Namun kemudian MOS seringkali diwarnai dengan kegiatan peloncoan yang dilakukan oleh senior kepada juniornya. Para siswa baru yang notabene ingin mendapatkan kenyamanan saat awal memasuki sekolah barunya harus melaksanakan tugas yang "aneh" menurut saya. Misalnya disuruh membuat topi dari ceting, tas dari kardus atau karung, atau membawa barang-barang yang mungkin tidak diperlukan saat kegiatan MOS. Dan apabila ada peserta MOS yang tidak membawa barang-barang tersebut seringkali dijatuhi hukuman yang tidak wajar oleh seniornya. Yang saya tanyakan apa sih tujuannya? Banyak yang mengatakan kepada saya kalau itu untuk meningkatkan "kreativitas" siswa baru. Kreativitas? Kreativitas seharusnya menghasilkan barang-barang berguna, bukan barang-barang yang setelah kegiatan MOS dibuang begitu saja tanpa dimanfaatkan lagi. Dan ada yang mengatakan kalau itu untuk melatih "kedisiplinan". Menurut saya itu tidak akan membentuk karakter siswa menjadi displin atau melatih mental tetapi sikap lain yang akan lebih tertanam yaitu balas dendam dan mental preman.
Kegiatan MOS yang awalnya dipandang kegiatan yang menyenangkan dan untuk mempererat tali persaudaraan berubah menjadi kegiatan yang penuh tekanan dan momok bagi siswa baru. Bahkan kegiatan MOS dijadikan ajang "balas dendam" oleh seniornya yang sebelumnya pernah merasakan pahitnya kegiatan MOS kepada juniornya sekarang. Berbagai pemberitaan mengenai kematian seorang siswa baru pada saat kegiatan Masa Orientasi Siswa (MOS) menjadi tamparan bagi dunia pendidikan. Miris ketika dalam kegiatan Masa Orientasi Siswa (MOS) diwarnai kekerasan hingga menyebabkan luka-luka, trauma, bahkan kematian pada siswanya.
Pemerintah harus bertindak tegas dalam hal ini. Tetapi akan lebih baik jika pihak sekolah mengganti konsep kegiatan MOS. Kegiatan MOS sebaiknya mengandung muatan-muatan pendidikan karakter yang baik dan sebagai ajang pelatihan motivasi bagi siswa baru untuk menghadapi tantangan ke depan di tingkatan barunya. Konsep kegiatan ini sekarang telah banyak digunakan oleh sekolah-sekolah yang sadar akan hal itu. Diantaranya sekolah-sekolah Muhammadiyah yang menggunakan nama Forum Ta'aruf dan Silaturahmi atau Fortasi bukan MOS.
Fortasi bukanlah ajang peloncoan seperti MOS pada umumnya. Fortasi sendiri mengandung banyak muatan kegiatan yang bermanfaat bagi siswa barunya, seperti penyampaian materi keislaman, ibadah, akhlaq, dll. Sehingga para siswa selain mendapatkan materi moral, juga mendapatkan materi agama yang bermanfaat. Selayaknya sekolah lain mengikuti konsep Fortasi tersebut sehingga kegiatan MOS menjadi kegiatan yang bermanfaat bagi siswa baru.