Penulis tertarik mengupas framing tentang masalah batas kesabaran manusia, setelah kemarin muncul berita di beberapa media online, tentang ungkapan yang dilontarkan langsung oleh Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, pada acara Memoar Pilkada DKI 2017.
Ya, pada acara yang disiarkan chanel youtube Mardani Ali Sera tersebut, Anies seolah ingin melepas segala kesabarannya dan menumpahkan segala unek-uneknya, setelah memimpin Kota Jakarta selama dua tahun lebih.
Tidak tanggung, ungkapan Anies ini justru kesannya malah langsung menantang pihak-pihak, yang selama ini kerap bersebrangan dengan segala kebijakan mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) dimaksud.
Dalam hal ini, dengan tegas Anies Baswedan meminta terhadap siapa saja yang menganggap kebijakannya selama menjabat Gubernur DKI Jakarta intoleran dan diskriminatif, untuk menunjukan bukti dan fakta-fakta yang konkrit.
Anies menyebut, bahwa selama ini pihak-pihak yang kontra dengan dirinya hanya mengandalkan imajinasi dan mengada-ada. Kenadati demikian, dia tidak lantas membalasnya dengan tindakan serupa.
Soalnya, menurut Anies, apapun yang dia sampaikan, dipastikan tidak akan pernah bisa masuk atau diterima. Yang ada malah akan menjadi lawan kata dari apa yang disampaikan oleh kelompok yang kontra terhadap dirinya.
Terlepas dari alasan Anies tersebut di atas, saya rasa permintaan Anies terhadap pihak-pihak yang kontra untuk segera memberikan bukti-bukti yang menyudutkannya sebagai kepala daerah yang intoleran dan diskriminatif tersebut, harus segera direspon dan dibuktikan.
KEMBALI KE ARTIKEL