Pariwisata berlepas dari sisi negatif-hal ini bisa dikurangi lewat rangkaian proses dan model pariwisata yang dikelola secara lugas dan tegas-mampu memberikan manfaat. Beberapa tempat yang pernah berkunjung memberikan pengaruh besar terhadap tingkat kesejahteraan penduduk. Konsep dan aplikasi Desa Wisata di beberapa daerah diantaranya Bantul, Sleman dan kampung 99 di daerah Depok, memberikan manfaat secara langsung kepada masyarakat.
Selain keindahan alam, pelayanan dan kenyamanan adalah kunci utama para pengunjung untuk datang kembali. Kota Padang sebagai salah satu destinasi Pariwisata yang menjadi bagian Visit Indonesia terkesan kurang mampu memanjakan dan melayani para pengunjung. Hal ini beberapa pengalaman langsung penulis dan juga beberapa teman yang sempat datang dan menikmati keindahan alam Ranahminang, Kota Padang.
Beberapa penyakit utama yang sering menjadi problematika realitas dalam melayani para pendatang diantaranya:
- Pemalakan untuk parkir kendaraan. Hampir dipastikan tempat-tempat pariwisata lokal, baik pantai Padang, Gunuang Padang, Pantai Air Manih, dan Pemandian Lubuk Minturun. Tempat parkir adalah tempat yang memang tidak disediakan selayaknya sebuah service. Pengelola yang rata-rata adalah pemuda dan masyarakat setempat dengan seenak hati dan cara yang tidak nyaman meminta uang parkir yang terkadang berulang-ulang. Malam kemaren ketika duduk santai bersama teman membicarakan persiapan acara nanti di Bengkuli tanggal 31 Mei 2012 mendapatkan pengalaman tidak mengasyikkan. Seorang bocah berusia 14 tahun dengan nada ketus minta uang parkir IDR 2.000,- karena mendirikan motor di tepi jalan. Jam menunjukkan jam 10.00 WIB. Selang setengah jam datang lagi pemuda tanggung berusia 16 tahun meminta uang yang sama kepada setiap orang yang memarkir motor atau mobil di tepi Jalan serta Tratoar. Ada apa dengan semua ini?
- Harga kuliner yang terkadang tidak masuk akal. Sepanjang jalan tepi pantai dari muaro Padang sampai Banda Puuih akan terdapat berbagai jenis kuliner baik yang pengelolaan secara profesional atau kedai asal-asalan. Ketika rasa enak, pengelolaan bagus maka membayar dengan harga yang premium adalah pantas. Namun berbeda dengan pengelolaan yang sekenanya, rasa yang entah berada dimana, namun harga yang tidak transparan diawal dan sering asal kena. Pengalaman ini terasa ketika membeli minuman yang pada harga wajar IDR 3.000,- namun dijual dengan harga IDR 5.000,-. Cerita ini ketika terjadi waktu berkunjung ke Pantai Air Manih. Rombongan mengalami kehujanan ketika beranjak pulang. Hujan lebat menyertai, tiada pilihan lain kecuali berhenti. Salah satu anggota rombongan membeli air mineral dengan ukuran 600 ml. Harga air itu dijual IDR 5.000,-. Sebuah harga yang sangat tidak pantas. Celoteh teman, kalau seperti ini tidak usahlah suatu saat belanja atau kembali lagi.
- Senyum dan sapa yang tidak bagus. Sering didapati berpapasan dan juga bercerita dengan pelaku usaha, baik dengan pelayan, maupun pemilik usaha yang bergerak dalam bidang jasa pariwisata. Maka bersiap-siaplah untuk mendapatkan kata kasar ketika terjadi pembatalan atas negosiasi. Hal ini sering dialami dari Bandara Internasional Minangkabau ketika bernegosiasi dengan travel liar, taksi dan sebagainya. Kemudian juga dengan beberapa preman, atau tempat pariwisata yang hampir dikelola oleh Pemuda setempat.