"Surat Suara selanjutnya adalah ... Hah? Apa ini? Kenapa begini?"
"Apa?" tanya saksi A
"Kenapa?" tanya saksi B
"Apa yang terjadi?" tanya saksi C
Tempat penghitungan surat suara langsung heboh. Semua berkerubung. Semua orang menjadi penasaran dan ingin mengetahui apa yang sedang terjadi.
"Apa?"
"Kenapa?"
"Apa yang terjadi?"
Salah satu surat suara tampak rusak. Gambar sang kepala daerah Incumbent tampak compang-camping. Banyak lobang pada gambar photonya. Mungkin ada puluhan ... mungkin ada ratusan. Semua orang saling berdebat. Semua menyatakan pendapat dan analisanya masing-masing.
"Sah!"
"Tidak sah!"
"Rusak!"
*****
Paginya, berita langsung menyebar karena koran-koran daerah dan nasional mengangkatnya menjadi HL dengan judul berita:
"SANTET DALAM PILKADA" kata media anu-01
"AWAS! SANTET MENGINCAR KEPALA DAERAH INCUMBENT" kata media anu-02
"SIAPA YANG BERMAIN? APA TUJUANNYA?" kata media anu-03
"PILKADA KOTA X LANGSUNG HEBOH KARENA ADA INDIKASI PERMAINAN ILMU HITAM BERBENTUK SANTET." kata media anu-04
Negeri ini langsung heboh. Segera saja, banyak bermunculan orang baru yang merasa sebagai 'ahli' yang mencoba menganalisa kejadian dalam pilkada itu menurut rasa sok tau-nya masing-masing.
04/10/2010
FF ini lanjutan dari:
http://fiksi.kompasiana.com/group/prosa/2010/10/04/flash-fiction-pilkada/
http://sangasiji.wordpress.com/2010/10/03/flash-fiction-pilkada/
cerita ini juga ada di:
http://sangasiji.wordpress.com/2010/10/04/flash-fiction-santet/