Suku Batak merupakan salah satu suku terbesar di Indonesia dengan peran yang cukup signifikan dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia. Secara umum, dapat disimpulkan bahwa Suku Batak adalah Suku yang mendiami wilayah pedalaman (sekitar Danau Toba) di Sumatera Utara. Suku Batak sendiri berasal dari rumpun bangsa Austronesia yang berasal dari Kepulauan Formosa kemudian bermigrasi ke wilayah Nusantara sekitar 2.500 tahun lalu. Identitas Suku Batak mulai populer dan banyak digunakan setelah adanya organisasi  bernama
Jong Batak Bond yang beranggotakan pemuda-pemudi dari daerah Tapanuli dan sekitarnya (sekarang Sumatera Utara). Pembagian sub-suku Batak dilakukan selama masa Kolonial Belanda untuk memecah belah rakyat sekaligus untuk mempermudah proses administrasi di daerah Tapanuli. Salah satu sub-suku Batak yang cukup banyak menjadi topi di masa ini adalah Batak Mandailing. Identitas Batak Mandailing merujuk kepada orang-orang Batak yang mendiami dan menetap di daerah selatan Sumatera Utara, yakni Kab. Tapanuli Selatan, Kota Padangsidimpuan, Kab. Mandailing Natal, Kab. Padang Lawas, dan Kab. Padang Lawas Utara. Sejak awal abad ke-20, masyarakat Batak Mandailing dikenal sangat taat sebagai pemeluk agama Islam. Ini terbukti dengan adanya salah satu pondok pesantren tertua di Sumatera, yaitu Pondok Pesantren Musthafawiyah Purba Baru, Kec. Lembah Sorik Marapi, Kab. Mandailing Natal. Pondok Pesantren ini didirikan oleh Syeikh Musthafa bin Husein bin Umar Nasution Al-Mandaily. Agama islam sendiri masuk ke dalam masyarakat Batak Mandailing pada abad ke-19 oleh pedagang dari Minangkabau, Sumatera Barat. Namun, perkembangan penyebaran agama Islam paling luas terjadi saat invasi Paderi oleh Tuanku Rao yang masuk ke wilayah Mandailing melalui Muara Sipongi dan terus bergerak ke arah utara. Selepas invasi Paderi di tanah Batak, masyarakat Batak Mandailing menjadi mayoritas memeluk agama Islam. Beberapa tokoh penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia yang merupakan keturunan Batak Mandailing, antara lain, Jenderal Besar TNI (Purn.) Abdul Harris Nasution, Prof. Drs. Lafran Pane, dan Parlindungan Lubis.Â
KEMBALI KE ARTIKEL