Mohon tunggu...
KOMENTAR
Money

Bunga yang Menyebalkan

9 Oktober 2012   16:27 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:01 424 0
Bunga adalah sesuatu yang indah dan wangi, enak di pandang dan nikmat di cium baunya. Oleh karenanya bunga sangat disukai oleh banyak orang terutama oleh kaum hawa. Tapi bunga yang saya maksud ini berbeda, bunga yang satu ini tidak disukai oleh orang kebanyakan. Bahkan cenderung untuk di hindari dan itu gak peduli lagi dengan jenis kelamin, pria atau wanita rata-rata tidak menyukainya dan cenderung menghindarinya. Bunga yang saya maksukan adalah bunga bank.

Kenapa saya teringat sama bunga yang nyebeliin ini. Sebabnya adalah suatu pagi saya di telepon seorang senior saya dari luar kota, beliau meminta pendapat saya tentang penawaran kredit dari suatu bank bumn. Beliau ini tertarik untuk mengambilnya sebab beliau sadar sekali tanpa bantuan kredit perbangkan bisnis yang sedang dikelolanya akan sulit untuk diajak berlari. Sedangkan untuk mengambil kredit itu beliau merasa sangat sakit hati saat menghitung jumlah bunga yang dibebankan kepada beliau, selama masa angsuran yang sekitar tiga tahun. Padahal beliau ini sudah mendapatkan fasilitas spesial rate,  yaitu gak sampai satu persen bunga perbulannya. Hal itu disebabkan beliau termasuk nasabah binaan bank tersebut yang terbaik.

Saya cuman bisa ngasih saran sama beliau, bahwa prinsip utama saya kalo minjem duit or ngajuin kredit ke bank adalah tidak pernah sekali-kalinya  yang namanya ngeliat dan ngitung bunganya. Ngelirik aja gak pernah! Yang saya selalu liat adalah jumlah angsurannya. Kalo jumlah angsurannya menurut otak dan hati saya mampu saya bayar, maka saya ambil kredit tersebut. Tapi jika saya rasa saya tidak mampu maka saya batalkan pengajuan kredit tersebut.

Saya ikuti intuisi saya, karena saya yakin kalau intuisi saya bilang bisa maka insyaallah saya benar-benar bisa. Saya selalu ikuti intuisi positif saya. Total jumlah bunga selalu saya tidak hitung karena pasti bikin sakit hati. Saya hanya cukup mengetahui besaran prosentase bunga yang harus saya tanggung. Itu saja sudah sangat cukup buat saya.

Kenapa begitu?

Pikiran saya biasanya simple aja, besaran bunga bank berkisar antara 1% sampai 2,75%. Yang sekitar satu persen biasanya pinjaman dengan jaminan, jaminannya biasanya property dan yang diatas itu biasanya pinjaman tanpa agunan alias kta atau kartu kredit.

Sedangkan margin keuntungan dari suatu bisnis antara 3% sampai 10% untuk jasa dan perdagangan (ini hitungan versi saya sendiri lho, kalo gak setuju ya monggo kerso) bisa sampai 12,5% atau bahkan lebih tinggi dari itu  bila produknya makanan atau minuman.

Jadi menurut saya selisih dari bunga dan margin keuntungan masih cukup jauh. Bila bisnis kita dikelola dengan baik dan benar, maka margin keuntungan sangat bisa untuk menutup pembayaran bunga plus pokok pinjaman yang menjadi beban kita setiap jatuh tempo.

Itu saja cara yang saya selalu gunakan buat ngeboongin atau membodohi otak pintar saya. Jika otak pintar saya bilang, dengan besaran prosentase sekian yang musti saya tanggung saya mampu membayar maka otak pintar itu akan bikin hati saya tenang dan kemudian saya bisa bekerja tanpa beban untuk menutup semua tanggung jawab tadi. Tapi jika otak pintar ini bilang saya gak akan mampu dan saya tetep nekad melakukannya dijamin saya pasti bener-bener gak mampu.

Ada lagi cara saya buat ngeboongin otak pintar saya. Saat saya mengetahui besaran prosentase bunga kredit usaha maka saya selalu membandingan dengan bunga kredit kepemilikan rumah (kpr) atau mobil (kpm).

Saya bilang sama otak saya, “tidak ada satupun manusia yang menyesal telah mengambil kpr selama lima belas atau bahkan dua puluh tahun dengan bunga yang besarannya sama ataupun diatas satu persen,

Padahal kalo dihitung totalnya selama puluhan tahun itu pasti mengerikan jumlah bunganya, atau tidak ada yang menyesal telah mengansur kpm selama maksimal empat tahun dengan besaran bunga yang hampir sama”

Kok bisa gitu ya?

Padahal semua orang pasti tahu dan paham, bahwa harga mobil itu selalu turun jauh nilainya pada saat kredit mobil itu lunas dalam kondisi apapun.  Atau pada saat mobil itu dijual pasti harganya jauh banget dari harga pada saat mobil itu dibeli.  Tapi tetep saja lebih banyak orang yang membeli mobil secara kredit daripada yang secara tunai. Kalo kredit rumah masih mending, sebab harga jualnya dalam kondisi normal dan tenang selalu pasti lebih tinggi dari harga saat dibeli walaupun selisih antara harga beli tunai dan beli kredit sangat jauh.

Hampir tidak ada orang yang sakit hati saat kredit rumah atau mobil.

Kenapa bila kita melakukan kredit yang dua tadi pikiran dan perasaan kita tenang,  sedangkan jika melakukan kredit usaha rasanya lebih sakit hati?

Kalo saya bilang otak pintar kita sudah senang duluan karena yang tadinya tidak punya rumah atau mobil dengan cara kredit jadinya kemudian bisa memiliki benda-benda yang diidamkan tersebut. Secara tidak langsung kita sudah mengalihkan perhatian otak pintar kita pada hal-hal yang menyenangkan,  jadinya otak pintar kita lupa akan total jumlah bunga yang bisa bikin sakit hati dan semua resiko yang bakal dihadapi bila kita gagal bayar.

Mengalihkan perhatian otak pintar pada hal-hal yang menyenangkan adalah salah satu bentuk cara membodohi otak pintar kita.

Saya rajin membodohi otak pintar saya dalam segala hal, terutama dalam hal kredit. Saya alihkan perhatiannya dengan hal-hal yang menyenangkan, saya alihkan perhatiannya dengan besaran prosentase keuntungan, saya alihkan perhatiannya dengan kegunaan atau fungsi sesuatu yang bisa saya beli dengan cara kredit.

Saya rajin sekali membodohi otak pintar saya, yang rajin berpikir rasional, tapi takut mengambil resiko itu, dengan cara mengalihkannya pada hal-hal positif dari tindakan saya.

Pengalaman yang sudah saya alami selama ini, bikin saya yakin bahwa bila otak pintar kita sudah biasa dibodohi dengan hal-hal positif maka saya akan berani bertindak (tetep dengan kehati-hatian tentunya), tidak takut-takut dan tidak gampang sakit hati.

Apalagi takut dan sakit hati terhadap bunga bank, jauh deh itu dari saya.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun