Kata sobat di kaki Bukit Pipalus, dia ini tergolong orang pinter di lingkungannya. Bisa ngelihat yang enggak enggak gitulah. Banyak orang datang konsultasi mengenai banyak hal tentang kehidupan termasuk soal sepakbola. Dia bilang hati hati dinda Resi, dibalik Foto Selfy La Nyalla-Blater itu ada petunjuk dan ancaman bagi persepakbolaan di negeri ini, katanya.
Lalu terjadilah langkah drastis PSSI menghentikan Kompetisi Liga 2015, kabar yang amat sangat mengejutkan. Apakah ini keputusan yang bodoh, frustasi atau ada rasionalitasnya. Kenapa berani mengambil langkah yg drastis seperti itu.
1). Setelah konsultasi kepada orang pinter tadi, PSSI tidak mungkin menjalankan rencana Menpora. Statuta mengatur setiap anggota FIFA wajib menjaga independensinya, anggota PSSI dilarang keras terlibat dalam kompetisi di luar control PSSI.
2) Dengan langkah ini diharap masih bisa mengulur watu kemungkinan sanksi FIFA. PSSI ingin menunjukan niat kuat untuk menjaga independensinya sesuai amana statuta. PSSI berharap bisa menyelamatkan Persipura, Persib dan TIMNAS untuk tampil di event internasional di tahun ini 2015. Kalo nggak keburu ada sanksi FIFA.
3) Tidak mampu memutar kompetisi liga itu sejatinya adalah kegagalan PSSI sebagai anggota FIFA untuk memenuhi kewajibannya (jadi tergolong pelanggran). Tapi PSSI menggunakan pasal dalam keadaan force major sehingga mungkin bisa dikecualikan. Nanti tahun 2016 PSSI akan gagal memenuhi kewajibannya yaitu gagal ikut serta di Champian Asia, AFC Cup dan lain-lain agenda FIFA. Walaupun begitu masih belum akan berbuah sanksi karena aturannya berbunyi : jika 2 tahun berturut turut tidak mampu memenuhi kewajibannya maka keanggotaannya bisa ditanggalkan.
4) Sebelum ada sanksi FIFA, kegiatan klub secara individual masih bisa dilaksanakan oleh masing masing klub dalam pertandingan atau turnamen tidak resmi baik di dalam mupun di luar negeri. Pemain, pelatih asing masih bisa terus memperkuat klub di Indonesia. Pemain kita masih bisa main di luar negeri. . Nasib TIMNAS bagaimana, masih nggak akan masalah sepanjang belum jatuh sanksi FIFA.
5). Kalau toh akhirnya jatuh sanksi FIFA, itu bukan karena langkah PSSI, tapi semata-mata karena adanya intervensi kemenpora. Jadi mempertegas siapa nanti yang harus bertanggung jawab
7) Jadi aku ngelihatnya PSSI sangat hati hai jika menyangkut langkah yg berpotensi melannggar statute FIFA. Adalah sangat bodoh jika menganggap keputusan PSSI ini tanpa konsultasi informal dengan orang orang AFC/FIFA apalagi mereka baru saja balik dari Bahrain.
8) Dengan langkah ini, PSSI berharap masih ada waktu untuk mencari jalan keluar dari kemelut ini dlam waktu dekat ini. Walau waktu yang tersedia sudah amat sangat sedikit.
Bola ada ditangan Menpora
Sikap dari PSSI ini berarti memberikan keleluasaan bagi Menpora untuk menjalankan rencana yang diinginkan. Membentuk Tim Transisi dengan tugas utamanya adalah segera menunjuk Operator Liga, memutar kompetisi dan mengganti Kepengurusan PSSI. Tapi harus diingat langkah ini akan kembali memicu perpecahan yang meluas yg akan berujung pada terciptanya dualisme organisasi dan liga seperti dulu lagi.
Hal ini akan menambah dan memperkuat bukti adanya intervensi secara nyata terhadap kemandirian PSSI. FIFA tidak punya pilihan lain kecuali menjatuhkan SANKSI. Bukankah Ketua KOI juga mengingatkan hal ini
Kesimpulannya,
Exco PSSI sudah pada keyakinan kalo tidak ada titik temu, FIFA sudah siap dengan sanksi bagi PSSI. Kayaknya sudah nggak bisa diloby-loby lagi oleh PSSI. Pernyataan yg terdengar FIFA memberi mandate kepada PSSI untuk segera menyelesaiakn kemelut yg terjadi.
Sepak bola itu harus menyatukan bukan memecah belah.
Salam olah raga