Menurut pemahaman saya, sinetron Indonesia saat ini memunculkan dua karakter secara ekstrim. Yang satu ada karakter kebencian ekstrim atau "extreme hatred" dan satu lagi adalah karakter terlalu baik atau "extreme kindess".
Dua jenis tokoh ini selalu muncul. pihak yang satu mempunyai tingkat kejahatan yang luar biasa, menekan, menyiksa, rebut kuasa dan harta, mengintimidasi, menipu, dan semua dilakukan tanpa belas kasihan. Lihat saja cara mereka berlakon dengan permainan mimik wajah dan mata yang luar biasa. Pihak satu lagi, selalu ditekan tanpa perlawanan, dibodoh-bodohi, terkesan terima saja, tak berani mengungkap fakta dan kebenaran atas alasan kebaikan.
Saya tidak setuju dengan kedua-duanya. Sinetron terlalu mengekspos kebencian dengan cara berlebih-lebihan dan kebaikan secara berlebih-lebihan. Seperti jauh dari kenyataan sehari-hari, sehingga tidak lagi "make sense".
Biasanya tokoh-nya adalah perempuan. Setelah munculnya dulu sinetron "Bawang putih dan bawang merah" dimana kedua ekstrim ini sangat sempurna digambarkan, maka sampai saat ini seolah-olah sinetron tersebut sangat menginspirasi sinetron selanjutnya. Entah apa yang terjadi. Takkan mungkin para penulis dan prosedur perfilman Indonesia sudah miskin ide untuk menulis kisah yang lebih menarik. Yang menjadi sorotan saya adalah bahwa sinetron seperti ini tidak mendidik sama sekali.
Orang jahat yang terlalu jahat dan orang baik yang bodoh (maaf)...tanpa berani berdiri menyatakan kebenaran. Sungguh tak masuk akal bukan.
Tapi ngomong-ngomong, di Malaysia pun banyak peminat sinetron Indonesia. Kalau rekan2 ada yang punya bakat menulis cerita yang lebih baik kayaknya boleh berkontribusi dalam perfilman Indonesia yang lebih baik.
Maju terus - tetap semangat.