Pada awalnya adalah kata. Dari sekelompok orang penggila kata yang nekad menyusun kata-kata menjadi baris-baris, menjadi kalimat-kalimat, menjadi paragraf-paragraf, menjadi cerita-cerita yang berkata dengan kata-katanya sendiri.
Pada awalnya adalah kata yang dimulai dengan ketikan satu aksara yang dipilih oleh telunjuk, berbaris dan menari-nari di antara tuts keyboard, di atas selembar kertas bertuliskan jadwal keberangkatan, di layar ponsel segi empat, di dalam ingatan, berlompat-lompatan dalam pikiran, menjadi dentum-dentum di dada, menjadi kata-kata yang seperti air, mengalir jauh, menemukan kesejatiannya sendiri. Kata-kata. Itu.
Kembali lagi adalah kata-kata, yang berkumparan serupa gelombang-gelombang yang menggulungi lautan, pun ketika malam dan subuh melahirkan dongeng-dongeng tentang cinta yang purnama atau airmata, pun ketika siang dan senja bermonolog tentang isyarat kabar yang semakin kabur, orang-orang menulis puisi dari musim-musim yang rontok, dan cuaca adalah suatu persegi meja kerja di hadapan, menumpuk bersama lembar-lembar kertas kerja dan jadwal-jadwal yang semakin berpotongan seperti mozaik yang harus disusun dari menit-menit waktu yang menyelinap. Diam dan senyap.
Oh, seperti inilah kami para pecandu kata mencandui kata-kata. Membiarkan kata-kata bertransformasi menjadi mata, menjadi telinga, menjadi jari-jari kita yang terus berkata-kata, menjadi hati yang terus berkata-kata, menjadi keseluruhan dari kita sendiri. Selama Januari, kami lepaskan mereka menjadi beranak pinak, kata-kata yang melahirkan kata-kata yang lalu merahim dan membuat kata-kata yang berbaris dengan rapi di layar komputer yang menghitung sejarah kata-kata yang dinubuatkan oleh kami, orang yang mengumpulkan kata-kata yang berterbangan.
Maka kata-kata, satu demi satu berlepasan menemu hakikat mereka. Beberapa masih mengalir, riuh melengkungi riam-riam yang debur, mencari akhir di lengkung pelangi seperti yang selalu dikisahkan di penghujung cerita yang bahagia.Tetapi, oh, bukankah perjalanan adalah petulangan yang sungguh mendebarkan? Ia bisa saja menyerupai seorang ksatria yang melajukan perahunya mencari arah kompas matahari yang menjanjikan negeri tempat semua kata-kata menjadi puisi-puisi janji peri-peri. Namun kesejatian pencarian adalah esensi sedari kata pertama dipetakan, tak perlu entah ia akan menjadi sejumlah lima puluh ribu atau seribu.
Apa yang dapat dikatakan oleh huruf yang berkata-kata?
Adalah tentang kebersamaan para peramu kata-kata, yang dengan setia menjalin derai-derai tawa dan semangat mereka dalam kesederhanaan kesepakatan rasa, menjadi helai-helai hari yang terus berlepasan, terkadang jeda dalam nada atau ritmis dalam birama.
Kita. Para pencipta kata-kata. Yang membuat kulminasi. Yang nadir dalam ektase kesenangan kata. Kata-kata yang bersenang-senang dalam masa tiga puluh satu hari.
Setelahnya, kawan, kau tahu mereka masih akan bersenang-senang.