe (sumber: welcometomyindonesia.blogspot.com)
Jam digitaldi avanza ini terus berkedip, tak terasa kami sudah sampai ditepian danau Limboto, danau terluas dipropinsi ini. Sayang karena luas danau ini terus menyusut akibat sedimentasi, padahal jika dipikir sangat potensial untuk dikembangkan menjadi salah satu objek wisata unggulan. Suasana hari yang panas, melihat danau sepertinya sangat menyenangkan. Selain itu sebenarnya potensi pembudidayaan ikan air tawar juga bisa menjadi alternatif pemberdayaan warga sekitar.
Benteng Otanaha dengan latar belakang danau Limboto (Sumber: padangtulip.blogspot.com)
Halusnya suara didalam mobil seakan memberiku kesempatan me-replay semua kenangan yang ada selama empat tahun.Tentang siswa, tentang anak asuh, betapa pada pundak mereka masa depan negeri ini akan diwariskan. Tentang Tumbilotohe, sebuah tradisi meyalakan lampu minyak pada tiga malam terakhir bulan Ramadhan dan memasangnya pada taman, halaman, lapangan dan jalan-jalan, akankah tetap lestari ditengah harga minyak tanah yang tidak lagi disubsidi. Jika suatu saat teman-teman berkesempatan untuk mengunjungi daerah ini, sempatkan untuk mendaki benteng Otanaha, saksi bahwa rakyat Gorontalo juga berkontribusi pada kemerdekaan yang kita rasakan saat ini, atau cobalah kendarai kendaraan andamenyusuri kelok-kelok jalan ditepi pantainya, pada sisi tebingnya akan anda temukan berbagai macam bentuk relief cangkang hewan laut yang telah memfosil. Atau cobalah berhenti sejenak menikmati suasana pantai yang masih alami dengan warna warni ikan dan bintang lautnya dipadu dengan pasir putih akan membuat siapapun terkenang daerah ini.
Pantai Marissa (sumber: dokumentasi pribadi)
Tak terasa waktu berlalu, bandara Djalaludin sudah didepan mata. Segera kuturunkan barang yang ku bawa dan berpamitan dengan teman. Sudah tiga tahun sejak terakhir ku tutup pintu mobil itu, belum ku injakkan lagi kaki ini didaerah yang penduduknya menyebutnya sebagaibumi Serambi Medinah.