“kamu sudah sadar, apa kamu baik-baik saja?”
Kulihat seorang pria duduk disampingku dan dari wajahnya ia terlihat sangat khawatir, siapa dia? Apa dia orang yang telah menabrakku tadi? Akh, kepalaku masih pusing dan aku kembali menutup mataku tanpa mempedulikan siapa pria disampingku ini.
“suster tolong panggilkan dokter, sepertinya pasien ini sudah sadar”
Kututup mataku rapat-rapat dan hanya mendengar pembicaraan mereka, dokter itupun datang dan memeriksaku.
“gimana keadaannya dok? Dia baik-baik saja kan?
“ia pak, untunglah hanya lecet sedikit dibagian kaki dan tangan, besok sudah boleh pulang koq”
“ia dok terima kasih”
Kring-kring, kudengar Handphone pria itu berbunyi dan merekam sedikit pembicaraannya
“hallo Bu, ia sejam lagu aku akan berangkat, aku mengalami kecelakaan kecil tadi, ia bu aku baik-baik saja, hanya saja orang yang kutabrak ini mengalami luka-luka kecil dan harus dilarikan di rumah sakit, baiklah bu, bye”
Oh, ternyata benar dugaanku pria inilah yang sudah menabrakku tadi, aaaargh dasar, panas sekali rasanya dadaku, ingin sekali kutarik tangannya ke jalan lalu ku kemudikan mobilnya lalu menabrak dia lagi seperti yang dia lakukan padaku, hanya saja kepalaku masih sangat pusing dan matakku juga sulit untuk dibuka.
“suster, aku akan menyuruh anak buahku untuk menyelesaikan seluruh administrasinya, tolong dirawat baik-baik pasien ini ya dok”
“baik pak”
Kucoba membuka kedua mataku, samar-samar kulihat wajahnya, tak jelas, tapi sekilas dari penglihatanku pria ini masih muda dan terlihat dari kalangan atas, satu hal lagi wajahnya perfect.
“maaf ya, aku yang sudah menabrakmu tadi apa sekarang kamu baik-baik saja?”
“ia” jawabku singkat, tanpa bertanya siapa nama pria ini
“oh ya, namamu siapa ya?”
“jeann”
“oh ya jeann, kamu punya keluarga yang bisa aku hubungi?”
“tidak”
“sekali lagi maaf jeann karena telah menabrakmu tadi, tapi semua biaya rumah sakit hingga kamu sembuh akan kutanggung”
“baiklah”
Aku kembali menutup mataku dan kembali tertidur
*****
“nn.jeannete anda sudah boleh pulang hari ini dan seluruh biaya administrasi anda sudah dilunasi oleh orang yang menabrak anda kemarin”
“iya suster terima kasih”
“baik nn.jeannete”
“oh ya sus, boleh aku tau nama pria yang kemarin menabrakku?”
“maaf nn, pria itu tidak menyebut identitasnya”
“tapi kan dia yang melunasi semua biaya pengobatanku kan?”
“memang, tapi yang mengurus semua pembayaran itu nak buahnya nn, bukan mas itu”
“oh, begitu ya, trima kasih ya suster”
“iya nn, sama-sama”
Aku pulang dengan rasa penasaran, siapa pria itu sebenarnya, kenapa kemarin aku lupa tanya namanya ya? Akh, penasaran! Tiba-tiba saja wajahnya terlintas lagi dalam pikiranku, sempurna pikirku.
Tut,tuuuut. . . klakson mobil om Dedy membuyarkan aku dari lamunanku!
“apa perlu aku buka pintunya jeann?
“akh, ga usah om, bisa sendiri koq”
“kenapa ga kasih kabar dari kejadian tabrakkan itu sich? No ga bisa dihubungi, kamu itu bikin khawatir aku saja”
“ga apa koq om, ni Cuma lecet sedikit! Oh ya, katanya mau ajak aku om, kemana?”
“udah kamu istirahat dulu, nanti ajah dech kalo udah baikan”
“dibilangin ga ap juga koq om, sekarang udah boleh koq”
“yakin kamu jeann?”
“yakin pake banget om”
“dasar kamu itu, keras kepala. Oh ya, terus orang yang nabrak kamu gimana? Kamu tau
identitasnya ga, biar om laporin polisi”
“ga tau om, aku Cuma liat dia sekali, terus ga tau lagi, ga usah lapor dech om, orang dia bertanggung jawab juga”
“ah, seandainya saja pas kejadian itu kamu laporin om, pasti udah om seret dia ke polisi”
“makanya om ga aku kasi tau,, oh ya om, terus anaknya om gimana? Jadi mimpin perusahaan?”
“jadilah, hanya saja baru 2hari dia udah balik Amrik lagi kangen ibunya, mungkin lusa baru balik lagi”
Aku memalingkan perhatianku dari pembicaraan om Dedy karena mobil kita baru saja memasuki sebuah pelataran tempat parkir sebuah gedung yang berukuran tidak terlalu besar, tempat apa ini pikirku?
“udah sampai jeann, ayo turun”
“tempat apa ini om?
“udah ikut ajah yuk”
“ah om katanya mau ajak aku ke suatu tempat, ini ya tempat itu?” agak nyesel karena kupikir om Dedy akan ajak aku ke toko perhiasan, atau nunjukin brosur tas brand baru atau sepatu keluaran terbaru atau semacamnyalah
“iya jeann, kenapa?”
“ga om, ngapain coba di dalam?”
“kenapa? Kamu kaget ini bukan toko perhiasan atu sebagainya yang biasa kita kunjungi?”
Hahaha, aku tertawa geli dalam hati, om Dedy koq tau isi otakku yah?
“oke boss” ucapku malas
Kami berjalan kedalam gedung itu, gedung berlantai 2, tidak ada orang disini, hanya ada beberapa kursi dan meja lalu aksen-aksen ruangan yang terlihat tidak berkelas. Tempat apa ini pikirku? Tiba-tiba ada seorang pria yang agak sedikit kemayu menghampiri kami
“selamat siang pak Dedy”
“siang mas hengky”
“jadi ini yah gadis yang anda ceritakan” ucap pria itu tanpa berbasa-basi
“iya heng, jeann ini hengky, hengky ini jeann”
“hallo” ucapku sambil berjabat tangan dan masih berpikir tempat apa ini?
“mari pak kita ke ruangan saya, ayo mbak jeann”
Aku tersenyum dan kami berjalan menuju ruangan si pria kemayu ini, setelah berada di ruangan kami di persilahkannya duduk
“jadi gimana heng? Udah kamu urus kan?” ucap om Dedy memulai pembicaraan kami
“udah Pak Dedy, gimana mbak Jeann? Udah siap?”
“udah koq, dia sudah siap” potong om Dedy.
Apa-apaan ini pikirku, apa om Dedy mau menjualku pada pria ini? Aku masih diam tak mengerti
“jadi kapan bisa dimulai Heng?”
“besok juga sudah boleh koq pak”
“baiklah, besok kami akan kembali lagi kesini”
“baik pak”
Kami bersalaman lalu berlalu meninggalkan ruangan pria kemayu itu.
“ada apa sich nich om, aku mau dijual ya?”
“hahahaha, apa-apaan sich kamu? Koq dijual? Emang kamu benda apa”
“yah terus ngapai dong om, kasi tau aku dong” rengekku pada om Dedy
“nanti ajah besok baru kamu tau”
“aaaah, om selalu begitu” ucapku merajuk dan duluan masuk ke mobil”
“makan siang dulu ya jeann?”
“terserah om ajah”
“ow, ow, ow, si cantik jeannete ngambek” sambil mencubit pipiku
“udah dech, jangan ngerayu”
*****
Pelayan restoran datang menghampiri kami dan kamipun memesan makanan. Sementara menunggu pesanan kami tiba-tiba kami dikagetkan dengan kedatangan seorang wanita. Ya, aku kenal dengan wanita itu, wanita yang wajahnya sudah tak asing lagi.
BERSAMBUNG. . . . .