"Wei culun!" aku terhenti sejenak. Jam sudah menunjukkan pkl.06.25. Kesempatan emas, pintu gerbang masih terbuka dan aku bisa lari ke kelas dan menuju lapangan untuk melaksanakan upacara.
"Culun!" suara itu terdengar kembali di telinga. Aku menoleh ke arah sumber suara. Dia pria berjaket almameter OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah) berwarna biru. Rambutnya hitam dan rambut bagian depan dibiarkan berdiri. Ya... tentu keningnya terlihat.
Tingginya sekitar 180 cm. Tubuhnya tinggi berisi, mungkin menurut pandangan wanita, ia pria tampan. Bukan tertampan.
"Tak mau minta maaf?" tanya pria itu lagi sambil senyum sinis dengan tatapan mata seperti silet yang belum terasah.
"Saya minta maaf!" ucapku singkat.
"Karendra Azzam Patri!" ujarnya sambil melihat kalung kardus berbentuk persegi panjang dengan foto bergaya terberlebihan.
"Sana pergi!" aku langsung berlari ke kelas dan menuju lapangan untuk melaksanakan upacara.
Aku menjalani 3 hari MPLS (Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah) dengan sangat baik dan mendapatkan semua tanda tangan pengurus OSIS. Termasuk kakak tampan itu.
"Ren, bagus juga kerjamu!" ucapnya sambil mengelus rambutku kasar. Lebih tepatnya seperti menjambak.
"Hm, sayang sekali tak ada gelar king of MPLS!"
"Ha!"
"Kak, pamit!"
Aku sampai sekarang belum tahu siapa nama kakak tersebut karena aku mengejar kakak OSIS hanya terpaut pada almameter dan syukurlah para kakak langsung tanda tangan.
"Weh, selamat Ren!" ucap Jihan sambil menepuk bahu.
"Iya makasih!"
Namaku Karendra Azzam Patri, kini kelas 10 IPS 3 di SMAN Cahaya Perkasa. SMA yang terkenal akan banyak prestasi terutama bidang tari. Jarang bukan ada sekolah di kota terutama yang banyak mencetak prestasi di bidang tari. Apalagi paling banyak adalah tari tradisional.
Kegemaranku sampai sekarang adalah menulis. Karya sastra yang sering ku tulis adalah cerita pendek, puisi, dan monolog. Sementara karya bukan sastra adalah esai. Aku sering memenangkan banyak lomba karya sastra dan bukan sastra.
Aktivitas di sekolah masih sama yaitu menulis ketika istirahat sekolah. Tentunya sambil makan.
"Assalamu'alaikum, ada yang mau ikut Karya Ilmiah Remaja?" salam dan tawar seorang perempuan yang terlihat lebih tua dariku. Aku diam menatapnya.
"Wa'alaikumussalam. Hampirinya kok saat istirahat sekolah?" tanya temanku yang terkenal ingin banyak tahu kecuali pelajaran.
"Kakak belajarlah!" jawabnya singkat.
"Ikut Kak!" ucapku langsung angkat tangan. Siapa tahu disana aku lebih dilatih menulis empat karya yang sering akrab denganku. Aku langsung diserahkan kertas lembar dan pulpen yang tertera disana nama, kelas, dan nomor telepon.
"Makasih Karendra!" ucap kakak kelas ramah.
"Iya sama-sama!"
Pulang sekolah, aku langsung mengecek telepon pintar dan tertera undangan untuk memasuki kelompok "KIR SMAN CAHAYA PERKASA" dan langsung klik "Oke".
"Assalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakatuh
Selamat datang untuk anggota baru Karya Ilmiah Remaja SMAN Cahaya Perkasa (KIR SMAN Cahaya Perkasa).
Karya Ilmiah Remaja adalah sebuah karya yang mengungkapkan tentang pikiran nyata dan tujuan seseorang yang nantinya akan menjadi nyata bila dilaksanakan. Hasilnya berupa karya ilmiah yang dilaksanakan oleh remaja.
Karya ilmiah remaja disusun secara tertulis berdasarkan metode ilmiah namun belum lengkap sebagai alat bantu untuk membuat karya yang sudah terpikirkan oleh peneliti.
KIR SMAN Cahaya Perkasa dilaksanakan setiap hari Selasa, pkl.15.30. Jaya selalu KIR SMAN Cahaya Perkasa"
"Oh, jadi bukan termasuk empat karya itu. Wah, sepertinya lebih rumit!" ungkapku setelah mendapat penjelasan dari salah satu anggota KIR yang sudah lebih dahulu masuk.
Hari Selasa tiba, aku dan anggota KIR masuk ke ruang Biologi dan materi pertama adalah perkenalan KIR yang ternyata sangat panjang kali lebar kali tinggi (eh).
"Enak dong Kak bisa buat yang kami pikirkan menjadi nyata!" celetuk salah satu anggota baru.
"Tentu!" jawab pengajar KIR.
"Sampai disini dahulu, jika ada pertanyaan lebih lanjut, kakak sudah menulis nomor telepon di papan tulis dan catat!"
"Kalian boleh cari informasi mengenai KIR di internet untuk menambah wawasan!"
"Sampai jumpa minggu depan!"
"Wih, rumit juga!" kagetku melihat banyak metode penelitian untuk membuat karya ilmiah remaja. Bahkan contoh karya ada yang sampai membuat aplikasi. Pakai kode-kode (ah...).
Metode deskriptif, eksperimen, r and d, kenapa tidak r&b? Eh itu genre musik.
Sepanjang kegiatan di sekolah ditambah ekstrakurikuler KIR, aku masih setia menulis empat karya. Aku sering mengikuti lomba dari media online sampai aku sebar di blog milik pribadi.
"Jreng!!!"
"Kaget!" kagetku saat sibuk main permainan di telepon pintar sambil menunggu kegiatan KIR dimulai.
"Aku sudah buat karya hasil KIR lho!" aku melihat sebuah topeng mata seperti topeng pesta berwarna emas dan ada tombol berwarna kuning di pinggir kanan topeng.
"Alhamdulillah!" syukurku.
"Mau coba?" aku mengangguk dan langsung dipakai di mata.
"TAUBATLAH KAU WAHAI MATA, DIA LEBIH INDAH JIKA SEPERTI INI. BAYANGKAN BILA ITU CERITA INDAH YANG LEBIH BAIK...."
"Gilaaa!!!!" kesalku ketika mendengar suara teriakkan. Tulisannya lumayan dekat ke mata pula.
"Ini apa?" tanyaku polos yang masih memakai topeng mata.
"Topeng Penghilang Porno!" aku langsung memukul bahunya keras.
"Apa sih!" ucapnya sakit.
"Good Job, tidak sekaligus dirancang volume 200?" tanyaku sedikit kesal campur meledek.
"Meledak telinga orang!"
"Huft!!!"
Tak disangka Topeng Penghilang Porno karya Aris kelas 10 IPA 2 mendapat tepuk tangan bangga banyak anggota dan kakak yang menggantikan pelatih.
"Bagus juga Aris, langsung taubat nih orang yang pakai!"
"Karendra taubat nih!"
"Aku korban karya dia!!!" ucapku sedikit kesal.
Topeng karya Aris selain berisi tulisan juga berisi cerita beranimasi dan suara dari pengisi suara. Bagus, bagus sekali hanya... ya aku terkejut dengan suaranya. Ia mengaku volume terpasang 100. Jadi ingat volume laptop.
"Yang lain buat karya Kawan bila ada waktu!"
Semakin hari semakin aku mengetahui maksud dari ekstrakurikuler yang ku ikuti. Semakin seru juga materinya. Memang terlihat rumit, namun bila diperdalam semakin meluas wawasan dan bila dicari di berbagai macam sumber, semakin tidak terlihat rumit. Ya mungkin terkesan rumit di rumus dan faktor x apa dan faktor y apa.
Apalagi jurusan IPA yang sering menyebutkan macam-macam zat yang hanya membuatku melongo. Aku belum paham semua zat karena zat yang ku dengar terbilang baru dan belum dipelajari saat SMP.
"Tar!" ucap seseorang sambil mengangkat tangan. Ia hanya mengangkat sebelah alis.
"Zat yang kamu ucapkan belum kita pelajari di SMA. Aku sudah baca buku cetak Biologi kelas 10 sampai kelas 12!"
"Hah!"
"Eh, benar juga!" ucap kakak kelas jurusan IPA.
"Kamu sudah terpikirkan sesuatu?" tanya pelatih padaku. Aku menggeleng.
"Coba berlatih membuat karya tulis ilmiah dan membuatnya bila itu sudah benar-benar sempurna untuk dibuat!"
"Siap Kak!" jawabku tersenyum.
Sudah lima bulan, hampir mendekati pembagian rapor, tiba-tiba terlintas di pikiran untuk membuat karya ilmiah.
"Itu kakak galak!"
"Pelajaran hari ini susah!"
"Andai ada cara mudah untuk menghafal semua cerita ini!"
Aku sering mendengar keluhan murid mengenai kesulitan hingga kekesalan. Ingin ku buat sebuah kemudahan yang langsung ada dalam hitungan detik.
"Faktor x benda dan makhluk hidup dan terkabul serta faktor y tembakan dan butir hitam berkelip!" ucapku bernada kecil. Aku baca di bagian itu berkali-kali. Aku kira ini tepat.
"Tidur ah!"
---
"Malam!" sapa seseorang bersuara parau sambil menepuk bahu. Aku terbangun dan melihat penampilan berjubah hitam seperti semua orang sebayaku.
"Keluar, buat penelitianmu di ruang fisika!"
"Hah!!!" aku baru bangun dan kenapa disuruh keluar.
"Salah sendiri, tidur ketika ada ekstrakurikuler!"
"Huuuu!!!"
---
Tunggu, tadi tidur di kamar, pakai pakaian tidur, kacamata dibuka, dan berakhir di dunia penuh kegelapan.
Karya tulis ilmiah sekarang ada di tangan dan diperintah untuk membuatnya menjadi nyata. So what?
Apa hubungannya dengan ruang fisika?
Oh iya, ada aliran untuk mengeluarkan butir-butir hitam berkelip.
Aku langsung menetralkan mata dan membuat seteliti mungkin sesuai karya ilmiah yang ku buat.
Hingga dua jam berlalu, tercipta sebuah tembakkan seperti pistol berwarna hitam dan diisi dengan butir-butir hitam berkelip yang lebih kecil dari lada hitam.
Aku menyentuh bagian elektrik di bagian untuk menembak yang bisa membaca keinginanku dan ketika ditembak langsung terkabul.
"Aku mau warna tembok ruang fisika jadi abstrak!"
Bush!
Seketika warna tembok menjadi abstrak dan berbagai warna ada di dinding ruang fisika dengan pola yang benar-benar tak terbentuk.
"Karendra!!!!" aku menoleh ke nenek tua berpenampilan seperti nenek yang memberi apel beracun untuk putri salju yang diyakini adalah guruku.
"Jangan bilang...."
"Buat guruku nurut dengan muridnya sesuai keinginanku!"
Bush!
"Eh!" aku menginginkan nenek tua itu nurut dengan muridnya seperti anak berumur 3 tahun. Hasilnya? Aku ditampar keras oleh pemilik sekolah dan diasingkan.
"Ya jadi begitu!"
SELESAI