Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan

Trilogi Sukses Mahasiswa, Cara Cerdas, Cepat & Cermat

16 Januari 2012   19:40 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:48 2077 1
Menjadi mahasiswa hari ini memiliki sederet tantangan yang semakin komplek. Ranah pegangguran telah terbuka lebar bagi tamatan universitas, sekolah tinggi, institut dan akademi. Hal ini merujuk kepada data-data yang terus mengalir di setiap sensus penduduk.

Ironi memang, di satu sisi berbagai kampus tumbuh dan terus berkembang. Berbagai jurusan mekar seiring dengan berkembangnya dunia pendidikan perguruan tinggi. Ketika logika industri memasuki urat syaraf pendidikan, maka pendidikan adalah lumbung pendapatan bagi pelaku usaha.

Kisah perjalanan perubahan badan hukum perguruan tinggi, adalah cermin yang retak bagaimana sebuah pendidikan menjadi begitu mahal dan sulit untuk di dapatkan oleh masyarakat yang memiliki keterbatasan ekonomi.

Namun disisi lain, mahasiswa masih berhadapan dengan dialektika yang sama dengan sejarah mahasiswa dulu. Indoktrinisasi dogmatis tetap menjadi perbincangan dan diskusrus mengasyikkan di malam hari di setiap lapak-lapak diskusi, apakah bernama kos-kosan, Focus Grub Discussion, bincang para aktivis kampus dan ekternal kampus.

Memang, sudah sepantasnya ada perubahan paradigma bersama, antara orang tua, mahasiswa, dosen, dan juga pemangku kepentingan pendidikan di Indonesia. Perubahan itu memang telah mulai menampakkan dalam sisi kebijakan, namun belum menjadi sebuah aksioma bersama yang tampak di permukaan.

Hal apakah yang mesti di benahi? dilihat dari sisi diri mahasiswa? Jawabannya ada pada tiga hal untuk dapat menjadi mahasiswa yang memiliki deretan manfaat bagi bangsa yang mulai kehilangan para kaum intelektual hebat.

Pertama. Succees Study (Sukses Belajar) di perguruan tinggi. Hal ini tidak ada lagi kuliah menjadi sebuah jalan sesat yang menyia-nyiakan umur, waktu dan uang yang teramat pelik di dapat oleh orang tua. Masanya seorang mahasiswa berkomitmen penuh untuk dapat sukses menjadi mahasiswa dengan jurusan yang di pilih secara sadar dan mengetahui kemana arah melagkah dengan ilmu yang didapat selama 4 tahun kuliah bagi S1, 3 tahun bagi D3. Tiada lagi kata tidak memiliki Kemampuan (Skill) yang dapat diandalkan. Miskinnya pengetahuan yang terbukti dengan miskin karya tulisan dan juga penelitian.

Naif memang, ketika seorang mahasiswa tidak mampu menjelaskan tentang apa yang ia dapat dengan 144 SKS sebagai syarat menyandang gelar akademik. Siapakah yang mesti di salahkan? tidak masanya mencari kambing hitam. Karena kuliah adalah kesadaran memilih jalan hidup.

Kedua. Sukses Organisasi. Tidak sedikit orang tua apriori tentang aktifnya anak di organisasi kampus, baik internal maupun ekternal. Melirik contoh, memang tidak dapat menutup mata, bahwa banyak mahasiswa gagal dan terlambat untuk wisuda karena keranjingan berorganisasi.

Di sisi lain, deretan mahasiswa pun banyak enggan untuk aktif di organiasi internal kampus dan ekternal kampus. Kehilingan model keteladanan itulah fakta yang tidak terbantahkan dalam dunia aktivis kampus. Maka mahasiswa menjadi enggan dan emoh aktif di dunia aktivis kampus. Adakah sebuah yang salah? dimana sebagian pengurus organiasi menyatakan terlalu sulit untuk mengajak mahasiswa aktif di organisasi. Mereka lebih senang untuk Kupu-Kupu (Kuliah Pulang), Kunang-Kunang (Kuliah Pulang, Kuliah Nangkring) Mapala (Mahasiswa Paling Lama) MA (Mahasiswa Abadi) dan STMJ (Semester Akhir Masih Jomlo) MaGal (Mahasiswa Galau) MaLay (Mahasiswa Alay) dan sederet idiom lainnya.

Tidak ada yang salah berorganisasi selama kuliah, yang salah adalah manajemen waktu dan diri ketika menyeimbangkan antara tugas sukses study dengan sukses organisasi. Hanya sedikit yang mampu untuk berada dalam ranah ini. Bagaimana caranya?

Ketiga. Sukses Finansial. Kuliah itu mahal bung. Ia menguras nadi ekonomi keluarga. Seorang ayah mesti bekerja siang malam, ibu memotong jatah makan sehari-hari. Kaki menjadi kepala, kepala menjadi kaki, untuk sebuah kebanggaan Anak saya Sarjana.

Tidak masanya untuk berleha-leha. Menghabiskan waktu tersisa di luar aktivitas kuliah dengan menggandeng calon istri katanya menelusuri berbagai tempat. Berkumpul kebo, membiasakan zina. Keluyuran entah kemana. Memeras keringat orang tua, menghisap darah meraka dan melapukkan tulang punggung mereka untuk sebuah kebanggan.

Sudah saatnya mahasiswa memiliki kemampuan finansial untuk membayar kuliah sendiri. Bertebarannya berbagai kemudahan, keberlimpahan peluang, kenapa tidak dimanfaatkan sedemikian rupa. Facebook, twitter dan juga media sosial adalah ladang subur untuk menjadi mahasiswa pengusaha, sarjana mandiri.

Tidak zamannya lagi ketika kuliah hanya sekedar numpang nama dalam ijazah, tidak memiliki kemampuan berorganisasi dan juga menjadi pegangguran intlektual yang terus menimbulkan masalah.

Bangkitlah wahai mahasiswa lewat Trilogi sukses Mahasiswa. Cara Cerdas, Cepat & Cermat.

Terbuka kesempatan untuk kerjasama dan Seminar, Pelatihan dan Worshop bersama Klinik Menulis Universitas Azzahra dan Manajemen Sang Pemenang Pembelajar.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun