Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Lelaki, Angin, Pohon, dan Jalan

12 April 2012   13:44 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:42 132 0


Pagi ini baru saja si lelaki bangun dari tidurnya. Si lelaki membuka jendela di sebelah tempat tidurnya untuk membiarkan sinar matahari pagi masuk. Pagi ini memasuki cuaca berangin. Si lelaki terlalu malas untuk keluar rumah.






Terlalu malas dan dia hanya berkutat saja di tempat tidur. Menyiapkan teh panas, buku-buku klasik Rusia, kaset music jazz atau pop untuk didengar sebagai teman baca. Terlalu malas untuk melanjutkan harinya.





Begitu terus sampai si lelaki mulai merasa sedikit bosan dengan keadaan seperti ini. Dia keluar rumah untuk menghilangkan penatnya. Pagi dia keluar rumah dan sorenya dia pulang untuk berkutat dengan kenikmatan pribadi di kamarnya..






Akhirnya dia merasa membutuhkan media untuk berbagi cerita tentang apa yang dialaminya. Dan sore itu dia memutuskan untuk bercerita kepada angin sepoi-sepoi yang dia sadar selalu menyejukkan hatinya.





Sore itu dia membuka jendela kamar dan bercerita kepada angin. “Angin, hari ini aku berjalan-jalan menghabiskan waktu di sebuah taman. Membaca buku-buku klasik Rusia. Setidaknya pemandangan di kamarku ini bisa digantikan dengan suasana taman yang nyaman.”
“Hari itu aku bertemu dengan seorang gadis penjual es krim di taman. Aku memberanikan diri untuk bercengkrama dengannya pagi itu. Kami berbicara sampai sore.” Kata si lelaki. Setelah itu dia menghentikan ceritanya dan menghirup angin sepoi-sepoi dan serta merta menutup jendelanya sebagai tanda berhentinya cerita di hari itu.






Esok paginya kembali si lelaki menuju taman dan pulang setelah hari sore. Dia membuka jendela kamarnya dan bercerita kepada angin. “Hari ini, aku bercerita kembali dengan gadis yang sama. Aku merasa sepertinya aku jatuh cinta dengannya. Dan aku tak sabar untuk bertemu dengannya.” Setelah berkata begitu si lelaki menutup kembali jendelanya.






Esok paginya kembali si lelaki melakukan rutinitas yang sama. Membawa buku untuk membaca di taman dan sekaligus bertemu dengan gadis penjual es krim. Sorenya kembali si manusia pulang dan membuka jendela kamarnya dan segera bercerita kepada si angin.






“Tampaknya hatiku berkata benar. Gadis itu gadis yang lucu, ramah, menyenangkan, sopan. Rasaya aku ingin menjadikan dia sebagai pacarku. Tapi aku malu menjadikannya sebagai pacar. Sebab dia hanyalah seorang gadis penjual es krim. Berbeda dengan keadaanku. Apa kata orang nanti?” kata lelaki itu dengan murung dan setelah berkata seperti itu ia menutup jendelanya.






Esok paginya dia menuju taman lagi untuk berbicara dengan si gadis penjual es krim. Namun tak didapatinya lagi gadis itu. Dia bertanya-bertanya dan mencari di seluruh areal taman dan tak menemukannya.






Dia pulang dengan kecewa. Selama di perjalanan dia berjalan dengan lunglai dan terdengarlah suara pohon-pohon berbisik-bisik. Si lelaki bertanya kepada si pohon, namun jalan setapak lah yang memberitahukannya


“Kau sungguh manusia yang tak tahu untung. Begitu teganya kau mencampakkan gadis penjual es krim di taman itu. Dia begitu sedih. Tapak kepedihannya sangat terasa di tubuh ku ini” kata si jalan.






“Dari mana kau tahu tentang gadis penjual es krim itu? Tanya si lelaki. “Angin lah yang memberitahukanya. Pohon-pohon mendengarkan segala ceritamu itu dan gadis itu mendengar bisik-bisik pohon-pohon itu.


“Dan aku rasa, semua orang di kota ini akan segera mendengar kelakukan mu yang buruk ini.” Lanjut si jalan. Mendengar penjelasan si jalan. si lelaki segera marah kepada si angin.






Lalu berkatalah jalan kepada si lelaki itu “apabila kau memberitahukan rahasia mu kepada angin, jangan salahkan angin apabila nanti rahasiamu terdengar oleh pohon-pohon.” kata jalan.


“Walaupun angin sepoi begitu lembut dan tenang, ingatlah bahwa angin selalu berhembus ke segala penjuru. Angin tak bisa berbohong. Kau sendiri yang memberitahukan rahasiamu lelaki.” lanjut si jalan. Mendengar itu sedihlah si lelaki.






Lelaki berjalan murung dan sedih sebab dia tak tahu apakah dia bisa bertemu kembali dengan gadis penjual es krim itu. Setidaknya hanya untuk meminta maaf. Ya.. meminta maaf.






*sebuah arti bila sudah mengerti

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun