Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Jasmine II

16 Oktober 2024   01:25 Diperbarui: 16 Oktober 2024   01:42 37 0
Jasmine II

   "Pak" kata Pi sedikit membisik penuh harap.
.
  Suaranya agak kecil begitu lembut, perlahan layaknya sebuah angin yang berhembus menyentuh kalbu Sem yang sendiri. Keheningan saat itu menyampaikan sebuah senyum atas ketidaktahuan Sem akan sosok yang terhubung dengannya, ia selalu mencoba tak hentinya berinteraksi kepada Sem.
  "Andai kau melihat ku Pak, kau takkan bisa menyembunyikan semua itu dariku" kata pi dalam pikirnya kepada Sem yang terhubung nyata dengannya, seketika ia tertegun akan rasa yang dirasakan oleh perasaan nya. Pi memang selalu bisa merasakan apa yang dirasakan Sem, begitu juga sebaliknya. Disore yang cukup teduh Pi menyadarkan dirinya kepada tubuh Sem yang lebih besar daripadanya, teringat olehnya kebersamaan mereka saat sewaktu dikantor.
   Cukup senyum-senyum Pi dibuat oleh apa yang diingatnya, bagaikan sebuah kenangan yang tak mau dilupakannya.
  "Kak..." panggil Pi Pian secara terhubung kepada Pi.
  "Kak," panggil nya lagi karna seakan Pi tak menghiraukan panggilan itu,
  "Bu, E-e." Panggil Pi Pian yang cukup grogi kepada Pi secara terhubung, namun Pi seakan tak mendengar hal itu.
    Pi masih asyik dengan bayangan yang diingatnya, senyuman nya begitu manis sambil memandangi Sem secara terhubung. Ia benar-benar fokus terhadap bahagianya perasaannya saat itu, matanya cukup berkaca-kaca karna harunya rasa itu.
  "Huh," Pi Pian menghela nafasnya mempersiapkan diri dan makin mendekat kearah Pi secara terhubung. Jatungnya berdetak cukup kuat, ia benar-benar merasa takut. Pikirnya agak mengacau, ditatapnya Pi dan menelan sedikit lurah nya. Hatinya berusaha memohon kepada apa yang menciptakannya, diusapnya wajahnya yang sebenarnya cantik mengumpulkan kekuatan.
  "Kak," panggilnya agak keras kepada yang menurutnya tak mendengarnya, namun ia tahu bahwa Pi juga melihatnya secara terhubung. Sambil memanggil Pi secara terhubung dicobanya menyentuh tangan Pi.
  Pi pun menoleh, tatapan nya agak datar melihat Pi Pian secara terhubung.
 "E-e.." Pi Pian benar-benar gugup melihat tatapan Pi yang begitu datar. Ia hanya terdiam, tubuhnya benar-benar kaku dan tak sepatah katapun dikatakan Pi Pian.
  Pi melihat itu semua secara terhubung, lalu ia tersenyum kecil kepada Pi Pian.
  Hati Pi Pian yang bergetar ketakutan tiba-tiba merasa senang saat senyuman Pi dihantarkan kepadanya, ia pun membalas senyuman itu penuh girang menunjukan giginya dengan nuansa yang masih agak gugup.
  "Maaf, aku tak bermaksud" kata Pi Pian dengan lembut kepada Pi, Pi Pian mencoba mengakui kesalahannya kepada Pi.
  Pi tersenyum begitu manis, senyuman itu mencerahkan hati Pi Pian yang berkabut penuh penyesalan. Saat itu ia juga ingin menanyakan keberadaan Sem, tapi hal itu diurungkannya karna ia benar-benar takut kepada Pi. Pi Pian tak kuasa akan ketakutan yang dirasakannya, ia berpikir akan kesalahannya yang sangat fatal terhadap Pi. Kepalanya menunduk tertegun namun kedua tangannya masih memegang tangan Pi, air matanya tak bisa ditahannya dan jatuh membasahi tangan Pi.
  Pi hanya terdiam mengecilkan senyumnya, tangan Pi Pian dipegangnya namun Pi Pian yang begitu menyesal makin deras tangisnya. Perasaan Ipeh cukup tersentuh melihat hal itu secara terhubung, tak ada kata-kata yang dilontarkan oleh Pi Pian kepada Pi. Hanya Isak tangis yang begitu deras. Ipeh mengusap punggung Pi Pian secara terhubung, saat itu Ipeh juga terhubung nyata dengan Sem dan Pi. Begitu juga pasukan V yang selalu setia kepada Pi dan Sem.
  Tangis Pi Pian masih mengisi suasana terhubung sekawan hamba-hamba Tuhan saat itu, Pi Pian tak tahu jikalau diketerhubungan massa dan waktu saat itu adanya keberadaan sosok Sem. Pi Pian mengangkat kepalanya masih tersedih melihat Ipeh mencoba menenangkannya, wajahnya cukup jelek mengerut menangis. Pi tertawa kecil melihat itu dan tersenyum kecil menyemangati Pi Pian.
 "Jangan takut, Semoga Tuhan menyertai mu." Kata Pi membujuk tangis Pi Pian agar usai.
  Dirasakan Pi Pian suara Pi yang begitu lembut, kata-katanya menenangkan hatinya. Tangisnya terhenti dalam sekejap, wajahnya cukup malu menatap kearah Pi.
  "Apa yang ada di hatimu?" kata seorang gadis berparas cantik dengan hidung mancungnya, wujudnya pernah ditampakkan seperti Mala, teman sekantor Sem sewaktu ia menjadi fieldcollection. Sebut saja Mala Malaan.
  "Rasakan dan nikmatilah," kata Mala Malaan dengan cukup tegas menyemangati Pi Pian.
 Pi Pian menatap kearah sekitarnya, banyak gadis cantik yang terhubung tersenyum kecil prihatin kepadanya. Dalam hati Pi Pian ia berdoa, ditatapnya wajah Pi bersemangat penuh syukur.
  "Kau tahu, dulu aku sangat bersemangat. Bahkan kupikir seperti sebuah obsesi, jikalau sebuah kesalahan jangankan engkau. Bagaimana bekas luka ditangan kiri Sem, bukankah harusnya aku membusuk ditempat sampah?" kata Mala Malaan penuh penyesalan.
  "Maksudmu?" tanya Pi Pian ke Mala Malaan sangat antusias.
  "Ya bahkan seperti aku tak mau memaafkan diriku, namun apalah dayaku kata-katanya benar.  Sebenarnya aku malu, namun segalanya harus kukatakan. Maaf," kata Mala Malaan.
  "Maukah engkau menceritakannya kepadaku?" tanya Pi Pian yang masih menggenggam tangan Pi penuh penasaran akan cerita Mala Malaan.
  Rasanya Pi Pian sangat takut kehilangan Pi, namun rasa takut akan kesalahan Pi Pian kepada Pi cukup mereda karna senyuman Pi. Juga semangat yang lainnya.
         Mala Malaan pun mulai menceritakan cerita akan kesalahannya;
    "Saat itu kira-kira tahun 2019an, ya seingat ku" kata Mala Malaan.
"Semua berawal dikantor, aku melihatnya. Kupikir ia sihebat (Sem seman) kucoba dekati dan kuperjelas apa yang tampak padaku. Hati ku tertegun melihatnya, jujur saja ia menarik dan membuatku seolah-olah mahkluk yang sangat beruntung dapat menatap mata nya dari dekat. Aku tahu itu bukan sihebat melainkan Kak Sem, dia apatis sih. Gak banyak bicara juga, dia E-e.." kata Mala Malaan.
    Banyak mereka yang terhubung nyata saat itu tersenyum, tak satupun dari mereka mau membohongi perasaan mereka.
  "Terus?" tanya Pi Pian penuh perhatian.
  "Jujur aku tak tahu ada masalah apa saat itu, namun yang kutahu ia sudah mengundurkan diri dari perusahaan. Aku yang cukup arogan mencoba mencarinya dikebhatinan, namun tak kutemukan. Aku hampir lupa mengenai Kak Pi, kupikir ia bisa jadi sosok yang bisa kulihat dirumahku. Hehe," kata Mala Malaan.
  Banyak diantara Mereka tertawa kecil , mereka fokus mendengarkan dan menunggu cerita lanjutan Mala Malaan.
  Mala Malaan terlihat cukup malu, matanya sudah hampir berkaca-kaca.
Semua nya masih terdiam, cukup hening dan antusias.
  "Lalu?" Tanya Pi Pian yang ingin Mala Malaan melanjutkan ceritanya.
   Terdengar suara lagu dari 'Elliot Yamin -- Waiting For You'.
  "Kak," sapa Pi melihat sosok pria yang wajahnya seperti Sem, dulunya dilihatnya melakukan perjalanan namun sekarang didengarnya lagu itu daripada musik yang sedang didengarkan pria itu.
   Pi tersenyum kepadanya, pria itu seakan tak melihatnya. Itu Terhubung masa dan waktu. Tiba-tiba senyum Pi makin mekar penuh gembira saat ia sadar yang terkadang terhubung masa dan waktu itu bukan orang lain, ternyata pria yang dulunya melakukan perjalanan itu ialah Sem di waktu masa yang lain. Sem yang sama terhubung nyata dengan nya. Pi dan pasukan V saling tatap menatap dan tertawa kecil.
  Mala Malaan yang juga turut mendengar lagu itu secara terhubung merasa terhentak, air matanya menetes mengingat kenangan yang terjadi ada hubungannya dengan lagu itu.
   "Lagu ini, kalian mendengarnya?" kata Mala Malaan namun dia dan orang Aan tak melihat Sem terhubung, bahkan tak tahu lagu itu berasal daripada musik yang sedang didengarkan nya.
       Mereka mengangguk.
   Mala Malaan mencoba menahan tangisnya, namun air matanya masih tetap mengalir.
  "Huh" ... Seorang gadis cantik berpakaian serba hitam mengela nafasnya, tampak ghaibnya seperti malaikat pencabut nyawa. Ia sering disebut Azazael dan sangat dekat dengan Sem, ia juga sosok yang sangat setia kepada Pi.
  "Ayolah" kata seorang gadis cantik, wajah nya mirip artis Bulan Sutena.
  Dua gadis lainnya merangkul dan memberikan semangat Mala Malaan yang menangis tanpa suara, wajah mereka sangat cantik layaknya bidadari. Mirip seperti penyanyi barat Dua Lipa dan Beberapa Redha, bahkan orang Aan yang cukup malu menyemangati Mala Malaan.
  Mala Malaan mengusap air matanya, menarik nafasnya cukup dalam dan tersenyum kecil. Ia mulai kembali ke titik semangatnya, ditatapnya orang Aan dan memulai ceritanya kembali.
  "Ya kuakui itu salah ku, jujur aku suka sama kak Sem. Kucari tempat tinggalnya, kudapatkan alamatnya dari HRD dikantor kamu dulu. Namun ia sedang tak dirumah, kudengar kabar kalau Kak Sem sibuk dengan kegiatan barunya. Ia turut ikut kegiatan politik dan kegiatan humanis, bahkan kak Sem pernah mengundang ku ikut acara yang diselenggarakan oleh kumpulannya. Itu acara diskusi mengenai kejurnalisan, sebenarnya aku mau ikut, gratis lagi. Tapi aku gak ikut, aku malu.
   ... Aku ga berani bales chat WhatsApp nya, soalnya dulu waktu kami sekantor aku pernah terbawa emosional. Kupikir saat itu ialah sihebat (Sem seman) dengan wujud kak Sem mau ngaku-ngaku, terus aku chat ke dia kayak gini; 'Kamu itu new joiner yaa, kalau bukan urusan pekerjaan jangan hubungi saya,' aku chat kayak begitu. Jadi bawaannya itu takut deh," kata Mala Malaan menceritakan.
   "Emangnya kak Sem chat apa? Maaf ya kalau Kak Sem salah kata ke kamu." Kata seorang wanita cantik yang ikut terhubung dengan mereka. Wajahnya seperti pemain film 'Wonder Woman' - Gal gadot. Ia memegang tangan Mala Malaan.
  "Oh, enggak kok. Sebenernya salah aku. Waktu itu cukup banyak sihir-sihir dari kelompok yang terbuang, bahkan banyak fitnah terhadap kak Sem yang kupikir sihebat. Aku gak dengerin kata hati aku, padahal yang kulihat dia orang baik dan hati aku juga bilang dia itu orang baik." Jawab Mala Malaan mengelak bahwa Sem tak salah sama sekali.
  "Emangnya kak sem chat apa?" tanya seorang wanita cantik penuh antusias, wajahnya seperti artis cilik -- Tasya Kamila si anak Gembala. Ia duduk disamping sosok gadis cantik, wajahnya seperti artis -- Pevita Pearce, pemain film 'Sri Asih tahun 2022'.
     Mala Malaan sedikit menggigit bibir bawahnya, wajah nya agak malu.
  "E-e.. Itu lho, waktu itu kan kak Sem dateng keruangan aku kenalan gitu, terus dia minta kontak aku. Eh gak lama kayak ada yang bikin ilusi gitu, pas kak Sem chat aku mau ajakin jalan. Kulihat deh secara terhubung, masa bukan kak Sem. Jadinya aku judesin deh," jawab Mala sangat menyesal.
  "Oh iya, disini juga pernah ada kayak gitu. Ilusinya nyata, bahkan Orang Aan jadi korbannya. Kami pikir dulunya kalian bagian kelompok yang terbuang juga, bikin ilusi terus ngaku-ngaku." Kata seorang gadis cantik dengan tegas, wajah nya mirip penyanyi barat -- Ariana Grande.
   "Hehe, gak apa-apa kok. Kami rela kok jadi korban." Kata orang-orang Aan dengan ekpresi agak malu.
   "Gak boleh gitu, kalau yang namanya Sacrafice itu bukan tumbal. Nanti dimarahin kak Sem lho," Kata seorang gadis cantik dengan sangat tegas, wajah nya seperti Artis 80an -- Audrey Hepburn.
   "Olo inang, maaf Hon hami da. Ndang songonni maksud Nami, na mabiar do hami molo Manang mahua ammang i." Kata seorang wanita cantik berambut gimbal, parasnya barat dan bertato. Ia mewakili orang Aan berkata dengan bahasa Batak, seorang seniman yang agak mistik dan karyanya suka di posting diinstagram - @Jak_Nola. (Artinya; "Iya Bu, maafkan kami yaa. Bukan seperti itu maksud kami, kamu hanya takut Bapa kenapa-kenapa/cemas)
      "Ai ho pe!" (Artinya; "Ah kamu ini!")  Jawab siPutih meledek Jak nola, ia mahir menggunakan bahasa Batak jauh sebelum ia meninggal dunia. Lalu ia terbang mendekati sahabatnya seakan meminta perlindungan, seorang yang usianya diatas 45 tahun dan masih hidup ditahun 2024. SiPutih dan wanita cantik berusia diatas 45tahun itu juga sama-sama terhubung nyata, wanita cantik berusia diatas 45 tahun itu namanya Kak Christin. Setia dan selalu berusaha mengurus mereka secara terhubung.
  Orang-orang Aan yang tadinya agak malu menjadi lebih semangat, dalam pikir mereka tak mau membuat Pi merasa kecewa akan kecerobohan mereka dimasa yang telah berlalu. Orang-orang Aan seperti sebuah sebutan terhadap sekelompok orang-orang yang mengabdikan dirinya melakukan pengorbanan untuk keselamatan Pi dan keluarga besar nya, dahulu kala mereka difitnah kelompok yang terbuang sebagai bagian daripada mereka. Difitnah bagian orang yang penuh kesyirikan dan murtad menentang Tuhan. Orang-orang Aan pernah tampak dengan wujud Pi dan keluarga besarnya, seperti Pi Pian, Mala Malaan, Sem Seman dan banyak lainnya.
  Sebenarnya yang digerak-gerakkan layaknya wayang oleh kelompok yang terbuang ialah anggota mereka sendiri, namun mereka memfitnah orang-orang Aan mengaku-ngaku dan mengambil keuntungan dengan cara licik. Padahal mereka hanya menutupi kelompok yang terbuang yang mengaku-ngaku menjadi sosok yang diaku-akuinya, orang-orang Aan juga bersahabat dengan mereka yang terbuang.
  "Iya kak siap!" Jawab orang-orang Aan kepada sosok seperti Audrey Hepburn, mereka dengan tegas menjawab layaknya militer khusus yang sangat terlatih.
  Pi tersenyum dengan bangga mendengar lantang nya jawaban orang-orang Aan yang teguh.
      "Lalu bagaimana kelanjutannya nona?" tanya mereka yang lain kepada Mala Malaan sangat antusias.
  Mala Malaan kembali menarik nafasnya cukup dalam, ia tersenyum melihat kearah mereka yang lain.
    "Ya itu kesalahan ku, aku terbawa emosional karna sempat bertikai dengan Sem seman. Kupikir Sem seman bagian dari kelompok yang terbuang, makanya kami suka memanggil Sem seman dengan panggilan Dajjal. Eh ternyata kak Sem, waktu itu aku habis-habisan terkena sihir kelompok yang terbuang. Bahkan kami pernah mengikuti apa yang dilakukan Sem seman. Saat itu Sem seman mencoba mengorbankan dirinya dengan mengambil seluruh kesulitan dan beban yang dialami kak Sem secara Ghaib, eh kami ikutan. Gak lama, kesulitan yang kami hadapi berjuta atau triliuan kali lipat, bahkan fikiran dan kesehatan ku kacau. Kami tidak tahu kalau tindakan kami bukannya mengurangi beban kak Sem, malahan membuatnya makin kesulitan berjuta kali lipat." Kata Mala Malaan.
     "Tunggu, hemmm... Dulu kamu kenalnya  yang dikantor itu Sem, atau Sem seman?" Tanya salah satu orang dari mereka yang lain ke Mala Malaan.
   "Aku lupa Sam kak sem, kupikir itu sosok lain dari kak Sem. Pastinya pas ketemu aku suka, terus aku e-emmmm..." kata Mala Malaan menjelaskan, wajahnya agak malu dan melihat kearah Pi dengan sungkan.
  "Gak apa-apa kok, toh itu kan hak kamu. Hal yang penting itu kamu itu berTuhan." Kata Pi tersenyum kecil ke Mala Malaan.
  "Eh, iya kak." Jawab Mala Malaan tersenyum senang.
  "Emang kalo ga berTuhan kenapa hayoooo?" Celetuk mereka yang lain terhadap sesamanya.
  "Sesatlah! Itu mah kelompok yang terbuang doang!" Jawab seorang wanita dari mereka yang lain penuh kebencian kepada kelompok yang terbuang.
  "Terus gimana habis itu?" tanya beberapa orang dari mereka yang lain ke Mala Malaan.
  "Aku ngerasa kayak orang gila gitu, banyak banget suara-suara dari kelompok yang terbuang kecohin pikiran aku. Aku benar-benar kacau,  Awalnya pas aku mikirin kak Sem aku tenang, lama-lama aku dibikin kayak gak bisa mikirin kak Sem. Dan aku, jatuh. Sebelum nya aku cuman berdoa aja sama Tuhan, terus aku minta tolong secara kebhatinan ke kak Sem" kata Mala Malaan.
  "Lalu?" tanya Azazael.
  "Aku ngerasain kehadiran kak Sem, aku seneng banget. Gak lama muzizat dari Tuhan itu nyata, eh aku sembuh. Pas aku sembuh banyak kelompok yang terbuang Dateng secara terhubung dan ngaku-ngaku kalo mereka nyembuhin aku, terus mereka fitnah kak Sem udah guna-gunain aku. Padahal aku tahu kalo kak Sem sampe puasa terus berdoa ke Tuhan biar aku sembuh, tapi keluarga aku gak percaya. Dibilangnya kalo itu bukan kak Sem, cuman ngaku-ngaku pake wujud kak Sem dan gunain aku pake sihir. Bahkan bikin kami terhubung gitu, kata kelompok yang terbuang itu namanya Wiridtan gitu." Kata Mala Malaan menjelaskan dengan nada penuh penyesalan.
  "Aku gak kasih keluarga aku kalo kak Sem bantuin aku, aku cuman diem. Tapi pas itu kak Sem gak terima sama fitnah itu, dia ga mau bikin aku jadi kesusahan karna terhubung sama aku. Terus aku liat dia asah pisau, abis itu jalan kaki kearah rel kereta. Pas sampe dia bilang, lebih baik kukorbankan diriku biar Mala Malaan bahagia. Eh disayat deh tangan kirinya. Maafin aku kak Pi." Kata Mala Malaan penuh rasa penyesalan, tak sengaja dilihatnya tangan kiri Pi yang juga ada bekas luka sayatan.
   Mala Malaan yang melihat bekas luka ditangan kiri Pi mirip bekas luka ditangan Sem tersentak dan merinding.
    "Iya gak apa-apa, terpenting kamu jangan sia-siakan hidup kamu." Jawab Pi ke Mala Malaan.
  Pi Pian yang mendengar itu akhirnya ingin angkat bicara juga, tangan Pi diciumnya.
  "Terima kasih ya kak, sebenarnya waktu aku chat itu kejadiannya hampir sama. Pikiran ku sebenarnya kacau, banyak fitnah ke kak Sem." Kata Pi Pian menggenggam tangan Pi.
  Pi hanya tersenyum dan mengelus wajah Pi Pian, Mala Malaan mencoba mengisyaratkan Pi Pian mengenai tangan kiri Pi. Namun Pi Pian tak paham kode yang diberikan oleh Mala Malaan, ia hanya fokus akan kasih dari Pi yang benar keibuan.
"Bu"  kata seorang wanita berhijab menggoda Pi, wani Mereka ta itu memegang ponselnya dan tersenyum manis kearah Pi dan Pi Pian.
"Ah, ibu mah.." kata Pi Pian merajuk kepada wanita berhijab yang menggoda Pi.
   Kebetulan wanita yang berhijab itu merupakan seorang Guru SMA, Guru Bahasa Indonesia. Pi Pian dan mereka juga mengetahui itu, wanita berhijab itu cantik, usia nya memang lebih tua dan mungkin sama seperti kak Christin. Wanita berhijab itu biasa dipanggil oleh Sem, Bu Esa.
    Bu Esa juga tahu, Sem sudah tahu bahwa ia terhubung dengan Pi.
  Saat itu perjalanan Sem sudah mau memasuki wilayah Purworejo, dari arah kebumen, jawa tengah. Banyak diantara mereka juga yang terhubung masa dan waktu berbeda dengan Sem. Mereka seakan segerombolan Wisatawan yang menikmati liburan dengan jalan kaki, dinikmatinya pemandangan yang begitu indah. Tampak gunung disisi kiri sem. Sambil berjalan terkadang ada juga yang memainkan ponsel nya, dilihatnya status WhatsApp Sem oleh Pi Pian. Ia terpaku sesaat dan menunjukannya ke Pi, sebuah short video yang tampak sosok Sem tersenyum dengan musik lagu dari 'Usher -- My Boo'. Caption nya hanya tertulis satu huruf, yaitu 'P'.
   Semua yang berjalan terhubung dan mendengar lantunan lagu itu menoleh kearah Pi, mereka tersenyum amat bangga. tahu bahwa saat dikantor Sem sengaja memanggil Pi dengan panggilan Bu, bukan hanya karna sebuah struktural mekanisme pekerjaan. Pi tersenyum sangat bangga, terlihat agak tersipu malu. Memang sengaja Sem sejak awal memanggilnya Bu, sama seperti fokal daripada "My Boo" dalam lagu 'Usher'. Toh masih pantas didengar halayak karna posisi kedengarannya juga sopan, seakan seorang bawahan memanggil atasannya. Walaupun tujuannya mengatakan Gagasan yang dipikirkan Sem, karna hati Sem saat itu memilih Pi. Bahkan ia membayangkan perut Pi yang membesar karenanya.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun