Senin pagi, saat hiruk pikuk manusia mengular di jalan raya. Teronggok sebuah jasad muda, dengan celana biru sragam SMP dan baju kotak-kotak lengan panjang yang lusuh. Di pojokan ruko itu engkau melipat kedua kakimu hingga lutut menempel ke dada. Dari samping kedua tanganmu meremas-remas perut tanpa aturan. Kulihat engkau menangis, tanpa suara dan tumpahan air mata. Rintihan yang jelas ku ketahui dari mimik muka yang menahan perih.