12 tahun menuntut ilmu tak sampai membuat rasa puas pada diri Aylla menjadi malas untuk menuntutnya terus menerus. Aylla gadis 18 tahun berparas cantik, juga memiliki ahlak dan tutur kata yang baik. Sekarang Aylla menjadi seorang mahasiswi disalah satu universitas negeri dikota tercintanya, di kota Bandung. Ia bersahabat dengan Ghinna wanita yang tak kalah cantiknya dengan Aylla, mereka akrab pada saat ospek fakultas di universitasnya.
***
Arga, lelaki dengan tampang gahar namun tampan, tak hanya itu otaknya yang encer selalu jadi idaman kaka tingkat dan teman angkatanya sendiri, sebut saja dia ice boy nya fakultas sastra, jangan ditanya keanehannya, meskipun ia bertampang gahar namun Arga memiliki kata-kata yang tak pernah habis ia utarakan. Namun sayang, nasib baik tak menghampiri keluarga kecilnya, lahir ditengah tengah keluarga yang kaya akan harta namun miskin dengan kasih sayang, itulah keluarganya, Arsal, ayahnya yang memiliki watak pemarah adalah seorang pelayaran yang pulang ke rumah hanya beberapa bulan sekali, dan ibunya, Saras, yang memiliki sifat sabar dan penyayang. Arga memiliki adik yang masih sangat belia bernama Maura yang baru duduk di kelas 7 SMP.
***
" Pokonya aku minta cerai, kamu udah keterlaluan, aku lelah, aku udah gak kuat dengan semua ini, biarkan aku, Arga dan Maura bahagia dengan kebahagiaan kami sendiri tanpa ada kamu di hidup kami" teriak seorang wanita sembari menangis
" Kamu ini mikir apa! Suami pulang bukannya sambut baik-baik malah minta cerai tiba-tiba " bentak sang suami.
" Kamu pikir aku ga tau kamu ngapain aja selama ini, aku tau kamu punya perempuan simpanan kan, kamu harusnya pulang tiga hari yang lalu, tapi kamu baru sampe rumah sekarang, pasti kamu dari rumah perempuan itukan!" ujar sang istri sambil terus menangis.
Karena kegeraman ayah Arga kepada ibu Arga yang menuduhnya mempunyai perempuan simpanan, ayah Arga pun melayangkan tangannya tepat ke pipi ibu Arga.
Disisi kamar, Maura mendengar pertengkaran orang tuanya, menangis sesegukan sambil memeluk boneka kesayangannya. Arga menghampiri adik kecilnya seraya menenangkan tangisan Maura. Arga tak kuasa dengan semua kejadian ini, melihat adiknya yang harus mendengar pertengkaran orang tua mereka, Arga pun geram akan sikap sang ayah yang sangat kasar kepada ibunya.
Arga pergi ke kamarnya yang bernuansa gelap dan kelam, dipukulnya cermin dikamar dengan penuh emosi yang meledak ledak.
" Kenapa hidup gue gini amat Tuhan " Ia bergumam dalam hati. Tak ada tangis dimata tajamnya, ia masih kuat untuk menjadi lelaki yang tangguh untuk ibu dan adiknya. Tak lama, diketuknya pintu kamar oleh sang ibu
" Arga ini ibu nak, boleh ibu masuk? " Tanya sang ibu sambil menghapus air matanya
" Buka aja buu .. " jawab Arga
Saras menghampiri putranya, lantas duduk dipinggir kasur seraya menghapus air matanya yang terus mengalir.
" Maafkan ibu nak, maafkan atas kekacauan keluarga yang rumit ini " ujar sang ibu
" Engga, ibu tuh ga salah jangan ngomong kaya gitu, lebih baik ibu istirahat aja, ini sudah larut malam" jawab Arga.
Saat hendak meninggalkan kamar sang anak, Saras melihat anaknya yang tidak baik baik saja, dilihatnya tangan Arga penuh dengan darah segar sontak membuatnya cemas.
" Arga itu tangan kamu kenapa? " Tanya ibu
" Engga bu, gapapa, tadi Arga cuma jatuh, ibu ga usah khawatir " jawab Arga sambil menyembunyikan tangannya
" Sini ibu obatin " ujar sang ibu sambil mengambil kotak p3k yang ada dikamar Arga.
***
Pukul 05.30 WIB Aylla sibuk bergegas pergi ke kampus kemudian bepamitan dengan abangnya Gerry
" Bang, Aylla harus berangkat sekarang bangg, bisa cepat ga sih, lama banget, ntar aku telat loh, emangnya abang mau tanggung jawab? " Ujarnya sambil menalikan sepatu
" Aduh adik abang yang udah mau jadi mahasiswa ini, tunggu abang yang ganteng ini yah, abang lagi nyari kamera nih de, lupa nyimpen dimana, hari ini mau abang pake untuk dokumentasi acara di kantor abang " panik sang abang sembari mencari sebuah kamera.
Gerry pun teringat, ia menyimpan kamera di kamar sang adik. Dengan cepat ia mengambil kameranya dan berangkat mengantarkan Aylla adiknya ketempat ia menimba ilmu.
Membutuhkan waktu sekita 45 menit untuk sampai ketempat tujuan. Namun, tak sampai tujuan, Aylla menepuk pundang abangnya dan meminta untuk menurunkannya di halte bis dekat kampus Aylla.
Pukul 06.15. Aylla telah sampai didepan gerbang kampusnya, namun sayang, Aylla adalah satu dari sekian puluh Mahasiswa baru yang datang dengan terlambat dan tak bisa langsung masuk kelingkungan tempat ospeknya.
" Kamu, yang pake kerudung syar'i, sini kamu! " Teriak seorang Kating sambil menunjuk kearah Aylla
" Iya kak, saya? " Ujar Aylla dengan lembut
Kating lain menjawab " Iya, kamu siapa lagi, yang pake kerudung syar'i selain kamu, sini kamu! udah telat, lambat lagi " sambil meninggikan suaranya.
" Kenapa kamu telat? Jam berapa berangkat dari rumah? "
Dan setelah sekian rentetan pertanyaan yang diajukan kaka tingkat kepadanya. Akhirnya Aylla dan mahasiswa baru pun diperolehkan masuk. Dari kejauhan terlihat dua orang perempuan sedang membicarakan kakak tingkat yang baru saja memberikan rentetan pertanyaan pada Aylla.
" Harus banget ya ditanya kek tadi, padahal cuma telat 6 menit aja, masa sampe ditanya ini itu " gumam seorang gadis dengan kerudung pashmina hitam bernama Ghinna, sambil dilihatnya ke arah perkumpulan kakak tingkat
" Ehh kamu kenapa bisa telat? " Ujar seorang gadis yang berada di samping Ghinna sambil menunjuk ke arah Aylla
" Ehh, Aylla, nama aku Aylla. Kalo kalian? "
" Aku Puspa ambil Jurusan Ilmu Komunikasi, dan ini temen aku Ghinna dia juga ngambil jurusan yang sama kaya aku " jawab sang gadis
" wah, ko bisa samaan gini sih, aku juga ngambil Ilmu Komunikasi " ujar Aylla dengan gembira
Tiba-tiba suara toa memanggil manggil para mahasiswa baru. Semuanya berlarian berkumpul ke lapangan besar yang ada di sebelah timur.
" Oke, agenda sekarang adalah unjuk bakat, setiap orang wajib menunjukan bakatnya dihadapan teman teman semua, dan siapa yang akan tampil terlebih dahulu akan kami kocok terlebih dahulu namanya "
Panitia mulai mengocok dan nama yang pertama muncul adalah Arga Ananta Anggara
" Mari kita sambut Arga Ananta Anggara "
" Gaa! lu di panggil panitia ospek tuh " ujar Ditho sambil menyenggol bahu Arga dengan keras karena diam saja begitu namanya dipanggil.
" Ishh, kenapa nama gue sih yang harus kedepan duluan " gumam Arga sambil berjalan ke atas panggung yang di sediakan Panitia.
" Silahkan Arga tunjukan bakatmu "
" Boleh gue meminta satu orang buat nemenin gue disini? " Tanya Arga pada Katin
" ohh boleh dong, kita ramaikan acara ini "
Raga menyisir pandangannya kesemua audiens dan matanya tertuju pada wanita yang pakaiannya beda dari yang lain.
" Lo, yang kerudungnya panjang. Gue mau lo nemenin gue disini " pinta Arga sambil menunjuk Aylla sembari memasang wajah angkuh
" Hah aku Ghin? " Tanya Aylla pada Ghinna sambil kebingungan.
Akhirnya mau tidak mau Aylla menuju panggung dan semua orang memusatkan pandangannya pada Aylla dan Arga yang berada ditengah-tengah panggung
" Sebelumnya, kalian dari fakultas mana? "
" Fakultas Sastra " jawab Arga angkuh
" Kalo saya, Fakultas Ilmu Komunikasi " lanjut Aylla
" Wah bisa nih, bikin puisi, ga puisi ga sastra dongg "
Audienspun bersorak ramai. Arga memulai unjuk bakat nya
" Kau mahir mengeja rasaM
Mengubahnyamenjadi aksaraM
Melepasnyadalam peluk pisah yang mesraS
Sedangaku; mengucap rindu saja tak mampu.B
Bertatapdengamu jantungku berdetakM
Menggenggamtangamu jiwaku meledak
'Pengecut cinta' kata teman temanku "
Semua mahasiswa tak terkecuali para panitia bersorak-sorak takjub dengan puisi yang dibacakan Arga.
1 bulan setelah masa ospek...
Aylla dan sahabatnya Ghinna dan Puspa sedang berada di kantin fakultas yang cukup lenggang sembari bercerita tentang masa ospeknya 1 bulan yang lalu. Saat itu adalah kali pertamanya Aylla diberi puisi oleh seorang laki-laki yang bahkan iya belum ketahuni sebelumnya.
" eh by the way si Arga Arga itu akhir-akhir ini kok jarang keliatan ya? " tanya Puspa sembari memainkan sedotan minumannya.
" kenapa sih harus Arga lagi Arga lagi, emangnya ga ada topik lain? " ujar Aylla
" abis Arga ganteng Ay, cool, puitis lagi " jawab Ghinna sembari menghayal wajah Arga
" ahh, kalian ini apa sih. Aku pulang duluan ya, bang Gerry udah nunggu diparkiran " seru Aylla sambil menggendong ranselnya.
" hati-hati Ay, salam buat bang Gerry" ujar Puspa
Keesokan harinya, sambil berjalan dengan terburu buru Arga bergegas masuk kelas pertamanya, namun saat melewati persimpangan, Arga yang sangat terburu-buru menabrak Ghinna dan Aylla yang sedang berjalan membawa minuman, yang kemudian minuman tersebut tumpah mengguyur baju Ghinna.
" Arghh, woii kalo jalan hati-hati, lagi dikejar dept collector lo?! " teriak Ghinna
" udah Ghin gapapa, kita ke toilet aja yuk " ujar Aylla dengan sabarnya.
***
Di kantin , Dhito sedang duduk santai sambil meminum minuman yang telah ia pesan 10 menit yang lalu. Tak lama kemudian, Arga datang dengan wajahnya yang kusut, sambil bergumam,
" gue harus minta maaf"
" minta maaf buat? " tanya dhito
" gue cabut dulu to, jangan kemana-mana " sambil bergegas lari
Arga pun mencari Aylla dan Ghinna untuk meminta maaf atas kejadian tadi pagi. Seluruh penjuru kampus sudah ia datangi, tapi Aylla dan Ghinna tak ada dimanapun. Sampai akhirnya ia menemukan mereka di taman belakang dekat gedung Fakultas Satra.
" nih pake buat lo, maaf baru kasih sekarang, lo bisa balikin tu jaket kapan pun " sambil menyodor kan jaketnya untuk Ghinna
" ohh, jadi kamu yang nabrak kita tadi pagi, lain kali jalan tuh ..." belum selesai Ghina bicara, Arga sudah bergegas pergi.
Arga menghiraukan Ghinna dan langsung kembali ke kanti menghampiri Dhito.
" ternyata dibalik sikap dinginnya si Arga, dia perhatian juga ya " ucap Ghinna dalam hatinya. Ternyata diam-diam Ghinna menaruh hati pada Arga
***
Waktu sudah menunjukkan pukul 20.00 WIB, Arga yang baru saja pulang kerja kelompok dengan Dhito dan kawan-kawan bergegas menghampiri suara barang yang terlempar. Saat hendak menghampiri sumber suara, Maura berlari datang menghampiri Arga dan langsung memeluknya sambil menangis.
" kaakkk, ibu sama ayah berantem lagi kak, mou takut " sambil merengek
" ga usah takut, kamu ke kamar kaka aja ya " ujarnya sambil menenangkan sang adik dan membawanya menuju kamar. Kemudian Arga pergi menghampiri ibunya.
Saat Arga sampai dikamar sang Ibu, terlihat Ayahnya yang lagi-lagi hendak melayangkan tangan pada sang Ibu, sontak Arga bergerak cepat mencegah sang Ayah. Melihat anaknya yang mencoba mengelak tamparannya yang akan dilayangkan pada sang istri, Arsal kemudian membalikkan badan dan menatap wajah sang anak
" Ayah ini apa-apaan sih, ayah udah keterlaluan, Ayah ga sadar apa, atas apa yang Ayah lakuin? " ujar Arga sambil mencengkam tangan sang Ayah.
" Oh, jadi ini cara Ibumu mendidik anak? Kamu ga usah ikut campur urusan Ayah dengan Ibu mu ini, Gak tau sopan santun yah kamu sama Ayah"
" Ayah harusnya mikir, yang salah itu ayah, tapi ayah selalu melampiaskan semua dengan melakukan kekerasan kepada ibu "
" Udah nak, udah Ibu gak apa apa, mending kamu temenin adik kamu, biar ibu yang menyelesaikan masalah ini dengan ayahmu" ujar sang ibu sembari menangis
"Tapi, buu ... " belum selesai Arga berbicara, tangan sang Ayah pun mendarat tepat di pipi sebelah kirinya. Melihat apa yang ayahnya laukukan padanya lantas Arga pun pergi malam itu juga.
Ditaman, Arga terlihat frustasi dengan apa yang terjadi padanya, kebetulan Aylla baru saja pulang dari membeli makanan untuk ia dan abangnya. Melihat orang yang ia kenal Aylla menghampiri Arga yang sedang duduk dengan menudukan kepalanya.
" Arr, ngapain kamu disini? " sembari melihat sekeliling
Begitu namanya dipanggil Arga mendongakkan kepalanya sembari menggeleng-gelengkan kepalanya. Aylla pun duduk disamping Arga, kemudian kepala Arga pun tersandar dipundak Aylla. Sontak Aylla terkejut dan merasa tak nyaman.
" gue cape, kenapa harus keluarga gue yang diambang kehancuran, kenapa Tuhan" keluh Arga
" sabar Arr, jangan kehilangan arah kaya gini, pergi ninggalin rumah bukan hal yang baik, itu malah bikin ibu kamu jadi khawatir, mending kamu pulang dan tenangkan hati kamu dirumah"
" tapi, gue kalut diem dirumah laa, gue ngerasa gak ada satu orang pun yang ngertiin gue sekarang "
" jangan gitu Arr, kamu masih punya Allah yang maha mendengar hambanya, dan kalo kamu butuh pendengar kamu boleh hubungi aku" ujar Aylla sambil tersenyum. Mereka pun saling tatap dalam beberapa detik.
Semenjak kejadian itu Aylla dengan berbaik hati menawarikan diri untuk menjadi pendengar Arga, dan mereka pun menjadi akrab layaknya sahabat dan berjanji tidak boleh melibatkan perasaan.
Tetapi Arga melanggar janjinnya dengan Aylla
" gue suka Aylla "
Dhito yang sedang mengunyah mie ayam tersedak mendengar ucapan Arga yang tiba-tiba
" lo serius gaa?! Ko bisa? " tanyanya penasaran
" pokonya lo harus bantu gue buat ungkapin perasaan gue ke Aylla"
Ghinna yang sedang berada di belakang meja mereka sontak terkejut saat mendengar ucapan Arga tentang perasaannya pada Aylla. Entah kenapa hati Ghinna rasanya sakit saat itu. Kemudian Ghinna pun pergi menuju ruang kelasnya.
Saat jam mata kuliah terakhir selesai, Aylla dan Puspa mengajak Ghinna untuk pergi ke perpustakaan, namun Ghinna menolaknya, ia teringat bahwa perpustakaan berada di dekat ruang lab bahasa yang mungkin saja disana ada Arga. Sejak mendengar bahwa Arga menyukai Aylla, Ghinna pun mulai enggan melihat atau mendengar nama Arga. Disisi lain, Aylla yang belum mengetahui bahwa Arga menyukainya malah semakin akrab dengan Arga dan Dhito. Sampai suatu hari Aylla menyadari bahwa tiap kali ia, Puspa dan Ghinna berpapasan dengan Arga dan Dhito, Ghinna selalu tiba-tiba terdiam.
Keesokan harinya, Aylla kebetulan bertemu Dhito di jalan menuju kampus,
" Dhitt! tunggu!"
Sambil melepas salah satu earphone nya " ehh Aylla, kebetulan kebetulan kita ketemu, ntar abis matkul pertama jajan ke kantin bareng aku sama Arga yuk"
" emm, boleh, kebetulan juga ada yang mau aku omongin" jawab Aylla
Saat dikantin, Aylla mencari meja Dhito, ia sudah tak sabar ingin menanyakan sesuatu pada Dhito. Aylla pun melihat Dhito yang hendak duduk di meja dekat penjual mie ayam. Aylla menghampiri Dhito
" Dhitt, kamu ngeuh ga sih kalo .."
" gue suka sama lo " suara lantang bersumber dari orang yang sedang berdiri tepat dibelakang Aylla.
Aylla dan Dhito pun menoleh kebelakang. Ternyata itu Arga, Ia merasa lega karena telah mengungkapkan perasaan yang telah ia rasa selama ini, tak peduli Aylla akan menerima perasaannya atau tidak, yang penting ia sudah merasa lega dan tak mempunyai beban apapun. Disisi lain Ghinna yang hendak membeli minum bersama Puspa tiba-tiba berhenti mendengat suara Arga kemudian ia berbalik badan mencari suara Arga. Ternyata apa yang ia dengar saat itu benar, bahwa Arga benar menyukai Aylla dan Arga pun akhirnya mengungkapkan perasaannya itu.
Aylla tak menyangka Arga menyimpan perasaan padanya selama ini, padahal ia baru saja sadar bahwa Ghinna menyukai Arga dan seharusnya pada Ghinna lah Arga menyatakan perasaannya itu.
" maksud kamu?" tanya Aylla
" ya, Arga suka Aylla" jawabnya
" ga, engga mungkin, kamu udah ingkar janji"
Aylla pun pergi meninggalkan Dhito dan Arga, saat hendak pergi ternyata ia melihat Puspa dan Ghinna, yang dimana Ghinna pasti melihat dan mendengar semua yang telah terjadi. Aylla menghampiri Puspa dan Ghinna, namun Ghinna bergegas lari sembari menitiskan air mata.
" biarin dia sendiri dulu Ay" ujar Puspa sambil menahan kemudian memeluk Aylla.
Arga pun merasa bersalah karena telah memisahkan dua orang sahabat dan selama ini ia tak sadar bahwa Ghinna lah yang menyukainya, bukan Aylla. Sehabis mata kuliah berakhir, Aylla pergi mencari Ghinna yang langsung meninggalkan kelas. Saat hendak mencari Ghinna ke perpustakaan, Aylla bertemu Arga. Aylla pun menghampiri Arga dan berbicara
" aku masih ga abis pikir kenapa kamu bisa suka sama aku dan kamu ingkar janji, kamu ingetkan janji nya apa? ' ga boleh ngelibatin perasaan'. Janji itu ga cuma berlaku buat aku sama kamu doang, tapi buat Ghinna sama Puspa juga. Aku udah janji sama mereka kalo kita ga boleh sampe suka atau disukai oleh orang yang sama. Tapi sekarang aku sendiri yang ingkarin janji itu, liat kan apa yang terjadi sekarang, Ghinna ga mau ngomong sama aku,aku tuh ga mau kehilangan sahabat aku Arr, apalagi Ghinna yang udah aku anggap saudara sendiri" jelas Aylla sambil menitikkan air mata.
Tak jauh dari tempat Aylla dan Arga berbicara, Ghina yang sedang berada disebelah perpustakaan mendengar semua penjelasan Aylla dari awal. Ia terharu dengan penjelasan Aylla, ia tak menyangka bahwa Aylla begitu menyayanginya. Ghinna pun menghampiri mereka berdua dan memeluk Aylla. Karena merasa bersalah, Arga pun meminta maaf kepada Aylla dan Ghinna. Akhirnya Aylla, Arga, Puspa, Ghinna dan Dhito kembali bersahabat tanpa melibatkan perasaan.
Tamat...