Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen Pilihan

Dendam Si Janda Kembang

30 Oktober 2020   20:15 Diperbarui: 30 Oktober 2020   20:41 183 20
hari ini pulang larut. Dia terpaksa lembur karena ada pekerjaan yang harus diselesaikan untuk bahan rapat bosnya besok pagi.

Setibanya di gang menuju rumah, tampak ada mobil sedan menghalangi jalannya. Senja terpaksa menghentikan motornya, dan coba meminta si pemilik sedan untuk memajukan mobilnya sedikit ke depan.

"Tok ... tok ... tok," Senja mengetuk pintu mobil yang tengah parkir menghalangi jalan masuk gang.

"Mas, tolong majukan mobilnya sedikit. Saya mau lewat!" ujar Senja.

Tak menunggu lama, kaca depan mobil terbuka. Tampak di dalam mobil seorang pria dewasa sekira 26 tahun. Dia tampan dan klimis. "Oh maaf, Mbak. Bentar saya majukan mobilnya."

Senja tak langsung merespon. Dia hanya melongo. Pria di dalam mobil begitu menggetarkan hatinya. Saat dirinya tersadar, si pria tampan ternyata keluar dari mobil, lalu menghampiri Senja.

"Mbak, koq masih di sini? Katanya mau pulang."

"Oh ya, maaf. Permisi!" Senja bergegas menaiki motor. Namun, pria tampan itu menghentikannya.

"Sebentar, Mbak. Kalau boleh tahu siapa namanya?".

"Senja!" jawabnya singkat.

"Kenalkan, aku Rudy. Rudy Gunawan!". Keduanya lalu bersalaman, dan betukaran nomor WhatsApp.

Entah kenapa ada magnet kuat bagi Senja untuk tidak dulu meneruskan perjalanan pulang. Dia merasa nyaman di dekat Rudy.

Keduanya pun ngobrol dengan asik. Dari obrolan tersebut diketahui bahwa Rudy memarkir mobilnya depan gang memang tidak sengaja. Pikirannya sedang kacau karena habis putus dengan kekasihnya.

Ada rasa girang dalam hati Senja saat mendengar kata putus. Karena diam-diam dia naksir terhadap Rudy. Pun dengan Rudy. Hatinya perlahan mulai lupa dengan mantan kekasihnya. Dia juga merasakan hal sama seperti dialami Senja. Rupanya benih-benih cinta telah tumbuh pada kedua muda-mudi tersebut.

Singkat cerita, sejak pertemuan itu keduanya lebih sering berkomunikasi dan kemudian menjalin hubungan asmara. Hingga setengah tahun kemudian mereka pun menikah.

***

Senja pagi itu tengah bermalas-malasan di tempat tidur. Pernikahannya dengan Rudy membuat di hidup berkecukupan. Segala sesuatunya dikerjakan oleh asisten rumah tangga. Tugas Senja hanya cukup memuaskan nafsu Rudy di atas ranjang.

"Sayang, kemari!" tiba-tiba Rudy memanggilnya untuk ke ruang tamu. Senja pun bergegas menghampirinya.

"Iya, sayang. Tunggu!".

Sesampainya di ruang tamu, Senja langsung mendekap dan menciumi suaminya itu dengan mesra. "Ada apa, sayang?"

"Hmmmm ... masih belum puas ya semalam?" Rudy menggoda sambil melirikan matanya ke arah Senja.

"Ih ...!" Senja tersipu malu.

"Ada apa memanggilku, Sayang? tanya Senja, lagi.

"Dua hari ini sepertinya aku tidak pulang. Ada pekerjaan di luar kota yang harus segera dibereskan," jelas Rudy.

"Koq mendadak?".

"Semalam aku mau ngomong. Hanya kamu keburu tidur duluan. Ya udah, pikirku pagi ini saja aku ngasih tahunya."

Mendengar jawaban suaminya, Senja tidak banyak membantah. Dia percaya betul suaminya sangat mencintainya. Jadi tidak mungkin berbohong.

"Ya udah, tidak apa-apa. Asal, beres pekerjaan kamu segera pulang. Jangan ngelayab dulu!" kata Senja sambil kembali merangkulkan tangannya ke arah leher Rudy.

Rudy pun mengangguk dan langsung mencium kening Senja, sebelum berangkat.

***

Dua hari telah berlalu. Namun Rudy belum juga pulang. Senja gelisah. Pikirannya kacau, hal buruk khawatir terjadi, karena ternyata ponsel Rudy pun tidak bisa dihubungi.

Hari ketiga, Rudy masih belum juga kembali. Sama, nomor ponselnya masih tidak bisa dihubungi. Hati Senja makin gelisah. Sampai pada sore hari datang dua orang polisi ke rumahnya. Mereka memberi tahu, Rudy mati terbunuh. Mayatnya ditemukan di dalam mobil dengan luka tusukan tepat di jantungnya.

Mendengar kabar duka itu, Senja langsung histeris. Lalu, pingsan.

Saat dirinya siuman, tampak kedua polisi itu masih ada di rumahnya dan beberapa orang berseragam pegawai kesehatan. Rupanya saat tak sadarkan diri, kedua polisi itu memanggil tenaga medis untuk memeriksa Senja.

"Maaf, Nyonya. Anda kenal siapa yang menulis ini?" kata salah seorang polisi sambil menyerahkan secarik kertas pada Senja. Kertas itu kata polisi ditemukan di saku baju Rudy.

Senja menerima secarik kertas tersebut dan kemudian membacanya. Dalam kertas itu tertulis rasa benci atas pernikahan Rudy dengan Senja. Isi lengkapnya sebagai berikut:

"Dari pada kamu hidup bahagia dengan istrimu, lebih baik aku habisi hidupmu. Itu balasan atas sikapmu yang telah mencampakan aku demi perempuan yang jadi isterimu itu. Tertanda dari orang yang telah disakiti,"

Selesai membaca, raut muka Senja langsung memerah. Ada dendam tampak dalam sorot kedua matanya.

"Apakah Nyonya tahu, siapa kira-kira penulis surat ini?" salah seorang polisi mulai bertanya.

Senja hendak memberi tahu, tapi tiba-tiba niatnya itu diurungkan. Dia memiliki rencana sendiri untuk membalas dendam.

"Tidak, Pak. Kami belum lama menikah dan masa pacaran pun tidak lama. Jadi, saya belum banyak tahu tentang masa lalu suami saya itu," jawab Senja, berbohong.

"Nyonya yakin?" selidik si polisi.

"Yakin, Pak. Saya mohon, polisi segera bisa mengungkap siapa pelakunya."

"Itu sudah menjadi kewajiban kami. Untuk itu mohon kerjasamanya dari nyonya. Barangkali punya petunjuk."

"Sayangnya saya tidak punya," jawab Senja, acuh.

"Baiklah, Nyonya. Kalau begitu kami pamit. Kalau ada hal-hal yang mencurigakan, tolong beritahu kami segera."

Kedua polisi itu akhirnya pamit. Tinggalah Senja sendiri. Dia kembali menangis sejadi-jadinya. Suami yang teramat dia cintai harus mati dengan cara yang tragis.

Namun, Senja cepat sadar, bahwa menangis tidak akan bisa mengembalikan suaminya hidup. Sekarang dalam hatinya hanya ada rasa dendam.

Senja tahu betul siapa yang telah membunuh Rudy. Sebab, sewaktu hendak menikah, mantan kekasih Rudy sempat mendatangi mereka berdua, dan mengancam akan membuat pernikahan mereka tidak akan langgeng. Mantan kekasih Rudy tidak terima cintanya diputuskan.

"Awas kau Bianka," geram Senja. Rupanya nama mantan kekasih Rudy itu bernama Bianka.

***

Malam itu sekitar pukul 23.30 WIB, Senja tampak mengendap-endap di salah satu rumah yang jauh dari pemukiman lainnya. Rumah itu memang agak terpencil.

Si janda kembang, memakai topeng dan baju serba hitam. Di pinggangnya tampak sebuah pistol yang entah dari mana dia dapat. 

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun