Mohon tunggu...
KOMENTAR
Money

Sang Pemenang Pembelajar

25 Oktober 2010   13:11 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:06 147 0
Salam Penghantar Pembuka

Allah sebagai dasar berangkat dan tempat tujuan akhir baginyalah segala puji dan syukur hamba yang menundukkan diri.

Shalawat dan salam kepada ia yang hidup bersama Al-qura’n, mendidik generasi pertama dengan design of prophet & alqur’an, semoga tercurah syafaat kepada mereka yang mengikuti sunnah-sunnahnya dalam rentang berkehidupan

Tulisan sederhana ini adalah laksana air yang mulai memancar dari mata air kehidupan, seperti pucuk dari sebuah biji yang tumbuh di sela pepohonan kehidupan, seperti cahaya lembut pagi sebelum mentari muncul kepermukaan.

Semoga bermanfaat dan kita mampu bersinergi dalam kebaikan dan ketaqwaan melampaui dimensi-demensi matreal.

Salam dari kami sang pemenang pembalajar

***

Sang Pemenang Pembelajar

Pertama, Kita barang kali telah akrab dengan sebuah kata “The power of Dream” yang merupakan pernyataan Sachiro Morata sebagai pendiri Pabrikasi Honda yang memproduksi berbagai mobil, sepeda motor, dan juga robot humanik yang hampir menyerupai manusia. Robot-robot dengan kemampuan untuk melanyani orang tua. Robot-robot yang mampu memudahkan aneka pekerjaan manusia.

Dreaming hal ini menyangkut dengan konsepsi niat. Mempermulasikan sebuah gambaran visual yang dapat di dilihat, dirasa, dan juga di ceritakan kepada orang lain. memimpikan Dreaming bukan bermimpi. Seperti sibisu yang bermimpi mendapatkan sebuah cincin. Bercerita kepada orang lain namun orang lain tidak mengerti tentang apa yang ia ceritakan.

Dreaming da sebuah kerangka niat yang melekat. Dreming bukan sebuah ketidaksadaran yang datang tiba-tiba ketika terlelap dalam nyenyaknya tidur. Dreaming adalah sebuah penyadaran akan bagaimana sesuatu itu akan di wujudkan.

Seperti sebuah lukisan yang ada dalam pikiran seorang pelukis yang belum tertuang dalam sketsa garis-garis yang belum jelas bentuk dan wujudnya. Ia masih berada di dalam kesadaran sang pelukis. Barangkali kita melihat dia tersenyum sendiri dengan dreaming yang akan ia gambarkan di kanvasnya nanti.

Seperti seorang arsitek yang mempunyai gambaran utuh tentang sebuah bangunan yang menakjubkan. Namun belum ia buat dalam garis-garis di atas kertas kerja dan juga hanya baru sekedar sebuah kesadaran bentuk imajiner.

Seperti seorang pengusaha yang melihat peluang-peluang besar dengan melakukan sebuah usaha yang dapat mendatangkan lapangan pekerjaan, memberikan nilai lebih bagi masyarakat, menciptakan produk dan jasa baru yang memudahkan banyak orang.

Seperti Napoleon Bobaparte yang melihat eropa dan juga peta afrika ketika kecil dan ia berkata aku akan menaklukkan daratan ini dengan tanganku. Sebuah dreaming yang ia cam di waktu kecil dan akhirnya sebuah sejarah berpihak kepada Napoleon Bonaparte.

Seperti Rasulullah dengan visi rabbul alamin dan rahmatal ‘alamin memulai sebuah desain masyarakat yang hidup berdampingan saling menguatkan. Kehidupan sebuah masyarakat yang menjadi masyarakat terbaik sepanjang zaman. Ia memimpikan dan melakukan dreaming di gua hira mencari sebuah formulasi tentang apa yang di cita-citakan.

Pada saat inilah para sang pemenang pembelajar menghadapi dirinya sendiri. Tidak ada orang lain, berhadapan dengan diri sendiri adalah awal sebuah penaklukan pertama. Ketika ia telah mampu berdamai dengan dirinya sendiri, bekerjasama dengan dirinya sendiri. Maka ia mulai melakukan sebuah langkah sederhana untuk mewujudkan dreaming yang telah menyatu dalam dirinya.

Apakah yang membuat seorang sang pemenang pembelajar itu mampu membuat sebuah dreaming? Dikala yang lain masih terpaku dengan jebakan rutinitas, jebakan kebiasaan tidak produktif-prestatif, jebakan kultur yang tidak mendukung. Ketika sebuah tradisi keluarga yang tidak melahirkan pribadi yang mampu menjadi pemenang pembelajar. Ketika lingkarang tetangga yang hanya tidak memiliki impian sama sekali dan hidup pasrah cumin untuk hari ini. Mengapa terlahir mempunyai sebuah gagasan besar, gagasan berlian dan mampu melampaui pemikiran, kebiasaan, talenta seumur dan sebaya yang masih berfikir, bermimpi dan berhasrat hanya untuk hari ini dan kehidupan saya sendiri?

Pada diri sang pemenang pembelajar menciptakan dreaming yang barangkali pada tahap awal hanya secara pribadi sendiri yang mengetahui. Kemudian perlahan ia melukiskan dalam bentuk sebuah mimpi yang jelas dan dapat di visualisasikan dengan kalimat, gambar dan juga sebuah pencapaian di akhir.

Pada saat itulah sang diri pemenang pembalajar mempunyai teman yang menjadi daya ungkit dreaming
Pertama daya ungkit Spiritual, Sebuah nilai-nilai universal yang menjadi perekat utama dari sebuah komunitas makrokosmis dan mikrokosmis. Dalam buku law of attraction dan beberapa buku lainnya ada sebuah kekuatan mengapa seseorang itu mampu mendreaming sesuatu dan mewujudkkannya.

Salah satu hukum itu adalah hukum melayani. Inilah daya ungkit bill gates datang dengan konsep windowsnya untuk melayani pengguna computer sampai ke rumah-rumah. Kemudian daya ungkit spiritual mencintai yang melahirkan khalifah umar bin khattab mau memikul sendiri gandum untuk ibu yang mempunyai anak kelaparan. Kemudian daya ungkit kesamaan universal yang mampu melahirkan malcom x, dalai lama, mahatma Gandhi, soekarno-hatta.

Kedua daya ungkit emosional. Ketidak daya ungkit spiritual menggema pada saat dreaming maka kemuadian ada daya ungkit selanjutnya bernama emosional. Keberpihakan rasa yang menghunjam para pejuang, pelayan.

Ketiga daya ungkit Intelektual. Dorongan daya ungkit spiritual di dukung oleh daya ungkit emosional di padukan dengan daya ungkit intelektual. Penjabaran-penjabaran langkah penciptaan konsepsi visualisasi yang menggugah. Daya ungkit intelektual dapat kita lihat dari baginda Rasulullah Saw lewat pesan-pesan hadist beliau. Indonesia menggugat oleh Soekarno. Maen kaif oleh Adolt hitler walau itu adalah pembunahan. Kemudian Das Kapital kalr max, I Have a Dream yang disampaikan oleh Malcom X. Madilog karya Tan Malaka yang bernama Ibrahim.

Daya ungkit intelektual adalah sebuah gambaran utuh dari daya ungkit spiritual dan emosianal sang pemenang pembelajar. Melampaui daya ungkit lainnya yang menjadi dasar motivasi banyak kalangan baik dahulu maupun sampai sekarang.

dan Keempat daya ungkit materi/benda. Benda bergerak berdasarkan daya ungkit yang melekat ke dalam materi yang di dasarkan oleh daya ungkit spiritual, emosional dan intelektual. Sebuah pedang akan berbeda hasil yang di gunakan oleh mereka memilki daya ungkit spiritual, emosional dan intelektual. Pedang adalah sebuah simbolisasi materi dari sang pemenang pembelajar.

Contoh terbaik yang di gambarkan tentang dreaming adalah surge yang dinyatakan dalam beberapa kitab suci seperti Al-Qura’an dan juga beberapa dreaming lainnya seperti “khaira ummah”.

Kedua, Designing. Disainlah seperti arsitektur mendisain gambar sebuah bangunan dengan detail yang terukur dan jelas dalam bentuk visualisasi gambar dan juga ungkapan. Hal telah masuk pada tataran menata sumber daya yang akan terlibat yang telah ada pada titik awal sebuah dreaming.

Desgning (mendisain) adalah kemampuan tahap kedua setelah dreaming. Daya ungkit spiritual mendorong bentuk ruh yang melahirkan kekuatan materi-materi yang akan di gunakan nantinya untuk mewujudkan bentuk nyata dari dreaming.

Seperti seorang pelukis telah mengetahui warna apa saja yang akan digunakan, goresan-goresan dasar yang digunakan. Sapuan kanvas yang dibutukan dengan tekanan-tekanan yang berbeda satu sama lain.
Seperti seorang desainer yang telah melihat jenis kancing dan bentuk yang menjadi sebuah karya bertambah apik nan estetik. Mengetahui model jahitan yang pas untuk mewujudkan bentuk karya disain.

Seperti seorang pembantik yang meletakkan cangking yang sebelumnya telah di tiup dari komposisi warna yang telah di desain.

Seperti seorang pemahat yang mengetahui dengan berapa pukulan pada sebuah mata pahat yang berbeda dengan pahat yang lain dengan pukulan berbeda.

Seperti seorang penulis yang mengetahui penyusunan kata-kata yang mampu menjadikan orang terharu biru, memunculkan gairah keberanian, kekuatan untuk menjadi terbaik.

Ketiga. Desiring. Ketika daya ungkit Spiritual, Emosional, Intelektual dan Materil telah membentuk dreaming dan kemudian designing berbentuk sebuah lanskap dan miniature yang telah Nampak. Maka langkah selanjutnya adalah sebuah proses daya dorong. Sejauh mana kekuatan dorong kita yang terus menerus berdasarkan daya ungkit Kekuatan & Kecerdasan Spiritual, Kekuatan dan Kecerdasan Emosional, dan Kekuatan dan kecerdasan Intelektual dan terakhir Kekuatan dan Kecerdasan Materi yang di kelola untuk mewujudkan sebuah dream.

Keempat. Doing it. Meliki rencana pelaksanaan yang menggunakan waktu pencapaian dengan akronim SMART (Spesifik, Measurable, Achiveable, Realistic, Time deadline).

Sebuah pepatah mengatakan perencanaan yang baik adalah setengah dari pelaksanaan. Dari sebuah perencanaan terlihat bagaimana segala sesuatu dapat di realisasikan dengan tahapan-tahapan.
Sebuah bangunan istana, gedung, rumah sederhana, maupun sebuah gubuk mesti memiliki tahapan-tahapan pekerjaan. Dimulai dengan memotong kayu, mengukur besi, mengaduk semen. Menata bagian-bagian. Pada saat inilah di butuhkan sebuah kekuatan team yang memiliki tanggungjawab masing-masing yang saling bersinergi satu sama lainnya.

Dalam filosafi solat berjamaah di sinilah masing-masing merapatkan barisan. Mengerjakan tahapan-tahapan solat atau pekerjaan yang di bawah satu kepemimpinan, komando dan koordinasi. Masing-masing melakukan job diskription yang menjadikan sebuah gerakan utuh bersama.

Pada proses doing it (mengerjakan) menjadikan seseorang melakukan tahapan kritis untuk menyelesaikan sebuah rangkaian. Berbagai kendala hadir dan datang silih berganti satu dengan lainnya. Berbagai persoalan menghadirkan banyak perhatian dari berbagai pihak yang dengan ketidaktahuannya menyalahi dan terkadang mencemooh.

Proses doing it pada tahapan awal adalah peneguhan sang pemenang pembelajar dengan lingkungan. Peneguhan ini membutuhkan sebuah konsistensi action, komitmen disiplin berbuat. Belajar tentang ini adalah bagaimana mentari setiap pagi menyinari bumi dengan senyum cahaya yang lembut.

Belajar kepada dedaunan yang selalu tumbuh satu, dua, tiga pucuk baru setiap hari di batang dan cabang yang berbeda.

Belajar kepada bunga yang selalu menghadirkan kuncup-kuncup indah di ujung dahan dengan berbegai aneka warna dan bentuk yang mempesona.

Belajar kepada mata air yang selalu mengalir setetes demi setetes keluar dari bebatuan dan kemudian berkumpul menjadi anak sungai kecil yang bergabung dengan mata air lainnya maka lahirlah sungai nil, musi, dan sungai ciliwung.

Belajar dari air terjun yang menetes perlahan ke bawah dan selalu menetes kebawah tanpa pernah lelah untuk berhenti yang akhirnya memberikan pemandangan indah, pelangi yang selalu hadir ketika cahaya mentari menyinari embun-embun yang berterbangan. Menciptakan kolam yang menjadi tempat mandi dan melepas lelah.

Kelima Duit. Inilah terakhir yang menjadi sebuah kekuatan besar yang menjadikan semua prosesi dreaming yang menaklukkan diri sendiri kemudian masuk pada proses mendisain, kemudian desiring sebagai sebuah daya dorong yang kemudian melakukan sebuah proses doing.

Persoalan yang sering menjadi dilemma adalah pertarungan tauhid dalam ekonomi dengan tidak terlibat dalam ribawi dalam mengelola usaha dan mengembangkan dengan persoalan menciptakan nilai lebih. Inilah fakta dan derita yang telah menjadi luka besar di dalam tubuh ummat islam hari ini.

Di satu sisi mesjid sebagai sebuah pilar penyatu ummat belum mampu dan bisa menjadi lembaga yang menyelesaikan persoalan financial, baru menjadi Mesjid Institusi Pengemis terhadap jamaahnya. Mesjid belum bisa menjadi sebuah institusi yang memproteksi jamaah dan ummat Islam.

Inilah dilemma sebagian dari sebuah rancang kekuatan/impian sering kali terputus dengan kekuatan likuiditas sebagai alat ganti dari daya ungkit materi.

Sering seseorang pada tahapan awal akan mengalami sebuah dinamika financial yang tidak mendukung sebagai sebuah proses muncul sebuah karya.

Namun ketika ia telah mulai bersinar terang menjelang siang maka orang lain hanya mampu berkata:
1. Amat mengangumkan dan tidak terpikirkan oleh saya sebelumnya, sungguh luar biasa.
2. Pencapaian yang luar biasa, yang hanya sedikit orang yang mampu melakukannya.
3. Kenapa saya dahulu tidak ikut bersamanya ketika ia masih berbentuk dreaming, sungguh menyesal kami menyia-nyiakan.
4. Subhanallah, semoga kamu kuat untuk mewujudkannya, kami hanya mampu membantu dengan do’a.
5. Kenapa dahulu tidak kamu sampaikan kepada saya tentang ini yang akan kamu lakukan?
6. Dahulu kami berprasangka bodoh apa yang engkau sampaikan hanya sebuah kebohongan belaka. Sebuah omong kosong, pekerjaan yang sia-sia, sebuah tragedy kemanusiaan.
7. Dan masih banyak lagi ungkapan lain……

Sang pemenang di lahirkan sebagai sebuah gerakan spiritual, emosional, intelektual dan material untuk mewujudkan visi, filosofi, mission, dari solat yang Allah sampaikan lewat isra’ mi’raj yang menghantarkan sang pemenang.

Kemudian sang pembelajar di lahirkan dari sebuah gerakan pembelajaran dari wahyu alquran di turunkan pada lailatul qadar di bulan amat mulia ramadhon menjadi sebuah gerakan spiritual, emosional, intelektual dan material untuk mewujudkan manusia-manusia ‘ulama/ cendikia/ ulul albab/ soleh jenius.
Semoga mampu menjadi bagian mewujudkan idealita "Kuntum Khairah Ummah" dalam surat Ali Imran 110,

Salam sang pemenang pembalajar

Beberapa Postingan di Muhammad Yunus Full yang melakukan change of brand menjadi
Sang Pemenang Pembelajar

-Muhammad Yunus Full-

Hari ini seperi bening sang air yang muncul dari sebuah mata air kecil di sebuah pengunungan, menelusuri lekuk pengunungan, melewati jurang, singgah di telaga, sungai, danau, dan perkampungan. Perjalanan ini akan bertemu banyak persoalan dan juga sampah-sampah kehidupan, namun ia akan tetap memberikan kehidupan, walau setalah sampai di lautan dan menguap menjadi awan di langit kehidupan ia kembali menjadi hujan

27 Januari jam 7:05
www.muhamadyunus.blogspot.com
www.bmmuzakki.blogspot.com
www.syifaaumumtaz.blogspot.com

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun