Rumah Hening dipercaya menjadi pusat dari pesugihan, ritual gaib yang menjanjikan kekayaan melimpah bagi mereka yang berani menghadapinya. Tapi kekayaan itu bukanlah hadiah, melainkan kutukan. Para tetua desa sering memperingatkan, "Apa yang kau dapat dari sana, tidak pernah gratis. Ada harga yang lebih besar dari emas dan perak, lebih berat dari beban apa pun yang bisa kau bayangkan."
Bulan purnama selalu membawa kegelisahan bagi warga Kampung Selaksa. Saat malam tiba dan sinarnya menerangi celah-celah hutan, mereka yang putus asa sering terdorong untuk mendatangi Rumah Hening, berharap kekayaan instan. Desakan kehidupan dan kemiskinan yang mencekik sering kali mengalahkan rasa takut mereka. Namun, satu per satu mereka yang masuk ke dalam rumah itu, tidak pernah kembali sama. Sebagian tidak pernah kembali sama sekali.
Desa itu dipenuhi cerita tentang orang-orang yang mendadak kaya setelah kunjungan mereka ke Rumah Hening. Ladang mereka melimpah, perniagaan mereka berkembang, namun kebahagiaan tak pernah menyertai mereka. Tatapan kosong dan tubuh yang mulai lemah menjadi tanda pertama. Lalu, suara-suara aneh terdengar dari balik dinding rumah mereka setiap malam---suara-suara yang hanya bisa mereka dengar. Dan pada akhirnya, mereka akan menghilang. Tidak pernah ditemukan, hanya menyisakan desas-desus yang semakin mencekam.