Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

Sedikit yang Sukses, Banyak yang Gagal?

20 Juni 2012   10:54 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:44 247 1
Serial tulisan Trilogi Sukses Mahasiswa, Cara Cerdas, Cermat dan Cepat.

Setelah selesainya ujian negara dan juga ujian seleksi penerimaan mahasiswa baru Perguruan tinggi diseluruh Indonesia menandakan sebuah siklus baru dimulai bagi calon mahasiswa. Sekaligus siklus yang baru bagi tamatan yang telah mendapatkan gelar kesarjanaan. Namun bagi Perguruan Tinggi ini adalah siklus yang terus berulang sepanjang tahun. Baik bagi Perguruan Tinggi Negeri  maunpun swasta.

Menjadi mahasiswa adalah sebuah kesempatan untuk memperbaiki strata sosial. Meningkatkan kapasistas dan kualitas diri. Sedangkan dalam dunia tenaga kerja adalah sebuah syarat untuk dapat berkarya dalam ruang lingkup tenaga kerja terdidik. Kualitas diri mahasiswa ditentukan oleh beberapa faktor internal maupun ekternal.

Beberapa mahasiswa menonjol dalam bidang prestasi akademik, keilmuan dan juga kreatifitas. Mereka adalah bintang yang indah dan suri tauladan bagi yang lain. Sedangkan kebanyakan hanya menjadi mahasiswa biasa dengan prestasi seharusnya. Sedangkan yang tidak sampai menyelesaikan tanggungjawab sebagai mahasiswa dalam bidang akademik, organisasi dan finansial tidak kalah banyak.

Beberapa faktor ekternal, keterbatasan sumber daya ekonomi. Kualitas pendidikan dan pengajaran sebuah perguruan tinggi dan juga ketersediaan sarana dan prasarana penunjang penghasil mahasiswa sukses secara akademik, aktif produktif di organisasi dan mampu untuk mandiri secara finansial.

Bagaimana mensinergikan Trilogi sukses Mahasiswa? Inilah yang sering muncul dalam beberapa diskusi dengan anggota Surau Intelektual di Universitas Bung Hatta dan juga Klinik Menulis & Wirausaha di Universitas Azzahra. Membaca fenomena tentang kehidupan mahasiswa, ada sebuah kesenjangan kesuksesan. Hal ini melahirkan pertanyaan kenapa? dan bagaimana bisa menjadikannya sebuah keseimbangan yang memberikan pencapaian maksimal.

Hal pertama untuk mencapai hal tersebut, adalah pengendalian faktor internal diri. Ibarat melakukan perjalanan laut menggunakan kapal, seorang nahkoda memiliki segenap kemampuan dan juga peralatan yang mendukung untuk mencapai tujuan pelayaran. JIka nakhoda tidak mengetahui arah dan tujuan maka ia akan terombang ambing dilamun ombak dan badai di tengah perjalanan. Seperangkat alat utama ini terbagi dari tiga instrumen.

Sukses Study Akademik. Alat ini adalah Langkah pertama. Pendidikan di perguruan tinggi memiliki perbedaan mendasar dengan pendidikan di tingkat SMU/SMK/MA dan sederajat. Sistem ini bernama Sistem Kredit Semester. Rata-rata syarat tamat adalah 144 SKS yang terbagi menjadi semester genap dan ganjil. Masa yang ditempuh adalah 4 disemester ganjil dan 4 disemester genap. Ditambah dengan pratikum, Kuliah Kerja Nyata, dan juga Magang bagi beberapa kampus.

Kebiasaan mendasar dan menjadi tradisi untuk suskses di quadran ini kemampuan untuk membaca literatur setiap mata kuliah. Rata-rata dalam silabus mata kuliah terdapat 3-5 buku referensi, ditunjang dengan beberapa jurnal, majalah dan koran sebagai pengayaan dari sebuah mata kuliah. Mahasiswa yang tidak melek membaca maka langkah awal akan susah. Penguasaan teori berangkat dari kemampuan memahami literatur disamping kepiawaian dosen menjelaskan bagian-bagian perkuliahan. Beberapa dosen terkadang hanya menyampaikan materi begitu saja dan tidak sampai pada pemahaman bagi mahasiswa. Kendala ini sering menjadi kendala utama. Keluhan beberapa dosen dan menjadi momok adalah rendahnya tingkat membaca mahasiswa.

Turunnya kemampuan dan melek membaca menjadikan kemampuan untuk melakukan kajian bersifat diskusi dan dialog berdasarkan kemampuan. Diskusi di ruang pertemuan kuliah, hampir jarang terjadi, diskusi antar mahasiswa baik di koridor maupun di kantin apalagi di taman maka teramat jarang terjadi membahas topik yang sesuai dengan mata kuliah yang diambil. Pada saat tulisan ini dibuat, beberapa mahasiswa berkumpul 8 orang di sebuah taman masih dalam lingkungan kampus, dari diskusi mereka tidak didapati tentang pembahasan topik-topik yang berhubungan dengan dunia perkuliahan. Karena saat ini kampus sedang melaksanakan Ujian Akhis Semester. Efek pasti dari miskinnya dialog dan diskusi menumpulkan kemampuan logika dan dialektika mahasiswa. Dalam isteilah dosen kebanyakan adalah mahasiswa amin. Menghaminkan apa yang disampaikan dosen tanpa mampu memberikan kritik, pandangan.

Setelah memiliki ketidakmampuan membaca dan berdiskusi maka akan melahirkan kelumpuhan dalam  menulis. Hal ini muncul dan nampak pada pembuatan makalah atau artikel. Ketika dosen meminta tugas membuat artikel atau makalah, maka terjadilah permintaan untuk tidak banyak atau meniadakan sama sekali. Hasil akhir adalah terjadinya pengalihdayaan penulisan skripsi degan banyaran sampai jutaan. Hal ini telah menjadi bisnis tersendiri.

Beberapa hari kemarin ketika betemu dengan sahabat lama yang bekerja di bagian rektorat sebuah kampus ternama di Sumatera Barat, ia menyajikan sebuah fakta dan data sangat mencegangkan. Dari jumlah 22.00 mahasiswa yang melakukan peminjaman buku di perpustakaan pusat hanya 22 orang, atau 0,001%. Sedangkan data dari penggunaan wifi kampus, situs yang paling teratas adalah facebook.com dan juga twitter. Sedangkan perpustakaan online atau media surat kabar online berada jauh dibawah. Dan dalam pemandangan oleh mata sendiri juga terlihat bahwa di kampus yang memiliki nama proklamator hampir sama. Perpustakaan pada ruang referensi hanya terdapat 3 orang. Buku-buku diberbagai rak memiliki teman terbaik yakni debu. Sedangkan di ruang jurnal teramat jarang dikunjungi. Jadilah perpustakaan seperti Taman Makan Intelektual yang memiliki banyak hantu, karena takut di kunjungi oleh para peziarah intelektual.

Apakah langkah yang mesti diambil oleh mahasiswa dan juga oleh pihak penyelenggara perguruan tinggi?

Bersamabung....

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun