Malam di air mancur dengan patung pemuda membangun yang telah berusia setengah abad, seorang ibu bermahkotakan jilbab menggendong anak kecil.
Tangannya menenteng beberapa kotak tissue berukuran sedang yang dijualnya kepada pelintas di lampu merah taman berair mancur itu.
Saya yang sedang berada di dalam bus transjakarta menyaksikan sang ibu yang nampak menggunakan kain jarik bermotif batik itu, nampak kesal dengan anak kecil yang digendongnya.
Ibu itu memang marah kepada anak kecil yang digendongnya tetapi dia tidak memukulnya, saya lihat begitu ketika bis berhenti karena lampu merah.
Saya tidak terlalu paham apa yang ibu itu ucapkan kepada anak kecil yang digendongnya karena bis transjakarta kedap suara.
Namun jika melihat mimik wajahnya, ibu itu sangat kesal sekali malam itu. Saya langsung berasumsi jika tissue yang dijualnya mungkin tidak banyak dibeli pelintas. Barangkali hanya satu, dua atau tiga saja yang terjual.
Dalam hati saya membathin. Apakah ibu penjual tissue di Bunderan Senayan yang menggendong anak kecil itu seorang perempuan tangguh?
Perempuan tangguh belakangan ini memang tengah gencar didengungkan. Bahkan ketika Hari Perempuan Internasional beberapa hari lalu, perempuan tangguh di tanah air gencar disiarkan.
Menteri Keuangan Ibu Sri Mulyani sempat pula menjadi nara sumber mengenai perempuan tangguh di acara Rosi, Kompas TV, belum lama ini.
Katanya perempuan tangguh itu salah satunya adalah mereka yang menjadi tulang punggung keluarga.
Perempuan tangguh itu pejuang pencari nafkah dan masih banyak lagi istilah yang mewakili perempuan tangguh itu.
Artinya, para penumpang perempuan yang satu bis dengan saya malam itu, juga adalah mereka perempuan tangguh.
Tetapi setangguh apakah perempuan dalam menghadapi kehidupan yang kian berat ini?
Saya rasa pasti ada orang-orang di belakang mereka yang menjadikan mereka tangguh seperti itu.
Lalu siapa yang membuat ibu penjual tissue di Bunderan Senayan yang menggendong anak kecil itu menjadi perempuan tangguh?
Apakah kerasnya hidup ini yang membuat ibu itu harus menjadi perempuan tangguh?
Atau, perempuan tangguh itu tercipta karena tak ada laki-laki lagi, mungkin bagi ibu penjual tissue di Bunderan Senayan yang menggendong anak kecil itu?
Ciledug, 15 Maret 2021