Mencermati penyelesaian skripsi dapat ditelisik dari tiga cara pandang. Pertama cara pandang mahasiswa dan segala tabiat kebiasaan. Kedua cara pandang dosen, pembimbing dan segala model pembelajaran. Ketiga cara pandang pihak manajemen kampus dengan segala kebijakan dan visi kelembagaan.
Mengupas dari sisi mahasiswa dan segala kebiasaan amat sangat menarik. Bincang-bincang dengan beberapa anggota Surau Intelektual amat menggelitik mengupas bagaimana mahasiswa berhadapan langsung dengan skripsi. Budaya plagiatisme, copy paste masih ada dalam pembuatan tugas ilmiah akhir seorang mahasiswa. Pola ini diambil dari skripsi yang tersedia di internet, maupun data dari jasa pembuatan skripsi. Sedangkan bebrapa kampus memberikan bentuk abstrak dari penelitian mahasiswa. Sebelum internet menjadi massif copy paste skripsi masih terbatas dalam satu wilayah kota.
Kenapa hal ini bisa terjadi dan berlarut-larut? Mengupas hal ini harus seakan melihat secara kasat mata tentang perilaku mahasiswa maupun dosen pembimbing plus jasa pembuatan dan konsultasi. Ada beberapa faktor utama kenapa tugas ilmiah skripsi menjadi momok mahasiswa:
- Kebiasaan miskin membaca buku, referensi mata kuliah. Hal ini bisa dilihat dari kebiasaan perkuliahan dan aktivitas mahasiswa dalam kampus. Pemandangan yang amat langka untuk melihat mahasiswa membaca buku, atau jurnal, sedangkan secara online masih berkisah dalam dunia media sosial seperti facebook, twitter, netlog. Dari beberapa kampus yang mengelola wifi untuk situs media sosial adalah yang paling banyak di singgahi. Dari trasidi pengajaran mahasiswa merasa cukup dengan slide penajaran dosen.
- Kebiasaan minim membuat makalah. Menulis adalah keahlian kelas 3 SD begitu pernyataan Andreas Harefa dalam salah satu bukunya. Tradisi menulis dalam perkuliahan terasa amat minim, tugas-tugas perkuliahan pembuatan makalah sepi. Ketika tugas makalah maka sering terjadi kembali adalah mengandalkan copy paste dari internet. Bebepa dosen mensiasati dengan membuat tugas makalah dengan tulisan tangan, dan ada juga bebrapa dosen yang mengajak mahasiswa untuk menulis tugas di rumah sehat kompasiana.
- Kebiasaan malas diskusi dalam perkuliahan. Tradisi dikusi dalam perkualiahan bergantung kepada model mata kuliah, style dan kesukaan dosen. Diskusi ilmiah dari hasil kajian mahasiswa yang dipaparkan didepan kelas menjadi momok tersendiri bagi beberapa mahasiswa. Namun bagi mahasiswa yang aktiv dalam dunia organisasi ini adalah kesukaan berdebat dengan berbgai wacana dan isu, maklum diantra mereka senang membaca.
- Ketegasan dan keteladanan dari dosen sebagai pengampu mata kuliah. Tidak bisa menafikan strategisnya dosen untuk menggiring mahasiswa untuk memiliki kemampuan bagus, sikap yang baik sebagai insan terpelajar. Seperti pepatah mengatakan ketika dosen (guru) kencing berdiri, maka mahasiswa (murid) kencing sambil berlari. Terkadang perilaku dosen yang teramat jarang membaca, diskusi atau menciptakan forum ilmiah dan juga menulis adalah pembenaran secara gamblang bagi mahasiswa. Bincang bincang dengan beberapa mahasiswa, terdapat beberapa dosen yang malas membaca dan tidak mengupgrate kemampuan. Selorohnya adalah "Ya lebih baik belajar ke google aja".