Mohon tunggu...
KOMENTAR
Money Pilihan

Kisah Kasih Bersama JNE

13 November 2014   00:33 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:56 47 0
Saat itu, telah menjelang lebaran. Iklan-iklan sirup telah berkeliaran, ucapan selamat Idul Fitri pun ramai bertebaran. Sudah sangat bisa ditebak jika di moment-moment seperti ini, arus transportasi dan logistik sedang ramai tak terkira. Harga tiket bis sudah berlipat ganda, manusia di stasiun kereta api pun seperti semut saja.

Yah, moment Idul Fitri memang saat yang sangat tepat untuk mempererat hubungan dengan sanak famili, kolega hingga calon keluarga. Tak terkecuali pejuang dari barisan patah hati seperti saya. Walaupun, bisnis sukses masih sekedar impian, saya tidak mau ketinggalan menghangatkan hubungan dengan keluarga dari sang pujaan, (sebut saja Kuncung).

"Segalanya butuh pengorbanan!!!", itulah motto saya selama ini. Tekad saya pun telah bulat! Uang hidup saya satu bulan ini harus saya korbankan demi beli segala macam barang yang disukai keluarga si Kuncung. Lalu, saya pun mencari dompet. Setelah beberapa jam mencari, saya baru ingat kalau saya tak pernah punya dompet.

Singkat kata, saya bergegas ke toko busana muslim terkenal di kota saya. Si Kuncung sering datang ke sana. Tapi hanya mencari inspirasi katanya. Ya maklumlah sama-sama anak kost seperti saya.

Masa-masa memilih baju pun juga merupakan pengorbanan. Agar ukurannya pas, saya bilang ke SPG "Mbak saya mau belikan baju untuk teman saya. Ukurannya sama kaya mbak. Ini coba saya paskan ke mbak ya?" *sambil nahan malu*.

Saya pun berhasil membeli banyak hadiah di toko itu. Baju untuk ibunya, adik-adiknya dan dirinya. Tak ketinggalan, aksesoris, jilbab, juga Al-Quran dan buku-buku keagamaan salah satunya "La Tahzan (bahasa arab dari 'jangan takut') for jomblo". Hadiah-hadiah pun dikemas dengan sangat indah. Selesai dikemas, saya jadi bingung, "Ini hadiah lebaran atau seserahan mantenan?".

Pokoknya ukurannya besar dan muahal. Karena sudah sangat indah dan muahal, ditambah lagi arus logistik yang lagi ramai-ramainya, saya pun gak mau main-main untuk memilih jasa ekspedisi. "Udahlah pakai JNE aja, yang udah jelas kualitasnya dan gak pernah ngecewain bertahun-tahun selama jadi konsumennya", begitu batin saya.

Karena ini mau saya jadikan kejutan, saya tidak nanya alamat Si Kuncung ke dirinya. Saya bisik-bisik nanya ke adiknya. Diberitahulah oleh adiknya, "gang ******, jl. ***** RT *** RW **, kelurahan *******, kecamatan *******, kabupaten *******, Jawa Tengah, Indonesia, Planet Bumi, Galaxi Bima Sakti". Baiklah, lengkap sekali!

Saya pun mengirimkan paket sangat berharga ini via JNE sesuai alamat (tanpa "Planet Bumi, Galaxi Bima Sakti" tentunya) dan atas nama Sri Mulyati. Saya mengirim paket pada hari jumat sore. Artinya besok hari libur. Belum lagi sudah sangat mendekati Idul Fitri. Saya sangat maklum jika makan waktu lebih lama dari biasanya.

Tiga hari berselang. Setiap hari saya nanya ke adiknya apakah sudah sampai atau belum. Jawabannya selalu belum. Saya konfirmasi, "Nama Ibumu betulan Sri Mulyati kan?". Eh ternyata bukan! Saya memang gak pernah nanya nama ibunya siapa. Hanya dulu ingat sekilas ketika si Kuncung menyebutkan nama ibunya. Nama depannya Sri, nama belakangnya "Ti.. Ti siapa gitu". Tapi berhubung saya mahasiswa fakultas ekonomika, nama yang terus ada di benak saya adalah Sri Mulyani. Sang menteri keuangan yang saat itu sedang heboh. Sehingga nama penerima paket yang saya tuliskan pun adalah Sri Mulyati. Aduh bagaimana ini? Tapi saya coba tenang, "ah paling gaada yang namanya Sri Mulyati di gang itu".
Tapi!! Betapa kagetnya saya ketika ternyata di gangnya ada yang namanya Sri Mulyati!!! Aduh harus bagaimana ini. Saya uring-uringan, panik. Bayangan pengorbanan yang bagi saya telah sangat banyak demi menghadirkan paket muahal itu menggelayut di pikiran saya. Uang hidup saya selama satu bulan, rayuan ke SPG toko, perjalanan dari toko ke JNE yang superrepot dan pengorbanan lainnya seperti memenuhi langit di atas saya. Intinya, paket ini begitu berharga untuk tak sampai begitu saja. Terpaksa saya minta ke adiknya untuk bilang ke ibunya kalau ada temannya mau mengirim paket untuknya tapi salah tulis nama dan tanya ke ibu Sri Mulyati terima paket yang isinya barang muahal tidak. Apa boleh buat. Niat hati mau kasih kejutan eh malah ketahuan satu kampung. Ternyata setelah ditanya, jawabannya belum juga. Saya pasrah. Sebenarnya JNE punya fitur tracking yang sangat bagus. Mudahnya, biasanya dengan url http://www.jne.co.id/index.php?mib=tracking.detail&awb=NO_RESI_ANDA, "NO_RESI_ANDA" diganti dengan nomor resi kita. Tapi, ya nasib. Karena saya ceroboh, resi pengiriman entah ke mana. Nomor resinya mana ingat sayaaaaa!

Dua hari berselang. Uring-uringan saya belum kunjung pudar. Yah, tawakkal sajalah. Mumpung bulan Ramadhan, saya juga tidak mau ketinggalan pahala berlipat membaca Quran. Selepas shalat zuhur, saya duduk di pojokan membaca Quran sambil berdoa penuh harap agar kiriman saya sampai tujuan :(
Allah memang tak pernah menyia-nyiakan doa hambanya yang lemah.
"Paketnya sudah sampai. Bajunya bagus", sms adik si Kuncung. Gyaaaa alhamdulillah. Sungguh JNE hebat sekali. Walaupun salah tulis nama dan arus transportasi logistik sangat ramai, kiriman itu masih bisa sampai. Bahkan keindahan paket saya pun tak ternodai.

JNE pun telah membantu merekatkan hubungan kami (mmuuuaahh JNE!). Yah, walaupun selang beberapa bulan hubunganku dengan si Kuncung telah kandas karena kebodohan saya. Namun, kisah cintaku dengan JNE justru kian membara. JNE selalu bisa kuandalkan untuk segala kebutuhanku.
Terutama bagi saya selaku pebisnis travel dan kuliner nusantara. Bahan-bahan baku yang saya butuhkan saya terima via JNE. Kualitas barang yang saya terima pun selalu prima. Belum lagi fitur PESONA (Pesan Oleh-Oleh Nusantara) yang sangat membantu untuk memuaskan kebutuhan klien-klien saya.

Saya pun yakin hubungan mesra ini akan berlanjut hingga saya punya anak cucu nanti. Salah satu fitur yang luar biasa genius dan saya butuhkan nanti adalah JESIKA (Jemput ASI seketika). Menurut saya, ini sangat brilian. Ketika saya membutuhkan ASI istri saya, maaf maksudnya anak saya, saya bisa menggunakan fitur ini. Terbayang ketika waktu saya kecil, saya tak mau minum susu formula, hanya mau minum ASI. Ibu saya pun terpaksa meninggalkan karirnya dan merelakan jabatan sebagai calon manager di perusahaan besar di Singapura melayang. Jika JESIKA telah ada saat itu, mungkin ibu saya masih bekerja, menjadi manager di Singapura, saya kaya raya, berpasangan dengan Raisa, punya rumah seperti Richie Rich yang ada restoran besar di dalamnya... *oke, lebay*.

Tak terbayang, fitur genius apalagi yang akan dilahirkan oleh perusahaan ekspedisi terhebat, JNE, nantinya. Mungkin akan ada JEJOKA (Jemput Jodoh Seketika) untuk menjawab kebutuhan para jomblo yang saat ini memenuhi bumi. Mereka bisa mendapatkan pasangan seketika. Mungkin saja jodohnya diantar oleh supir keren seperti Jason Statham ala film Transporter atau Sami Nasri di film Taxi.

Apapun itu, selamat ulang tahun dan terima kasih tak terhitung kepada JNE atas pengabdian kepada masyarakat selama 24 tahun dengan jasa yang luar biasa hebat. Kami turut mendoakan dan sangat berharap JNE terus dapat menemani kami dengan produk dan jasa yang semakin baik, till the stars don't shine, till the heaven burst and the words don't rhyme. I know when I die, you will be on my mind. And I love you, alwaaayysss~

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun