Munas KAHMI di palu disamping mengagendakan untuk memilih pengurus KAHMI yang baru tapi juga kita harapkan untuk mendorong pendewasaan politik diIndonesia yang akhir-akhir ini dirasakan kurang Dewasa. Panggung politik Indonesia sudah lama di Narasikan sebagai Panggung politik yang kekanak-kanakan. Gus Dur disebuah kesempatan pernah menggambarkan DPR (sebagai salah satu pilar institusi politik) seperti taman kanak-kanak. Panggung politik yang kekanak-kanakan itu bisa dilihat antara lain pada dikedepankannya Sentimen dalam menyikapi sesuatu di banding kekuatan Argumen. Sebagaimana anak-anak yang sangat posesif dan Baperan karakter itu juga melekat pada sebagian oknum politisi di ranah air. Saya dulu pernah menulis "Politik ala kanjeng mami" disana saya gambarkan bahwa karakter berpolitik kita terlalu feminim. Kita terlalu cengeng, manja dan Baperan. Kita Tidak pernah mengisi politik space kita dengan dialog yang intelektual tapi sebaliknya kita malah mengisi ruang interaksi politik itu dengan interaksi ala sinetron dan Drakor yang hanya memberikan atensi penuh terhadap gejolak perasaan dan emosi. Dalam suasana interaksi seperti ini , perbedaan pandangan yang sedikit saja bisa menjadi sesuatu yang besar bahkan melibatkan wilayah pribadi walaupun masalah sebenarnya berada di wilayah public. Makanya jangan heran kalau ada politisi yang untuk berjabat tangan saja susah dilakukan kepada orang yang di asosiakan sebagai lawan politik. Atau ada politisi yang menghindari menghadiri sebuah acara gara-gara disana ada orang yang dianggap saingan dalam pertarungan politik. Hal-hal seperti ini menurut saya adalah gambaran feminim dalam dunia politik.Â
KEMBALI KE ARTIKEL