Tropi terindah adalah sambutan orang tercinta lewat senyum dan sapa atau senyuman dari teman sekantor dan selesainya pekerjaan bagi para pengantar barang. Bagi karyawan distributor rokok dan barang lainnya tropi terindah adalah menyelesaikan kunjungan outlet yang menjadi target harian.
Jalanan jakarta memiliki carut marut dalam berbagai aspek pengelolaan, pengguna maupun kebijakan untuk menata transportasi jakarta lebih manusiawi dan santun. Memang ada aturan dan tata tertip lalu lintas. Pak Polisi adalah pengawal etika berlalu lintas.
Pengalaman pahit dan manis berada di Jakarta menggunakan motor dan mobil menghiasi berbagai media dan juga status. Pengalaman manis adalah persaudaraan sesama pelaju di Jakarta jika mengalami musibah. Namun pengalaman pahit tetap menjadi ulasan menarik. Banyak cerita tentang berbagai kejadian pahit menjadi pelaju di Jakarta dan salah satunya adalah ketika mesti mendapatkan tilang dari kepolisian.
Cerita ini berawal dari teman sesama Team Master Pengelola Latihan kader II HMI Jakarta Selatan meminjam sepeda motor untuk sebuah keperluan. Karena alfa melihat rambu lalu lintas dan melewati forboden, maka ganjaran adalah mendapatkan surat cinta dari Polisi bernama Surat Tilang. Untuk kendaraan lengkap, SIM, STNK, dan hal teknis lainnya. Namun bagi pelanggar etika tetap mendapatkan hukuman sebagai efek pembelajaran.
Surat tilang yang diberikan berwarna merah. Dari beberapa ulasan di kompasiana tentang surat tilang lebih baik yang biru sebagai kita mengakui kesalahan. Pasal yang dikenakan mendapatkan denda 52.000. Jadwal sidang yang ditetapkan adalah hari jum'at dua minggu yang lalu. Berhubung beberapa kesibukan maka menghadiri sidang dan mengambil SIM tidak bisa tepat waktu seperti dalam jadwal.
Hari ini tanggal 20 februari 2012 baru bisa kesampaian untuk mengambil SIM di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang beralamat di Jl. Gajah Mada, Jakarta Pusat. Beberapa pengendara juga berniat sama untuk menyelesaikan perkara hukum dalam berlalu lintas.
Persoalan muncul mulai dari pengambilan. Bertanya kepada penjaga untuk mengambil SIM, jawaban meluncur adalah bahwa SIM tidak ada di Pengadilan Negeri, namun mesti di ambil di daerah Kemayoran dekat PRJ. Jaraknya yang jauh dan juga mesti bertanya sana sini untuk sampai disana, maka mereka memberikan saran untuk memanfaatkan jasa pengambilan dengan bayaran Rp, 10.000,- saja.
Setelah berdikusi dengan sahabat, maka diambil keputusan untuk memanfaatkan jasa ini. Setelah berdialog dan berkonsultasi dengan penyedia jasa maka kesepatakan harga adalah Rp. 100.000, yang perinciannya 52.000 untuk denda tilang, dan penambahan denda serta uang transportasi. Disinalah semut berkumpul maka gula datang.
Bisnis ini tidak berdiri sendiri, namun melibatkan banyak komponen dan orang yang memiliki kesamaan motif yakni menambah pemasukan untuk menghidupi anak istri. Penyedia jasa adalah pasangan suami istri yang telah melakoni pekerjaan ini hampir 3 tahun. Suami seorang berasal dari Ambon, namun dari nafasnya tercium aroma alkohol dan istrinya mengaku bernama eis. Untuk mendapatkan nomor kontaknya butuh sedikit cara bercerita dan ingin mendapatkan jasanya suatu saat nanti. Bagi yang membutuhkan silahkan di inbok saja.
Memang tidak butuh 2-3 jam untuk menyelesaikan masalah ini. SIM saudara saya kembali ketangan, walau mesti mengeluarkan uang ekstra. Dari ketidaktahuan dan juga ketersediaan fasilitas penyimpanan surat berharga mengakibatkan munculnya gula yang sangat dinikmati oleh semut-semut.
Permasalahan ini akan mengganjar siapun pengguna kendaran di Jakarta Pusat ketika mendapatkan Tiliang, pilihan bijak adalah menepati waktu persidangan pada hari jum'at pada tanggal yang ditetapkan. Kalau tidak besiaplah untuk memberikan gula untuk semut-semut yang terorganisir rapi menjadi sebuah sistem yang sulit untuk dibernggus.
Semoga menjadi penggendara di Jakarta mendapatkan kompensasi yang layak dari pajak motor yang dibayarkan setiap tahun dan juga pendapatan dari tilang-tilang yang masuk setiap hari dari kesalahan pengendara.
Dimana ada semut-semut, maka gula itu datang untuk direbutkan. Karena setiap saat arena balapan tanpa juara sejati akan terus bergulir di Jalanan Jakarta.