Bukan hanya aspartam , gulapun dianggap berbahaya bagi kesehatan. Gula seharusnya tidak berbahaya bagi kesehatan bila dikonsumsi dalam batas normal. Satu sendok teh gula hanya mengandung 16 kalori atau sekitar 67 kilojoule pada energi. Gula akan berdampak buruk bagi kesehatan bila dikonsumsi dalam jumlah berlebihan. Namun dalam keadaan tertentu khususnya bila tidak disertai perawatan gigi uang baik gula dapat mengganggu kesehatan gigi. Pemanis buatan dibuat untuk mengantisipasi asupan gula atau sukrosa berlebih yang bisa mengakibatkan kerusakan gigi. Aspartam adalah salah satu pemanis buatan yang dibuat untuk mengatasi solusi tersebut.
Aspartam ditemukan pada tahun 1965 oleh James Schslatte sebagai hasil percobaan yang gagal. Aspartam merupakan dipeptida yang dibuat dari hasil penggabungan asam aspartat dan fenilalanina. Fenilalanina merupakan senyawa yang berfungsi sebagai penghantar atau penyampai pesan pada sistem saraf otak.
Aspartam merupakan pemanis sintetis non-karbohidrat, aspartyl-phenylalanine-1-methyl ester, atau merupakan bentuk metil ester dari dipeptida dua asam amino yaitu asam amino asam aspartat dan asam amino essensial fenilalanina. Aspartam punya kekuatan manis 160 hingga 220 kali lebih tinggi daripada gula sukrosa.
Aspartam merupakan pemanis rendah kalori dengan kemanisan 200 kali kemanisan gula (sukrosa), sehingga untuk mencapai titik kemanisan yang sama diperlukan aspartam kurang dari satu persen sukrosa. Seperti banyak peptida lainnya, kandungan energi aspartam sangat rendah yaitu sekitar 4 kCal (17 kJ) per gram untuk menghasilkan rasa manis sehingga kontribusi kalorinya bisa diabaikan sehingga menyebabkan aspartam sangat populer untuk menghindari kalori dari gula.
Keunggulan aspartam yaitu mempunyai energi yang sangat rendah, mempunyai cita rasa manis mirip gula, tanpa rasa pahit, tidak merusak gigi, menguatkan cita rasa buah-buahan pada makanan dan minuman, dapat digunakan sebagai pemanis pada makanan atau minuman pada penderita diabetes.
Penggunaan aspartam ditujukan untuk mengurangi jumlah kalori gula dan biasanya dipakai pada produk-produk diet atau untuk penderita dengan kebutuhan medis tertentu, seperti diabetes. Aspartam dijual dengan nama dagang komersial seperti Equal, Nutrasweet dan Canderel dan telah digunakan di hampir 6.000 produk makanan dan minuman di seluruh dunia. Terutama digunakan di minuman soda dan permen.
Saat ini aspartam telah ada dalam berbagai bentuk, seperti cair, granular, enkapsulasi dan juga tepung. Dengan demikian, aspartam dapat digunakan dalam berbagai bentuk dan jenis makanan maupun minuman. Bentuk enkapsulasi bersifat tahan panas sehingga dapat digunakan untuk produk-produk yang memerlukan suhu tinggi dalam pembuatannya. Meski dinyatakan aman, tetapi kontroversi bahaya aspartam terus merebak. Hal ini membuat pangsa pasarnya mulai berkurang direbut oleh pemanis lain yaitu sukralosa.
Kontroversi
Pemanis buatan aspartam telah menjadi subjek beberapa kontroversi sejak persetujuan awal oleh US Food and Drug Administration (FDA) pada tahun 1974. Persetujuan FDA aspartam sangat ditentang, dengan kritikus menuduh bahwa kualitas penelitian awal yang mendukung keamanan tidak cukup dan cacat. Kecaman lainnya adalah bahwa konflik kepentingan dirusak persetujuan aspartam. Pada 1987, US Government Accountability Office menyimpulkan bahwa proses persetujuan aditif makanan telah diikuti dengan benar untuk aspartam. Meskipun demikian, kontroversi dan anti-aspartam oleh berbagai aktifis telah mengkampanyekan bahaya aspartame tanpa dokumen dan data akurat. Tanpa dasar penelitian ilmiah mereka mengungkapkan bahwa aspartam dapat mengakibatkan gangguan multiple sclerosis, lupus sistemik, keracunan metanol, kebutaan, kejang, menembak nyeri, kejang, sakit kepala, depresi, gelisah, kehilangan memori, kelahiran cacat dan kematian berhubungan dengan konsumsi aspartam dalam dosis normal. Tetapi kampanya anti aspartam tersebut telah dibantah oleh berbagai proyek penelitian ilmiah dan dikuatkan oleh berbagai institusi kesehatan dunia yang kredibel.
Publisitas kontroversi ini telah terlanjur menyebar demikian luas memicu kekawatiran terhadap dampak kesehatan dalam penggunaan aspartam. Secara luas ribuan bahkan jutaan email beredar di dunia maya yang membuat kecemasan dan fobia terhadap aspartam semakin besar. Seperti halnya kontroversi MSG maka kontroversi bahaya aspartam yang sudah terlanjur melekat erat di masyarakat sulit dirubah lagi.
Meski MSG (Monosodium Glutamat) dan aspartam sudah dinyatakan aman oleh berbagai institusi kesehatan dunia tetapi keamanan untuk penggunaan masih disangsikan oleh masyarakat. Namun sertifikasi aman yang telah dikeluarkan oleh FDA dan FSA Eropa akhirnya tetap menyulut kontroversi. Penyelidikan lebih menyeluruh mulai banyak diusulkan untuk menjelaskan bagaimana hubungan antara aspartam dan banyak efek negatif yang mungkin ditimbulkannya seperti sakit kepala, tumor otak dan limpoma. Semua penemuan ini, ditambahkan kemungkinan akan kebenaran bahaya aspartam membuat masyarakat mulai berpikir ulang untuk menggunakan aspartam. Bahkan pada tahun 2004 kontroversi penggunaan aspartam sampai didiskripsikan dalam film dokumenter Sweet Misery: A Poisoned World.
Aspartam telah dinyatakan aman untuk dikonsumsi manusia dengan lebih dari sembilan puluh negara di seluruh dunia. FDA menunjukkan bahwa aspartam sebagai “salah satu bahan makanan yang telah banyak diuji dan dipelajari dengan seksama aditif makanan. Berdasarkan berbagai kajian ilmiah tersebut FDA pernah menyetujuinya dan menyatakan aspartam aman sebagai pemanis non-nutrisi.
Aspartam Dinyatakan Aman
Menurut berbagai institusi kesehatan dunia yang kredibilitasnya tidak diragukan lagi seperti US Food and Drug Administration (FDA), American Dietetic Association (ADA), The Joint Expert Committee on Food Additives (JECFA), American Medical association (AMA), The American Council On Sience and Health (ACSH) atau European Commission’s Scientific Committee on Food (SCF) telah merekomendasikan bahwa aspartam merupakan bahan makanan yang aman bagi kesehatan. Aspartam telah dinyatakan aman digunakan baik untuk penderita kencing manis, wanita hamil, wanita menyusui bahkan anak-anak, kecuali bagi penderita PKU (Penilketonuria).
Tahun 1981 aspartam mendapat persetujuan dari FDA untuk digunakan pada beberapa jenis makanan. Untuk mendapat persetujuan ini, tentu banyak penelitian ilmiah yang harus ditinjau terlebih dahulu. Setelah dinyatakan aman untuk dikonsumsi, barulah FDA mau menyetujuinya. FDA telah melakukan evaluasi terhadap pemakaian aspartam dalam makanan dan minuman sebanyak 26 kali sejak pertama kali menyetujui penggunaannya. Dan dari bukti-bukti ilmiah yang ada, maka sejak tahun 1996 FDA menyetujui penggunaan aspartam sebagai pemanis buatan yang dapat digunakan dalam semua makanan dan minuman.
Penelitian yang menggunakan aspartam secara bolus sebesar 34 mg/kg berat badan memperlihatkan bahwa walaupun hasil metabolisme aspartam dapat melewati sawar darah plasenta, jumlahnya tidak bermakna untuk sampai dapat menimbulkan gangguan saraf pada janin. Penelitian besar yang dilakukan terhadap manusia, bukan hewan tikus menjelaskan bahwa tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa minuman soda yang mengandung pemanis aspartam dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker. Aspartam dapat diurai oleh tubuh menjadi kedua asam amino tersebut dan termasuk pemanis nutritif. Hanya, aspartam tidak tahan suhu tinggi, karena pada suhu tinggi aspartam terurai menjadi senyawa yang disebut diketopiperazin yang meskipun tidak berbahaya bagi tubuh, tetapi tidak lagi manis. Karena itu, aspartam tidak dipakai dalam produk pembuat kue dan dipakai hanya untuk minuman, es krim, dan yoghurt. Jika dicerna secara normal oleh tubuh, aspartam akan menghasilkan asam aspartat dan fenilalanina. Dengan demikian, aman untuk dikonsumsi.
Menurut American Dietetic Association (ADA), pemanis aspartam aman dalam jumlah tertentu seperti yang direkomendasikan Food and Drug Administration (FDA). Hasil penelitian yang dilakukan FDA menyebutkan, aspartam masih dalam batas aman untuk manusia jika konsumsi per harinya sebanyak 50 mg/kg berat badan.
Menurut European Commission’s Scientific Committee on Food (SCF) pada tahun 1998 juga merekomendasikan bahwa aspartam aman. SCF juga telah melakukan review berbagai laporan penelitian terhadap 500 penelitian tentang aspartam sejak tahun 1998 hingga 2001. Hasil review tersebut menunjukkan, aspartam tetap aman dan tidak ada bukti kuat yang mengharuskan mereka mencabut pernyataan sebelumnya. Berdasarkan Acceptable Daily Intake (ADI), asupan aspartam yang direkomendasikan SCF adalah 40 mg/kg berat badan.
Untuk meningkatkan faktor keamanan dalam penggunaannya, FDA pun memberikan batas-batas pemakaian yang dianjurkan. Istilah yang dipakai adalah Acceptable Daily Intake (ADI) yang berarti asupan harian yang diperbolehkan. Ukuran yang dipergunakan adalah jumlah pemanis per kilogram berat badan per hari yang dapat dikonsumsi secara aman sepanjang hidupnya tanpa menimbulkan risiko. ADI adalah tingkat yang konservatif, yang umumnya menggambarkan jumlah 100 kali lebih kecil dibandingkan tingkat maksimal yang tidak memperlihatkan efek samping dalam penelitian binatang. ADI untuk aspartam adalah 40 mg/kg berat badan.
Setelah persetujuan diperoleh, bukan berarti tidak ada lagi penelitian lain yang dilakukan. Lebih dari 100 penelitian telah dilakukan sejak tahun 1981, dan sampai saat ini, FDA tidak mengubah pendapatnya. Aspartam kini telah disetujui penggunaannya di lebih dari 100 negara termasuk Indonesia.
Bahaya Bagi penderita PKU
Di antara semua pemanis tidak berkalori, hanya aspartam yang mengalami metabolisme. Tetapi proses pencernaan aspartam juga seperti proses pencernaan protein lain. Aspartam akan dipecah menjadi komponen dasar, dan baik aspartam maupun komponen dasarnya tidak akan terakumulasi dalam tubuh.
Dalam keadaan normal, fenilalanina diubah menjadi tirosina dan dibuang dari tubuh. Gangguan dalam proses ini terjadi pada penyakit fenilketonuria atau fenilalaninemia atau fenilpiruvat oligofrenia (PKU). Tubuh tidak mampu menghasilkan enzim pengolah asam amino fenilalanina, sehingga menyebabkan kadar fenilalanina yang tinggi di dalam darah, yang berbahaya bagi tubuh. PKU menyebabkan fenilalanina tertimbun dalam darah sehingga mengganggu otak dan dapat menimbulkan berbagai dampak berbahaya bagi tubuh manusia. Penyakit ini dapat diturunkan secara genetik. Kedua jenis asam amino ini secara alamiah terkandung dalam berbagai makanan berprotein seperti daging, biji-bijian dan nernagai produk diary atau susu. Penyakit ini jarang terjadi di Indonesia. Tetapi pada orang kulit putih, itupun kejadiannya hanya satu per 15.000 orang. Bukan hanya aspartam, tapi juga segala macam makanan yang mengandung fenilalanina termasuk nasi, daging dan produk susu. Pada setiap produk yang mengandung aspartam harus diwaspadai bagi penderita fenilketonuria dengan membaca cermat label pruduk yang mengandung fenilalanina.