Orang-orang itu menghentikan gerobak-gerobaknya di sepanjang jalan di sekitar masjid. Ketika saya dekati karena pingin tau maka saya lihat kalo gerobak-gerobak itu ternyata menjadi semacam rumah karena berisi perkakas rumah tangga, kasur alas tidur (saya lihat ada anak yang tidur di dalam gerobak) dsb.
Dari pemandangan kumpulan orang dan gerobak itu saya berusaha simpulkan secara cepat dan sepintas kalo sebuah gerobak kebanyakan diiringi seorang laki-laki dewasa yang nampaknya sebagai kepala rumah tangga yang bertugas menarik gerobak, seorang wanita yang nampaknya sebagai istri dan anak-anak yang sepertinya anak-anak mereka. Dan mereka semuanya berpakaian lusuh.
Semakin malam perlahan tapi pasti, semakin banyak gerobak dan orang-orang berpenampilan lusuh yang datang dan parkir di sepanjang jalan diseputaran masjid.
Nah pertanyaan saya siapakah mereka?
Saya yakin mereka itu jelas bukanlah warga kampung disekitaran masjid itu karena pagi dan siang tadi nggak ada tapi sore menjelang malam takbiran ini semakin banyak yang datang...
Sejak saat lihat pertama mereka maka pas saya keluar rumah lagi saat mencari makan dilingkungan sekitar bintaro sektor 9 saya selalu berusaha menyempatkan diri untuk mencari-cari dan memperhatikan mereka (orang-orang berpenampilan lusuh dan kumuh yang membawa gerobak).
Sebab pemandangan ini sangat unik.
Ternyata warga setempat menyebut mereka ini dengan istilah 'manusia gerobak'
Dari informasi yang saya dapatkan dari komen kawan senior saat saya menulis status beberapa hari lalu. Beberapa kawan senior ketika itu memberi koment :
1. Fikri Chandra Wardana :
Kalau mereka berpakaian rapi-jali, gak bakalan ada yang memberi sesuatu kepada mereka. Mereka ini professional jadi mereka sesuaikan antara karakter yang mereka bawakan dengan wardrobe nya.
2. Puji Raharjo Raharjo
Mereka itu di Jakarta sering kita sebut " Manusia Gerobak". Trus klo hari terakhir jelang lebaran kayak gini mereka antri tuk menerima zakat dari Panitia Zakat Masjid Raya Bintaro dan esok harinya mereka mengharap sedekah dari jama'ah yang sholat ied di halaman di masjid Raya Bintaro. Jadi mereka adalah pengumpul kardus, plastik, dan barang bekas...
3. Hardiman Tario :
Realita itu sudah ada dari awal ramadan, sepanjang jalan dari sektor 3 sampai sektor 9 bintaro, dan terakhir sebelum mudik saya masih sempat ngobrol dgn mereka tepat di depan griya CIMB NIAGA bintaro.
Seperti yang sudah saya tulis para manusia gerobak itu mulai berdatangan dan memarkir gerobak-gerobak mereka itu diseputaran masjid raya bintaro pada saat menjelang malam takbiran.
Tapi pada pagi keesokan harinya saat waktunya shalat ied tiba, saya tidak lagi melihat seorangpun dari mereka maupun sebuah gerobakpun yang parkir di kawasan itu.
Kemudian saat ibadah solat ied selesai para manusia gerobak, terutama kaum lelakinya dengan sigap menyerbu kawasan di seputaran masjid yang luas, mereka mengumpulkan surat kabar bekas yang tadinya dipakai sebagai alas sholat para jamaah.
Sementara itu para wanita dan anak-anak berbaris rapi di jalan keluar tempat sholat ied tersebut seolah-olah mencegat para jemaah. Para wanita dan anak-anak ini menadahkan semacam mangkok yang terbuat dari plastik atau kaleng, mereka ternyata meminta dan mengharapkan para jemaah yang keluar memberikan mereka selembar atau beberapa lembar rupiah sebagai sedekah.
Para wanita dan anak-anak ini dalam meminta sedekah nggak kalah sigap seperti kaum pria dari golongan mereka yang cekatan sekali dalam mengumpulkan koran-koran bekas yang memenuhi area tempat sholat ied.
Penampilan mereka tetap lusuh dan kumuh tepat seperti saat pertama kali saya melihat mereka berdatangan kemaren sorenya. Pemandangan yang kontras banget dengan jamaah shalat ied yang rapi dan bersih.
Dalam mengimpulkan koran bekas dan meminta sedekah mereka ini nggak menggangu atau membuat risih para jamaah. Tapi tentunya kalo sampai mengganggu jamaah yang bergerak pulang meninggalkan area tempat shalat, para petugas keamanan yang berjaga-jaga mulai malam takbiran akan mengambil tindakan. Tapi pada kenyataannya para petugas keamanan yang berjaga dan menyaksikan hal tersebut tetap tenang.
Kondisi saat bubaran shalat ied sangat crowded, ramai bahkan timbul macet kendaraan yang cukup panjan. Jamaah yang mau pulang setelah shalat bercampur dengan para manusia gerobak sibuk dengan kegiatan dan kepentinga masing-masing.
Situasi ini yang membuat saya membatalkan niat segera balik lagi ke daerah seputaran masjid sebab saya pikir pasti kondisi macet akan berlangsungg cukup lama. Nah 3 atau 4 jam kemuadian karena ada sebuah kepentingan saya terpaksa harus lewat daerah depan masjid lagi dan pemandangan di sana sudah beda.
Lingkungan sepuraran asjid sudah sepi dan bersih dari koran bekas shalat ied tadi pagi, trus saya juga nggak lagi menemukan tanda-tanda keberadaan para manusia gerobak itu.
Sepertinya begitu bubaran shalat selesai, begitu nggak ada jamaah lagi yang bisa dimintai sedekah dan begitu koran-koran bekas sudah habis digulung maka mereka pun meninggalkan daerah 'operasi' nya satu-satu persatu.
Kabar burung yang saya dengar 'manusia gerobak' ini ada yang mengkoordir. Mereka didatangkan dari berbagai daerah, dipinjami seragam lusuh dan kumuh serta gerobak agar siap ber-operasi di jakarta.
Entah bener atau tidak tapi kemaren itu saat malam takbiran saya melihat begitu banyak 'manusia gerobak' berjajar, saya lom pernah melihat mereka sebanyak itu sebelumnya walaupun saya berulang kali singgah di jakarta.
Rasanya di surabaya tempat saya domisili nggak ada deh dan saat saya berlebaran di kota solo tahun-tahun sebelumnya (udah lebih dari 40th) saya juga gak pernah melihat 'manusia gerobak' yaitu orang-orang yang biasanya terdiri dari seorang laki-laki, perempuan dan anak-anak (nampak seperti keluarga inti) yang berkeliaran seusai shalat ied ataupun pada hari biasa.
Sebuah pemandangan unik menurut saya...
@sa_murai
samurai jagoan.com
wenmit.com
facebook : samurai jagoan