Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Puisi Akhir Tahun 2012 bersama Ali Arsy

1 Januari 2013   07:25 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:42 152 1
Menutup tahun 2012 dengan posting yang ke 190 saya secara tidak sengaja membaca status puitis dari Bung Ali Arsy seorang penyair nasional dari Kota Banjarbaru. Kemudian tergelitik untuk membuat status balasan dalam bentuk larik puitis, ternyata baris demi baris status puitik dalam jejaring sosial facebook bersahutan bagai rinrik deras air yang saat itu memang hujan - hingga akhirnya jadilah sebuah tautan meronce malam sebagaimana tuturan berikut: Ali Arsy pada titik tertentu hujan itu sangat mengusik tidur mereka dan bagaimana dengan aku sendiri sebagai wakil dari aku yang lain • Samsuni Sarman mereka hanya bisa merapikan simpuh dan beringsut ke tawing; sementara aku berlarian dalam gerimis menuju langit dan menyapa sesiapa 'tuk luruhkan mimpi agar mereka tertidur pulas... 24 Desember 2012 pukul 21:59 • Ali Arsy serasa kulit ini membuka kemudian menjelma selimut yang mereka terka sejak kaki-kaki meja basah dan oh semampu apa bila hanya mimpi yang ingin dijelma 24 Desember 2012 pukul 22:01 • • Samsuni Sarman dalam mimpi yang menjelma dari dingin kulit ari, mereka mulai tersenyum karena aku sempat tersedak air hujan yang meniduri sungaiiku hingga muara tak lagi sepi 24 Desember 2012 pukul 22:05 • • Ali Arsy aku kepakkan kedua rentang tangan tak tak tak jua sampai, aku himpun segala daya tak tak tak jua sampai, aku celupkan hangat dan detak jantung tak tak tak jua sampai 24 Desember 2012 pukul 22:07 • • Samsuni Sarman renyah suara burung bersahutan, mereka menengok tapi lupa menyimpan rupa hingga kepak sayap yang mengudara dalam rentang waktu hanya bayangan yang gelap dalam perigi, aku masih setia menemani hujan yang terus berdesakan di tawing rapuh tubuhnya... 24 Desember 2012 pukul 22:11 • Ali Arsy terbayang kembali tatap mata redup itu seakan melambaikan harap yang panjang terbentang, sementara bukan hanya kepak yang dinanti bukan hanya rentak yang dinanti bukan hanya sentak yang dinanti; bukan harus selalu dan selalu saja begitu di musim yang sama di bulan yang tak jauh berbeda, turunan hujan adalah kecipak berkepanjangan 24 Desember 2012 pukul 22:15 • • Samsuni Sarman jauh di hulu, bebatuan isyaratkan tanya; ke mana arus menghanyutkan harap padahal hujan terus mengangkasa rindukan wadah bertanam; ada muara tempat berlabuh di mana layar tak lagi basah dan mentari runcing menapaki setiap langkah mereka hingga tak sunyi; tak rinai; tak satu pun tertinggal. 24 Desember 2012 pukul 22:20 • • Ali Arsy muara yang membentang tanpa batas dan rintang, engkau dan engkau yang kini tinggal telungkup dalam gigil alangkah renyahnya alangkah ringkuhnya tetapi dengan kuat dan kekar tangkap jemarimu berpagut di dasar hati hingga tak ada yang mampu membuka walau gigil itu turut menguliti di setiap sudut ngilu, engkau dan engkau yang kini berkecipak sepekan waktu, moga matahari melepas senyum hingga tanah kembali rekah 24 Desember 2012 pukul 22:29 • • Samsuni Sarman huma tempat berpijak tak jauh dari muara, malam yang membuat gigil jemari masih kuat mencengkeram kerikil yang menghampar dan melemparkan jauh hingga hilang ngilu, namun suara yang memanggilku sangat dekat dalam kerinduanku yang membatu nyaris tak punya rupa, kini mentari yang terbersit di reruntuhan malam dengan raung dan gemuruh kuasa kata, aku menepi merajut nafas hingga tak lagi sendiri... 24 Desember 2012 pukul 22:34 • • Ali Arsy oh, maafkan ia wahai malam, ia hanya selingkar bulan dengan cahaya redup dan berpalang kabut, hitam awan itu menggiring rintik kembali meniti entah sapai ke pekan yang mana, walau pamitmu menggamit lentiknya sampai aku tak mampu menolak hujan yang begitu menghujam, genangan demi genangan, sangat mengganggu dan semuanya menjadi bertambah rumit, hidup dalam geriak ombak yang sempit, hamparkanlah semua harapan sebagaimana tanah itu terbentang 24 Desember 2012 pukul 22:40 • • Samsuni Sarman ratus dupa yang kunyalakan dalam rinai gerimis, bukan karena mereka menorehkan rintik hujan pada tubuhku; tapi genangan sesiapa yang hilangkan rama-rama hingga berlarian menjauh; semalam sempat meraih rupa hingga yang tampak bagai kelelatu yang berpijar, namun hamparan yang membentang seperti tak berujung dalam musim sementara aku lelah menjajakan pinta 24 Desember 2012 pukul 22:51 • • Ali Arsy tanpa lelah itu geriak ombak selalu saja menampar pantai, tanpa sepicing kelopak mata itu selalu saja menatap, tanpa setahan hembus angin itu tetap saja mengukir bukit, tanpa suara pun mereka tetap saja berpijaran 24 Desember 2012 pukul 22:55 • • Samsuni Sarman ya, putih yang menggaris langit adalah geriak ombak, adalah kelopak mata dan hembusan angin; lihat nanar tatapan mereka yang mencentang bukit tempat berpijak sampai duri tak rasa luka renyah dalam daging hunian bagi rupa yang berlari entah ke mana; aku menyimpan tangisnya 24 Desember 2012 pukul 23:02 • • Ali Arsy tangis mereka yang engkau peram dalam sangat dalam memendam di hangatnya kelam dari hembus yang terpendam dari riuh yang semakin mencekam gerai dan renyah pelangi tak berbingkai, mereka sendu mereka kelu menutup pintu dari tempias itu bertalu-talu genderang pikuk yang ditaburkan dari istana berpucuk rindu, istana memecah warna bias cahaya dan tak jua menapaki apa yang sedang dilingkup mirisnya atap rumah daun rumbia berbanding jauh dengan lumut-lumut cerlang atap itu istana 24 Desember 2012 pukul 23:07 • • Samsuni Sarman tak hendak palingkan rupa, tak hilang kesunyian dari riuhnya gelatik di pucuk rambai walau sesekali ada rintik yang meleleh dalam simpuh dan mengalir bagai cahaya yang menerangi kuncup selaksa raga, hingga mereka tersadar bahwa hanya ada aku yang menyisakan pagi untuk terus menyusuri arus membawa daun-daun luruh keperaduan istana yang kukisahkan berwarna kuning janar 24 Desember 2012 pukul 23:20 • • Ali Arsy kecipak di sandar bulan ilalang pun melengkungkan tubuhnya hingga sinar dapat menampak di punggung cahaya, sejak itu pula para kaki yang menjauh dari riak di genangan hujan melepuhkan hasrat untuk berbagi kisah kepada yang lain, bahkan kepada bayang tali jemuran pun tak ia hiraukan sebab hanya rentang jarak yang begitu jauh dan tak mau sangat mendekat 24 Desember 2012 pukul 23:26 • • Samsuni Sarman desah angin menyampaikan pesan bagi mereka agar menikmati sinar yang menebar keriangan singgah menepi, aku melihat bukan hanya bayangan dalam tubuhku yang menari-nari di atas kuasa kata, tapi berpuluhratusribu rupa terbangun memutari pelatar yang berundak-undak - tunggu! teriak mereka adakah juga sempat kau torehkan getah yang mengeras dalam tempurung ini, tanah yang tak lagi menghitam digengam anak'ku, dan pohon rambai yang hilang ranting tempat kita sandarkan perahu setiap waktu bercumbu mentari.... 24 Desember 2012 pukul 23:38 • • Ali Arsy kemarau telah lama berbalik bayang, sepi kembali, hanya sesaat, hujan, katamu juga kata mereka, adakah yang dapat meringankan gelisahmu, jangan katamu juga kata mereka, senyapkah yang dapat melayangkan kabar di rerantauan langkahmu, merunduk katamu juga kata mereka, terbenamkah mereka di rimbun daun yang setelah itu ditelan gelisah ditelan senyap ditelan semua menjadi derap, berderik setiap pintu yang terkuak; - kami terima semua lamaran kasihmu hingga selimut menutup mata kami di bawahnya - kami pun menadahkan doa - kami saling bicara; kepada musim kepada kering kepada dingin, telapak tanganmu penuh dengan biji-biji tasbih mengekalkan zikir; selamat malam rindu 25 Desember 2012 pukul 0:59 • • Abdurrahman El Husaini wayuuu baadu situ barabut tuha 25 Desember 2012 pukul 10:56 • • Ali Arsy tarung bukan hanya di atas panggung, bila bernyali ayo masuk, bila tidak bernyali : minggir !! ha ha ha, dulu ada kata Chairil Anwar yang kadang dapat menyakitkan dan sangat kasar tetapi itu positif untuk sekedar berkelakar bahkan menaikkan tensi darah segar para pendengar sebuah radio Chairil berujar, " Yang bukan Penyair keluar !!!" nah kan sangat angkuh dan menyakitkan tetapi itulah "Pembebasan") ha ha ha, bagaimana, ada yang lebih kuat dari hanya sekedar sebiji nyali atau berbongkah-bongkah siap disajikan, boleh jadi dalam bentuk 'garunum' sekali pun, mana ekspresimu mana mana mana, mana ekspresimu mana mana maaaannnnnnaaaaaaaaa 25 Desember 2012 pukul 11:18 • posting yang sama dapat disimak di blog parigal samsuni - http://www.handilbakti.com

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun