Apa menariknya mengikuti sepak bola Afrika di saat fokus perhatian kita di Tanah Air mungkin tertuju pada soal timnas sendiri di kualifikasi Piala Dunia 2014 atau ajang serupa di zona Amerika Selatan atau kualifikasi Piala Eropa 2012 yang sedang memasuki fase-fase final? Kita tidak memiliki kedekatan
(proximity) dengan sepak bola Afrika, kecuali pada tim-tim menonjol di benua tersebut, seperti Nigeria, Kamerun, Pantai Gading, Ghana, atau --setelah Piala Dunia 2010-- Afrika Selatan. Akhir pekan kedua bulan Oktober ini, tim-tim sepak bola Afrika melakoni sebagian besar laga terakhir kualifikasi Piala Afrika 2012. Sebagai latar belakang, babak kualifikasi itu diikuti 44 negara, yang dibagi ke dalam 11 grup. Seluruh juara grup,
runner-up Grup K, dan dua
runner-up terbaik akan lolos ke putaran final, 21 Januari-12 Februari mendatang. Dua tuan rumah, Guinea-Ekuatorial dan Gabon, lolos secara otomatis. Bagaimana hasil laga-laga kualifikasi tersebut? Mengejutkan. Juara bertahan Mesir, juara empat kali Kamerun, Nigeria, dan Afrika Selatan yang baru saja menggelar Piala Dunia 2010 tidak lolos. Dari enam negara Afrika yang tampil di Piala Dunia 2010, hanya dua yang lolos, yaitu Ghana dan Pantai Gading. Saya tidak akan mengulas, mengapa hal itu terjadi meski kolumnis sepak bola seperti Gabriele Marcotti menganalisis hal itu bisa saja sinyal bergesernya pendulum kekuatan sepak bola di Afrika, yang boleh jadi juga terjadi di belahan dunia lainnya. (
Lihat) Di antara negara-negara yang gagal itu, drama tidak-lolosnya Afrika Selatan menarik untuk disimak. Negeri tuan rumah Piala Dunia 2010 itu melakukan kecerobohan dan kebodohan besar serta mendasar. Kecerobohan dan kebodohan mereka terletak pada kesalahan memahami aturan kompetisi yang digunakan Konfederasi Sepak Bola Afrika (CAF) dalam kualifikasi Piala Afrika 2011. Afrika Selatan memahami CAF menggunakan aturan selisih gol
(goal difference), padahal CAF merujuk pada aturan
head-to-head, seperti yang biasa digunakan UEFA, untuk menentukan tim pemenang dalam situasi mempunyai nilai sama. (
Lihat Artikel 14 link ini) Afrika Selatan berada di Grup G, bersama Niger, Sierra Leone, dan Mesir. Sebelum laga akhir pekan lalu digelar, posisi klasemen itu adalah: 1. Niger (nilai 9, selisih gol 6-5 atau +1); 2. Afrika Selatan (nilai 8, selisih gol 4-2 atau +2); 3. Sierra Leone (nilai 8, selisih gol 5-5 atau nol); 4. Mesir (nilai 2, selisih gol 2-5 atau -3). Mesir tidak perlu dihitung karena sudah pasti tersingkir. Akhir pekan lalu, dalam laga yang digelar bersamaan, Afrika Selatan menjamu Sierra Leone di Stadion Mbombela, Nelspruit (salah satu stadion untuk Piala Dunia 2010), sedang Niger bertandang ke Mesir. Kira-kira 15 menit menjelang laga berakhir, saat masih imbang 0-0 lawan Sierra Leone, kubu Afrika mendengar kabar dari Kairo bahwa Niger sudah tertinggal 0-3. Mereka berpikir, hasil seri sudah cukup meloloskan "Bafana-Bafana" ke Piala Afrika 2012. Jika hasil laga di Nelspruit dan Kairo dikombinasikan, hasilnya adalah ketiga tim (Afrika Selatan, Niger, dan Sierra Leone) sama-sama memiliki nilai sama, yakni 9. Afrika Selatan mengira, merekalah yang akan lolos karena punya selisih gol lebih bagus dibanding dua pesaing mereka (Afrika Selatan +2, Niger -2, dan Sierra Leone 0). Karena itu, dalam 15 menit terakhir, mereka mengubah taktik permainan menjadi lebih defensif dan tidak terpacu mencetak gol. Hal itu diakui pelatih timnas mereka, Pitso Mosimane, Afrika Selatan sengaja mengubah taktik itu dan memang ingin bermain seri saja. "Apakah Anda pikir, saya tetap tidak akan memainkan (striker Lehlohonolo) Majoro di bangku cadangan dan memainkan seorang gelandang andaisaja saya tahu kita butuh satu gol," kata Mosimane, seperti dikutip kantor berita
Reuters.
Selebrasi menggelikan Begitu wasit meniup peluit terakhir, para pemain Afrika Selatan menggelar selebrasi di lapangan. Warga negeri itu menari-nari di jalan-jalan. Komentator SABC (salah satu televisi negeri itu), media, dan ofisial Federasi Sepak Bola Afrika Selatan atau SAFA (PSSI-nya mereka) melaporkan, Afrika Selatan lolos ke Piala Afrika 2012. Melalui tayangan televisi, Presiden SAFA Kirsten Nematandani mengucapkan selamat pada "Bafana-Bafana" atas sukses mereka merebut tiket ke Guinea-Ekuatorial dan Gabon.
Now it seems we do not understand the rules of the tournaments we enter (Nampak jelas sekarang, sepertinya kita tidak memahami aturan turnamen yang kita ikuti," tulis sebuah blog di Afrika Selatan. (Lihat) Penjelasan soal lolosnya Niger --bukan Afrika Selatan-- adalah hitungan
head-to-head di antara Niger, Afrika Selatan, adn Sierra Leone yang menghasilkan klasemen seperti ini: 1. Niger (poin 6, selisih gol 0); Afrika Selatan (poin 5, selisih gol +1); 3. Sierra Leone (poin 5, selisih gol -1). Uraian detil dan selengkapnya bisa dilihat pada
link Wikipedia klasemen Grup G. Setelah mengetahui kecerobohan mereka, pengurus SAFA melakukan kebodohan berikutnya dengan mengirim surat komplain ke CAF. "Kami tidak puas dengan keputusan ini, CEO kami telah menulis surat kepada CAF dan kami ingin terlibat lebih lanjut. Sepanjang yang kami tahu, aturan selisih gol seharusnya menjadi kriteria pertama," kata Mandla "Shoes" Mazibuko, yang dikutip
City Press.
Pelajaran bagi kita Apa yang bisa kita pelajari dari kasus Afrika Selatan tersebut? Jika mau jujur, timnas --entah ofisial atau pemain-- kita juga tidak luput dari kecerobohan-kecerobohan meski tidak dalam kadar sefatal yang dilakukan Afrika Selatan. Belum lama ini, di ajang kualifikasi Piala Dunia 2014, ofisial timnas melakukan kecerobohan akibat kurang memahami aturan turnamen.Saat bertandang ke Iran, PSSI mengirim tim yang di dalamnya terdapat bek kiri Mohammad Nasuha. Entah karena tidak tahu, tidak paham aturan, atau punya pendangan berbeda soal peristiwa yang diperdebatkan, padahal saat itu Nasuha berstatus mengantongi dua kartu kuning dari dua laga sebelumnya alias sudah pasti tidak bisa dimainkan melawan Iran. Dalam keterangan, ofisial timnas mengatakan, masalah akumulasi kartu kuning Nasuha masih diperdebatkan karena ada dugaan wasit salah mengambil keputusan. Saat itu disebutkan, PSSI masih menunggu kepastian AFC atau FIFA. Bagi yang paham aturan, seperti tertuang dalam aturan FIFA mengenai Piala Dunia 2014 (
Lihat), argumentasi itu jelas mengada-ada. AFC atau FIFA tidak akan memberi keputusan yang mepet dengan hari H dalam kasus-kasus pertandingan yang sangat mudah ditelusuri. Dari peristiwa tersebut, jika memang dari awal diyakini ada kesalahan wasit dalam pemberian kartu kuning pada Nasuha, PSSI tidak melakukan apa yang tercantum dalam aturan FIFA mengenai Piala Dunia 2014 Brasil Pasal 14 Ayat 3, bahwa protes mengenai keabsahan pemain harus disampaikan secara tertulis kepada Match Commissioner dalam waktu satu jam dari pertandingan yang dipermasalahkan. Protes itu harus segera diikuti dengan laporan lengkap dan segera dikirim kepada Sekretaris Jenderal FIFA. Semoga kita bisa belajar dari kecerobohan Afrika Selatan dan kecerobohan kita sendiri. Selamat berjuang tim "Merah-Putih"! Follow me:
http://twitter.com/MhSamsulHadi [caption id="attachment_136004" align="aligncenter" width="553" caption="Para pemain Afrika Selatan merayakan pesta setelah bermain imbang 0-0 lawan Sierra Leone dalam kualifikasi Piala Afrika 2012 di Nelspruit, Sabtu (8/10). Mereka mengira lolos ke Piala Afrika 2012, padahal tidak, akibat salah dalam memahami aturan turnamen. (Foto: REUTERS)"][/caption]
KEMBALI KE ARTIKEL