Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Ilmi dan Masa Depan Kaum Papa

12 Juli 2010   11:43 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:55 116 0
Headline Harian Kompas edisi Senin (12/7) berjudul Kemiskinan Kian Merisaukan mengingatkan saya pada sosok Ilmi. Adalah Masni (57), tetangga saya yang mendapati Ilmi "terdampar" persis di depan rumahnya, Jalan Prima Dalam RT 04/05 Kelurahan Tegal Alur Kecamatan Kalideres, Jakarta Barat.

Waktu itu, Rabu 30 Juni 2010, Masni melihat Ilmi diejek sejumlah anak-anak Prima Dalam. Penampilan Ilmi, yang saya perkirakan berusia 9-10 tahun, tidaklah seperti kondisi anak-anak pada umumnya. Wajahnya lusuh, kusut, tak terurus. Ini mungkin yang menyebabkan sejumlah anak di wilayah itu menjadikannya sebagai obyek hiburan. Saat itu, gadis cilik yang potongan rambutnya mirip anak laki-laki ini mengenakan pakaian oranye lengan panjang, celana jins biru selutut dan bersandal jepit warna oranye.

Merasa kasihan melihat kondisi Ilmi, Masni menolongnya. Perempuan beranak tujuh ini membersihkan dan memandikannya. Bahkan menceboki dubur Ilmi yang kala itu belepotan (maaf) kotoran. Saking kotornya celana itu, sampai-sampai Masni harus membuangnya. Bukan hanya itu, Ilmi mengaku makanan yang dimakannya selama ini berasal dari sisa-sisa makan orang lain, boleh jadi berserakan di jalan, bahkan di tempat sampah.

Babak berikutnya, Masni mencoba menggali informasi latar belakang Ilmi. Mengapa ujug-ujug Ilmi berada di depan rumahnya? Masni ternyata kesulitan menggali identitas Ilmi. Sebab, anak ini memang agak terbelakang. Sesekali Ilmi menyebut nama bapak, ibu dan neneknya. Bapaknya bernama Kandi, ibunya Ismi dan neneknya Lasmi. Ilmi mengaku tinggal di Bekasi. Suatu waktu, Ilmi tak menjawab satu pun pertanyaan yang ditujukan kepadanya.

Kesulitan mencari identitas keluarganya, Masni menempuh jalur lain. Dia pun membawa bocah malang itu ke stasiun televisi Indosiar dan meminta agar stasiun tv itu menyiarkan Ilmi sebagai anak hilang. Gayung pun bersambut. Indosiar memenuhi permohonan Masni. Tapi sampai Minggu (11/7) lalu, kerabat Ilmi -- jika pun memang ada, tak kunjung menemui gadis kecil ini.

Saya sempat berbincang singkat dengan Ilmi. Dia juga bisa menulis beberapa huruf, meski tulisannya belum terarah dan terbaca. Ilmi adalah anak telantar, anak jalanan yang terjebak dalam realitas hidup. Anak seusia Ilmi bukan di jalanan tempatnya. Seharusnya dia duduk manis di sekolah, menyimak setiap mata pelajaran dari bapak-ibu guru. Di luar sana, mungkin, masih banyak kita temui sosok Ilmi yang lain.

Masni -- dengan tujuh orang anak, mungkin tidak akan selamanya "memelihara" Ilmi. Apalagi, Masni hanyalah seorang tukang urut biasa. Tentu tak sanggup jika harus menanggung "anak ke delapan" alias Ilmi.

Semoga lewat forum ini, orang-orang yang berkepentingan terhadap masa depan Ilmi, entah itu orangtuanya, kerabatnya, para pengusaha atau orang-orang biasa, bersedia menolongnya. Jika pun tidak ada, maka negara wajib mengurusnya!! Semoga para pemimpin negara ini masih sadar bahwa konstitusi mengamanatkan: orang miskin dan anak-anak telantar dipelihara oleh negara.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun