sebagaimana kita tahu, minyak nyongnyong mentah adalah bahan baku utama pembuatan minyak pelet, maka agar subsidi tidak semakin membengkak dan memberatkan anggaran rumah tangganya bersama 8 istrinya tidak mengalami defisit yg semakin parah, ia membuat kebijakan dua harga untuk satu minyak peletnya.
namun kebijakannya ini sangat di tentang oleh lawan politiknya, terutama Arwah Wigunaguna, dan dalam jumpa persnya Arwah Wigunaguna dengan berapi-api menentang kebijakan Eyang Sobur ..." Sobuuur, lihat muka saya, saya tidak takuut,....ini kan senjata kamu,....... demi Tuhaaaaaan" ...
melihat kerasnya penolakan terhadap kebijakannya tersebut, maka ia kabur ke Singaparna dengan alasan dinas luar, dan dari negeri Singaparna Eyang Sobur mengumumkan rencana kenaikan harga minyak peletnya mulai tanggal 1 suro.
namun karena jarak pengumuman dengan tanggal kenaikan terlalu panjang, maka banyak oknum murid Eyang Sobur yg menimbun minyak pelet.
dan ketika tanggal yang ditetapkan tiba, berbarengan dengan demo kuli untuk memperingati hari kuli sedunia, Eyang Sobur pun menghilang dari kediamannya, dan dengan menghilangnya Eyang Sobur maka kenaikan harga minyak peletpun menjadi terkatung-katung tidak jelas, sama tidak jelasnya dengan rencana kenaikan BBM di negara Republik Indonesia