Velasco (2020) mengungkapkan bahwa praktik cancel culture sebenarnya telah ada selama berabad-abad, dimulai dengan penghinaan publik terhadap individu. Manusia telah menemukan berbagai cara, sering kali mengerikan namun kreatif, untuk mempermalukan orang yang dianggap bersalah, seperti hukuman cambuk di depan umum. Pihak yang dianggap bersalah sering kali tidak diberi kesempatan untuk membela diri melalui debat terbuka yang konstruktif, sebagaimana yang bisa terjadi saat ini. Dengan demikian, bentuk canceling yang destruktif sudah berkembang sejak lama. Meski begitu, di era digital, kritik yang ditujukan kepada seseorang juga memiliki peluang untuk menjadi lebih konstruktif.
KEMBALI KE ARTIKEL