Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik

Surat SBY-Nazaruddin, Drama Episoda Baru yang Tidak Penting

22 Agustus 2011   00:47 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:34 288 0
Inilah negeri cantik Indonesia, kembali terpengaruh oleh drama yang diciptakan seorang Nazaruddin. Kali ini Nazaruddin menciptakan episode drama baru yang dipertunjukkan adalah sebuah surat cinta kepada presidennya. Drama surat cinta itu kembali menabur kontroversi dan perbedaan pendapat di berbagai kalangan ketika Nazaruddin dan Presiden saling berbalasan surat. Sebagian pengamat menyalahkan mengapa SBY membalas suratnya. Sutradara dibelakang Nazaruddin sangat hebat, dan dimainkan sangat apik oleh Nazaruddin. Drama babak baru itu kembali memeras perasaan emosi dan bangsa ini. Tampaknya masyarakat dan media secara tidak disadari telah tergiring oleh sutradara drama Nazaruddin. Justru yang ditampilkan bukanlah substansi perkara, tetapi masalah emosi dan psikologis Nazaruddin yang tidak terlalu penting. Justru saat ini dengan surat itu, Nazaruddin berhasil melemparkan bola panas ke SBY.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akhirnya membalas surat mantan Bendahara Umum Partai Demokrat, Muhammad Nazaruddin, yang juga tersangka kasus dugaan suap proyek Wisma Atlet SEA Games di Palembang, Sumatera Selatan. Nazaruddin senang atas perhatian SBY. Dalam surat kepada SBY, Nazaruddin menulis bahwa dirinya rela langsung divonis tanpa melalui proses hukum. Nazaruddin juga berjanji tidak akan merusak citra Partai Demokrat. Tapi, Nazaruddin memberikan syarat. Yakni, anak dan istrinya jangan diganggu. Meski SBY sebelumnya telah mengetahui melalui media masa, tetapi surat Nazaruddin itu baru sampai ke meja SBY dan dibaca pada Minggu 21 Agustus 2011. Dalam surat balasannya, SBY meminta Nazaruddin untuk membuka semua kasus yang dia ketahui. SBY meminta Nazaruddin tunduk kepada proses hukum yang berlaku. SBY menegaskan, hukum tidak pandang bulu. SBY juga membacakan surat itu di sela acara buka puasa bersama Partai Demokrat di Cikeas, Minggu malam.

Aktor Ulung dan Sutradara Hebat

Setiap gerak dan ucap Nazaruddin selalu saja menyita perhatian bangsa ini. Saat terakhir akan diadili secara hukum untuk membuktikan kebenaran nyanyiannya di KPK justru mengatakan lupa dan tidak bisa mengingat apa-apa. Bahkan saat ini Nazaruddin menulis surat mengadu kepada SBY untuk tidak mengganggu anak isterinya. Nazaruddin bak aktor ulung dengan sutradara hebat. Setiap kalimat yang keluar dari mulutnya telah membuat bangsa ini tersihir. Setiap pernyataannya membuat badai besar yang siap meruntuhkan individu atau kelompok yang tersangkut dalam nyanyiannya. Setiap pengakuannya membuat bangsa ini saling tuduh dan menciptakan krisis kepercayaan yang besar. Tampaknya Nazaruddin adalah seorang sutradara yang sangat hebat dalam memainkan simfoni yang dapat memainkan psikologi bangsa ini.Nazaruddin sedang berusaha memainkan psikologi masa dengan dengan berbagai pernyataan khususnya saat menulis surat ke Presiden SBY dan memohon jangan melibatkan anak dan isterinya.

Penulisan surat tersebut juga tampaknya merupakan bagian strategi memainkan emosi masyarakat Indonesia. Buktinya, surat kepada SBY itu belum dikirim atau belum sampai ke meja SBY, pengacara dan Nazaruddin sudah gembar-gembor di media. Nazaruddin menulis surat ke SBY untuk segera memberikan hukuman penjara kepadanya tanpa perlu lagi mengikuti proses persidangan untuk membela hak-haknya. Dia rela dihukum penjara bertahun-tahun asalkan SBY dapat berjanji akan memberikan ketenangan lahir dan batin bagi keluarga, khususnya bagi istri dan anak-anaknya. Dia juga menghiba bahwa istri saya adalah benar-benar seorang ibu rumah tangga yang sama sekali tidak mengetahui apa pun yang berhubungan dengan kepartaian. Dia juga berjanji, saya tidak akan menceritakan apa pun yang dapat merusak citra Partai Demokrat serta KPK demi kelangsungan bangsa ini. Padahal Neneng Sri Wahyuni resmi ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan korupsi pengadaan dan supervisi pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi tahun anggaran 2008. Oleh KPK, Neneng dijerat dengan sangkaan pasal kejahatan berlapis.

Seharusnya kalimat tidak usah diproses secara hukum itu tidak perlu terucap karena Nazaruddin adalah anggota Komisi III bidang Hukum DPR dan pengacaranya terdiri dari pakar hukum hebat. Kalaupun hendak berkeluh kesah dan melakukan bargaining dengan SBY seharusnya melalui orang kepercayaan SBY bukan di ruang publik seperti itu. Tampaknya hal ini merupakan strategi canggih yang dapat melibatkan psikologi masyarakat yang dapat membuat dukungan terhadapnya meningkat. Tujuan itu tampaknya mungkin berhasil. Saat ini sebagian masyarakat mulai menaruh belas kasihan terhadap Nazaruddin bahkan sebaliknya menganggap partai demokrat atau SBY menekannya. Sutradara di belakang Nazaeuddin sangat piwai dalam memahami kondisi psikologi politik, psikologi masa dan psikologi hukum. Sutradara itu juga mampu membuat strategi yang ampuh untuk menghindarkan dirinya dari jerat hukum yang memburunya. Hal itu bisa saja dilakukan oleh seorang Nazaruddin sendiri. Tetapi juga sangat mungkin dikenadlikan oleh orang-orang di sekitar Nazaruddin. Mulai dari awal tudingan terhadap Ibas, Andi dan beberapa anggota DPR. Kemudian saat mendekati konggres Nasional Partai Demokrat hendak berlangsung, Ibas dan Andi dibantah tetapi berbalik Anas Urbaningrum yang ditembaknya. Kejadian itu membuat kecurigaan ada kekuatan di sekitar Nazaruddin untuk membuat skenario nyanyiannya demi kepentingan kelompok tertentu dalam partai demokrat. Saat KPK akan memburunya, nyanyiannya langsung melibatkan beberapa pimpinan KPK. Demikian pula tindakan cerdiknya, saat diburu di Singapura Nazaruddin langsung menyewa pengacara ternama di sana. Waktu tertangkap di Kolombiapun dia berusaha menyewa pengacara kondang di sana dan berkeinginan minta suaka politik. Beberapa hal itu merupakan langkah hukum yang canggih.

Wajar saja bila keadaan itu membuat masyarakat curiga terhadap pengacaranya dalam hal ini OC Kaligis berperanan membuat skenario dan sebagai sutradaranya. Kecurigaan tersebut semakin besar karena berbagai kejadian itu selalu saja terjadi setiap setelah Nazaruddin bertemu OC Kaligis. Demikian juga isu yang dihembuskan OC Kaligis tentang pengacara yang tidak boleh mendampingi di pesawat saat kepulangan dari Kolombia dianggap sebagai upaya cuci otak. Tampaknya juga merupakan kejanggalan karena kalapun mau melakukan cuci otak kenapa harus repot-repot di pesawat, di tahananpun lebih mudah, aman dan efektif. Apalagi di pesawat melibatkan beberapa instansi Mabes Polri, Interpol, KPK, Kemenlu atau Menkumham. Kalau cuci otak yang dituduhkan itu dilakukan akan lebih mudah bocor ke luar.

Media dan Masyarakat terpancing

Surat cinta Nazaruddin kepada SBY tersebut ternyata berhasil menggiring emosi media dan masyarakat sehingga bola panas bergulir di tangan SBY. Opini publik pasti sangat berbeda dalam menilai SBY tidak akan menanggapi surat Nazaruddin. Beberapa pengamat sudah berani memvonis, surat balasan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kepada Nazaruddin kurang tepat. Pendapat para pengamat tersebut sesuai dengan kepentingan dan seleranya. Termasuk opini, sebagai pemimpin negara, Presiden SBY tidak perlu membalas surat itu secara personal karena bisa menimbulkan spekulasi. Opini lain menunjukkan bahwa, dengan membalas surat menunjukkan bahwa Presiden peduli secara personal, bukan dalam kapasitasnya sebagai pemimpin negara yang tidak memiliki kewenangan apapun dalam penyelidikan. Presiden SBY sebenarnya tidak memiliki kewenangan membalas surat yang dinilainya berbau drama itu. Dari sisi tata negara, surat dari tersangka kasus dugaan suap proyek Wisma Atlet SEA Games ini salah alamat. Surat ini dikirim saat KPK sedang melakukan penyidikan, sehingga tanggapan yang datang pun nantinya akan dipandang sebagai intervensi. Beberapa opini mengatakan, seharusnya SBY menghindari membalas surat karena menyalahi kapasitasnya sebagai pemimpin negara. Sebagian lain mengatakan bahwa SBY sudah tepat membalas surat Nazaruddin karena untuk menghapus spekulasi yang ada dalam masyarakat.

Sebenarnya surat SBY ke Nazaruddin tidak harus diributkan. Surat balasan SBY untuk Nazaruddin itu tidak akan berpengaruh kepada proses hukum Nazaruddin. Justru sebenarnya dalam surat balasan kepada Nazaruddin untuk menegaskan sekali lagi sikapnya bahwa SBY tidak akan melakukan intervensi kepada pengadilan hukum yang sedang berjalan. Bila berbagai kepentingan muncul dalam masyarakat, maka surat SBY tersebut dapat digunakan sebagai alat untuk mengkritisi SBY. Hal inilah yang membuat SBY selalu salah. Dan fenomena itu telah dapat dimanfaatkan dengan cerdas oleh seorang sutradara di belakang Nazaruddin.

Skenario sutradara hebat telah dimainkan apik oleh Nazaruddin. Masyarakat terpancing emosinya tetapi melupakan substansi masalah megakorupsi. Misi dan sutradara Nazaruddin berhasil mencapai tujuan untuk memainkan emosi dan psikologis masyarakat sehingga bola panas saat ini berhenti di tangan SBY. Sebaiknya masyarakat dan media tidak perlu terlalu mudah terpancing oleh cerita drama yang melankolis dan tidak perlu. Cerita drama yang harus dikawal oleh media dan masyarakat adalah konsistensi Nazaruddin dalam mengungkapkan adanya kebenaran yang telah dinyanyikannya selama ini. Masyarakat masih menunggu apakah nyanyian Nazaruddin selama ini juga adalah drama belaka ataukah kebenaran yang dapat mengungkap megakorupsi di Indonesia.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun