Kemudian permasalahan selanjutnya muncul adalah penyakit kekeringan ide tentang apa yang di tuliskan. Seakan ide adalah barang langka dan sudah untuk mendatangkannya. Berbagai aktivitas untuk menangkap ide telah dilakukan, mulai dari mendengar musik. Merenung dengan melihat kesana kemari, mendengar segala macam obrolan dan juga merasakan berbagai aliran emosi. Namun ide itu juga tidak kunjung datang dan lari menjauh seakan takut untuk di tangkap.
Lain lagi keluhan yang datang dari yang telah mulai terbiasa menulis. Ketika telah mulai tiba-tiba jari jemari melakukan mogok menari di atas altar keyboard. Selain pemogokan serentak, apa yang ada dalam pikiran juga ngacir dengan cepat dan senyap. Tiada kata permisi saya mau pamit untuk pergi.
Lalu, persoalan lain nongol lagi, apakah mesti menulis itu tidak mendatangkan apa-apa. Sudah banyak hal yang dituliskan, namun belum mendatangkan apa-apa. Telah lelah berfikir dalam-dalam, berselancar dalam berbagai literatur. Mengkonsumsi multi vitamin tips, trik dan teknik menulis. Namun semuanya menjadi hampa dan tak berguna.
Dalam ranah pergaulan beberapa yang telah menjadi bintang dan juga teladan seakan juga terkena beberapa gejala ketidakmauan untuk berbagi. Mendapatkan realitas bahwa nama mulai didapat, popularitas juga sedikit ada. Namun telah susah untuk berbagi. Berbagai alasan muncul kepermukaan sebagai alibi.
Selain terpapar gaya orang berada dan juga berkelas, ada yang karuan tidak mau untuk menulis lagi. Berbagai tulisan dalam catatan sebenarnya sangat layak dan bagus. Namun terpenjara oleh kerendahan diri dan menghukum diri bahwa ia bukan apa-apa dan tulisan ini hanya sesuatu tidak berguna.
Dan barangkali masih banyak keluhan demi keluhan datang silih berganti. Waspadalah bahwa ada beberapa virus telah masuk ke dalam tubuh yang bersiap untuk membunuh dan mematikan aktivitas menulis. Virus ini pada tahap awal memang tidak memberikan dampak signifikan dan berpengaruh. Namun ia memiliki kemampuan untuk membelah diri dalam waktu yang cepat dan mulai menggerogoti seluruh jaringan kemampuan untuk menulis.
- Virus Sombong. virus ini tidak hanya menyelinap dalam hati dan perilaku penulis yang nampak dalam balutan kata dan kalimat. Namun juga beranak pinak dengan baik dalam diri seseorang yang belum memiliki apa-apa. Ibarat kata tetangga, punya aja ngak, gayanya balagu. Perilaku ini berlaku bagi yang merasa bahwa menulis itu adalah pekerjaan sia-sia. Untuk apa capek-capek berada di depan laptop kalau sekedar menulis tidak mendapatkan penghargaan yang jelas, materi yang tidak ada dan juga hal yang tampak.
- Virus rendah diri. Virus yang tidak hanya menjangkiti bagi yang mau masuk dalam ranah tulis menulis. Namun juga mewabah kepada yang telah terbiasa dan memiliki kualitas tulisan bagus. Bentuk ini berupa ketidakjujuran dalam bertutur kata. Beberapa tulisan lahir dari kegiatan copy paste dari berbagai tulisan orang lain dan mengakui sebagai karya sendiri.
- Virus malas. Virus ini adalah virus tidak berbentuk, berbau namun memiliki serangan efektif para penulis. bentuk penampakan bermancam-macam. Mulai malas untuk menuliskan ide-ide yang berlintasan dan menyapa. Mulai malas untuk membaca apakah berbentuk tulisan atau membaca apa yang terjadi. Virus malas ini membutuhkan teman yang setia yakni menunda-nunda. Nanti saja menulisnya, lagi asik berchating ria. Nanti menulisnya pengayaan materinya masih sedikit.
- Virus Bodoh. Munculnya virus ini berasal dari pencitraan diri negatif dan juga pemaksaan secara terus menerus dari lingkungan sekeliling bahwa kalimat bodoh adalah pantas menyandang di dalam diri. Virus bodoh menancap kuat dan erat mencengram. Ibarat debu telah berkarat dan membentuk lukisan absurd.
- Virus Gagal. Memiliki berbagai keinginan kuat untuk dapat memenangkan beberapa kompetisi. Keberhasilan tidak pernah datang, selalu deretan kegagalan demi kegagalan menjadi teman setia. Virus yang lahir dari varian rendah diri dan virus bodoh bermutasi dan merubah bentuk.