Mohon tunggu...
KOMENTAR
Lyfe Pilihan

Sinetron Perlu Belajar dari Drama DAAI TV

4 Oktober 2014   02:39 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:27 217 0
Ini artikel pertama saya dalam Kompasiana,dan mohon maaf jika ada kata-kata yang kurang berkenan,

Saya sampai sekarang masih bingung dibuat oleh sinetron kita,walaupun saya tidak pernah menonton,tapi saya berharap kelak para sutradara tidak membuat sinetron yg isinya hanya perebutan harta,KDRT,atau hal2 yang tidak masuk akal sama sekali

Jangankan menyentuh level drama di U.S sana atau Drama Korea,para pembuat sinetron seharusnya belajar dari sineas pembuat drama di DAAI TV,walaupun berkisah pada anggota Tzu-Chi namun kisah hidup mereka sblm masuk ke organisasi tersebut yang membuat menarik

Ada bbrp poin yang harusnya menjadi pembelajaran dari Drama DAAI TV bagi SinetMak(Sinetron Maker) dalam mengembangkan ide agar dramanya menjadi layak ditonton,

Ulasannya

Pemilihan Pemain

Hal yang wajar jika di Indonesia masih memilih pemain berdasarkan popularitas tapi harus dilihat juga kualitas aktingnya,kalau dilihat sptnya mereka hanya menjual tampang doank sedangkan di drama DAAI,kebanyakan pemainnya rata2 yang sudah memiliki jam terbang,walaupun utk "liga besar"(prime time)mereka jarang tapi setidaknya mereka sudah memiliki pengalaman di bidang akting dan bahkan ada yang berasal dari Indonesia yakni Margaret Wang yang bbrp kali tampil sbg pemeran utama maupun figuran dan lebih bagus lagi ketika berperan utk usia 20-an mereka memerankannya sangat mantap,krn mereka disetting utk berperan hingga usia tertentu.Dan lebih hebat lagi,mereka mau belajar utk menguasai skill yang dimiliki oleh para karakter aslinya,jika misalnya tokoh aslinya merupakan teknisi pabrik,mereka akan belajar bagaimana menjadi teknisi tsb

Sutradara

Saya salut terkadang ketika menonton "Behind The Scene",walaupun drama kecil dan bukan drama prime time,tapi kesungguhan sutradara mengarahkan para pemain utk menghayati perannya dan berani utk mengkoreksi jika ada yg salah,ini sesuatu yang langka mengingat budget utk drama ini tergolong kecil dan bisa dihitung besar jika syuting dilakukan di luar negeri atau jika melibatkan kru yang sangat besar

Jalan Cerita(elemen penting)

Mungkin beberapa kita uda bisa menebak bahwa tokoh yang diceritakan akan menjalani kehidupan Tzu-Chi,namun kehidupan sblmnya lah yang menarik utk ditonton,bagaimana perjuangan tokohnya yang rata-rata betul dimulai dari nol dan bersusah payah tanpa adanya drama HAPPY ENDING,semuanya benar-benar perjuangan dgn keringat dan darah yang intinya mereka tidak ingin susah dan mau benar-benar bangkit,beda banget kalau sinetron sekarang,uda kaya dari awal atau kalau miskin tapi tinggal di rumah beton,ada tv,kulkas,Aneh,trus di kehidupan percintaan tidak pernah panjang dan si wanita disini menyukai karakter utama pria karena kegigihannya dalam menjalani hidup walaupun dijodohkan ama pria yg lbh mapan bukan dari ketampanan,walaupun bbrp sinetron Indonesia para wanitanya mengatakan menyukai tokoh pria karena hatinya namun tetap saja wajahnya tampan kyk Dude Herlino,trus ketika menikah dan punya anak para tokoh utama sering dihadapkan dgn situasi sulit,spt sang kepala rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan keluarga,sakit penyakit,dan banyak kekacauan yang terjadi namun tidak secara berlebihan dan mereka mengatasinya dgn cara yang masuk akal bukan dengan mukjizat walaupun faktor itu ada

Detail

Ini yang sampai sekarang sinetron Indonesia jarang punya,kita tidak pernah tahu detail apa yg dimiliki para karakternya,maksud saya detail spt pekerjaanya,kebanyakan mengekspos jalan cinta tokohnya ketimbang apa yg dilakukannya utk hidup(pekerjaan),cuma ada sesekali spt di CInta FITRI(malu,krn pernah nonton walaupun gak tamat) yg mengulas pekerjaan di Advertising,tp tetap aja lbh bnyk konflik perebutan hartanya,sdngkan di drama DAAI,saya malah tertarik ketika para tokohnya menjalankan bisnis,spt bagaimana memenangkan calon pelanggan dan ketika tokoh utamanya belajar utk mengoperasikan suatu alat atau ini yg saya sukai kalau tidak salah di drama "GORESAN KEHIDUPAN" yg mengisahkan seorang tukang gbr yg hampir putus asa krn tidak melihatnya peluang di hobinya tsb,namun yg menjadi menarik ketika dia bekerja di periklanan sblm adanya teknologi Photoshop,bagaimana dia memasarkan desainnya dan teknik mengambarnya,banyak lagi yang diulas jika ceritanya berhubungan dgn pekerjaan tokoh aslinya,ini seharusnya lbh diangkat di sinetron Indonesia,agar kita jangan terlena dgn kehidupan percintaan

Setting

Beberapa kali saya tonton drama di tv ini,penyajiannya sungguh bagus sekali,misalnya jika waktu kehidupan awalnya dilakukan di era tertentu spt tahun 70-an,para kru film akan melakukan observasi di tahun tersebut spt fashion yang sedang tren di waktu itu,bahkan riasan dan gaya rambutnya disesuaikan juga,dan lebih ajaibnya kualitas gambarnya dibuat seolah-olah terkesan vintage atau mendekati kualitas siaran di era tsb dan,lokasi syutingnya jarang berada di Taipei jika kehidupan awalnya berada di pedesaan,mereka mnyajikan alam pedesaan yang benar-benar indah dan tempatnya bukan itu2 aja,kalau sinetron kita rata-raya uda bisa ditebak jika lokasi syutingnya berada di pedesaan atau lebih buruk,mereka memanfaatkan taman di sekitar yang mirip dengan suasana desa.trus property yang digunakan berasal dari tahun tersebut,hal yang patut dipuji,mengingat kemarin ada film yang settingnya era Kerajaan,namun ada property makanan biskuit

Pesan Moral

Ini terkadang jadi "senjata" para Produser Sinetron Indonesia yang kebanyakan dilebih-lebihkan di media infotainment utk mendongkrak sinetronya spt "Dekat dengan kehidupan sehari-hari",omong kosong,seharusnya sinetron itu juga harus mengajarkan moral yg lbh konkret,spt jangan ngomong ke orang tua dengan suara keras atau membentak,trus menggunakan kata2 yang sopan dan tidak menyinggung,memang realitanya msh ada yg gitu,namun sinetron jangan juga mendukungnya,di drama DAAI TV walaupun ada bbrp adegan kekerasan namun tidak diekspos secara gamblang,spt ketika terjadi penamparan atau insiden KDRT namun hanya di awal setelah bbrp detik adegan tersebut berlalu utk scene berikutnya dan itu mengikuti skenario,trus di drama DAAI diajari utk menghormati orang tua,seburuk apapun orang tua  di masa lalu tetap aja dia yg memiliki andil dalam membesarkan para tokoh utamanya,trus gigih dalam bekerja dan tidak takut utk gagal,kebnyakan sinetron Indonesia memiliki kegigihan,namun bukan dalam perjuangan hidup tp perjuangan dalam cintanya,pantas aja kebnyakan makan cinta ampe lupa bahwa kelak ketika berhasil dlm cinta tpi lupa utk berjuang menafkahi keluarga.

Segitu aja dari saya,terlalu banyak ntar malas baca

Peace Out

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun