Semakin mendekati hari pemungutan suara Pemilukada DKI Jakarta, 20 September 2012, semakin nyata saja pembelahan terjadi di masyarakat Jakarta. Jokowi dan Fauzi Bowo bukan hanya dua calon Gubernur DKI, melainkan telah menjadi simbol yang menarik dan menghimpun dua kekuatan sejarah masyarakat. Kubu Jokowi lebih suka menyebut polarisasi itu sebagai kekuatan perubahan melawan kemapanan, semut melawan gajah, koalisi rakyat melawan koalisi Parpol. Sementara kubu Fauzi Bowo lebih suka menyebutnya sebagai kepastian melawan ketidakpastian, kompetensi melawan inkompetensi, atau mayoritas melawan dominasi minoritas.